Story

.

.

[Uchiha Sasuke, Haruno Sakura] Karin Uzumaki

.

.

Story by Aomine Sakura

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

DILARANG COPAS DALAM BENTUK APAPUN! (jika tidak suka dengan cerita yang dibuat silahkan klik tombol 'BACK') DLDR!

selamat membaca

oOo Love Story oOo

Aku tidak tahu, mengapa aku begitu membencinya. Aku bahkan jauh lebih sempurna darinya. Aku dilahirkan dari klan Uzumaki, berambut merah dengan kacamata yang bertengger di wajahku. Tubuhku juga bagus dan banyak pria yang melirikku. Nilai-nilaiku juga bagus, aku selalu masuk ke dalam ranking sepuluh besar di kelasku.

Tetapi entah mengapa aku benci kepada teman satu kelasku yang berambut merah muda. Aku tidak mengerti mengapa aku membencinya. Padahal dibandingkan dengannya aku jauh lebih sempurna darinya. Dia hanya murid tanpa prestasi, nilainya pun biasa-biasa saja, masuk ke Konohagakuen dengan beasiswa.

Dan aku begitu membencinya. Apalagi ketika pemuda yang ku cintai lebih memilih untuk menjalin hubungan dengannya.

Uchiha Sasuke. Sorang primadona sekolah yang menjadi bintang kelas yang selalu bersinar. Aku jatuh cinta padanya saat pertama bertemu dengannya. Tetapi siapa yang sangka jika Sasuke akan melabuhkan hatinya pada Sakura. Tetapi itu berasal dari gosip yang beredar. Tentu saja aku tidak mau pujaan hatiku bersanding dengan gadis miskin dan bodoh seperti Sakura.

"Sasuke-kun."

Sasuke melirik gadis di sebelahnya sebelum memfokuskan diri pada ponselnya.

"Apa maumu?" Tanyanya ketus.

Aku tersenyum manis dan menaikan kacamataku dengan anggun. Biar bagaimanapun, aku jauh lebih sempurna dari gadis miskin seperti Haruno Sakura.

"Apakah kamu benar-benar menyukai Sakura?" Aku bertanya dengan senyuman di wajahku.

Sasuke sedikit melirikku sebelum menjawab.

"Apa hubungannya dengnmu?"

"I-itu-"

Sasuke bangkit dari posisi duduknya dan meninggalkanku seorang diri. Aku menggeram pelan. Rasanya seperti harga diriku dijatuhkan dan itu semua karena Haruno Sakura. Lihat saja, aku tidak akan membiarkanmu berhasil mendapatkan Sasuke!

.

"Ino, aku remedial Fisika." Sakura mendesah lelah.

"Tenang saja. Aku juga remed Fisika kok."

Aku mendenguskan wajahku. Remed kok bangga. Mataku memandang kertas milikku. Meski mendapatkan nilai delapan puluh dengan cara mencontek, tetapi setidaknya aku bisa mengungguli rambut gulali itu.

"Teme! Kau juga remed Fisika?! Wah, nanti kasih tau aku jawabannya saat aku remed ya!"

Aku menolehkan kepalaku ketika mendengar suara Naruto. Sasuke remed fisika? Padahal nilai matematikanya saja selalu mendapatkan nilai sempurna. Tidak mungkin dia bisa mendapatkan nilai jelek di fisika.

Aku menghampiri meja Sasuke dan melihat nilai merah di kertas ulangan Sasuke. Sudah pasti dia akan berada dekat dengan Sakura. Ini tidak boleh dibiarkan.

Sepulang sekolah aku memikirkan cara untuk menjatuhkan mental nona Haruno itu. Menarik napas dengan kesal, aku membuka aplikasi line ku dan mulai membuka-buka obrolan yang ada.

Tayuya : Kalian tidak akan menpercayai ini. PM bbm milik Sasuke dan Sakura hampir sama.

Aku memprebesar capture-an yang dikirimkan Tayuya di grup Hits Team. Di dalam kelas aku tergabung dengan grup yang berisi orang-orang kaya yang pintar dan selalu punya waktu untuk hang out. Kami mana mau berteman dengan sekumpulan orang seperti Haruno Sakura dan teman-teman yang lainnya.

Kebanyakan dari mereka hanya anak rumahan yang tidak boleh pergi jauh oleh orang tuanya. Cih, apa enaknya berada di rumah. Lebih enak hang out dan kumpul bersama teman-teman yang menyenangkan.

Aku pernah menawari Sasuke untuk bergabung dengan grupku karena dia pintar dan tampan. Tapi Sasuke menolaknya dan lebih suka bergabung dengan grup orang-orang bodoh semacam Haruno Sakura dan Namikaze Naruto.

Aku memandang dua PM yang hampir sama dengan orang yang berbeda.

Haruno Sakura

Nonton film The Boy! Huaaa.. bikin gak bisa bobok :(

Uchiha Sasuke

Hn. Nggak sabar buat nonton The Boy.

Aku memandang sebal kearah ponselku. Apa-apaan itu tadi! Menurut informasi yang aku dapatkan dari Tayuya. Sakura dulu yang membuat PM lalu diikuti Sasuke. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus membuat perhitungan dengan nona gulali itu!

.

.

Di sisu lain, seorang gadis berambut merah muda menatap layar ponsrlnya dengan pipi yang merona merah.

"Tidak mungkin jika Sasuke-kun ikut-ikut membuat PM yang sama denganku. Ini hanya kebetulan saja."

Sakuramenarik napas panjang dan kembali chat dengan temannya. Meski dia mempercayai, bahwa tidak ada yang namanya kebetulan.

oOo Love Story oOo

"Hn. Sakura."

Aku melirik Sasuke yang menghampiri Sakura. Cih, mau apa Sasuke dekat-dekat dengan gadis bodoh dan jelek seperti Sakura.

"Kamu habis lihat film The Boy ya?" Tanya Sasuke.

"Iya! Filmnya membuatku tidak bisa tidur semalaman! Pokoknya film itu mampu membuatmu jantungan!"

Apa-apaan itu! Sikapnya manja dan sok imut sekali! Dasar norak. Kalau mau mencoba mencari perhatia Sasuke tidak seperti itu caranya! Murahan sekali!

"Aku juga mau nonton."

"Oh ya?" Sakura memandang Sasuke dengan mata bulatnya. "Kapan?"

"Nanti bersama Naruto."

Naruto bersiul dengan kencang dan menyenggol lengan Sasuke.

"Itu ada gadis cantik, ajak dia nonton aja dari pada mengajakku."

Aku bisa melihat Sasuke mendenguskan wajahnya dan Sakura yang tersipu malu. Rasanya, aku ingin menonjok wajah Naruto yang bicara seenaknya seperti itu.

"Kemarin kamu nonton, bayar berapa?" Sasuke kembali bertanya.

Sakura menerawang jauh, mencoba mengingat-ingat.

"Kalau tidak salah mahal karena weekend, mungkin jika kamu nonton di hari biasa bisa lebih murah."

"Oh, ayolah." Naruto menyenggol lengan Sasuke. "Ajak dia nonton dari pada mengajakku."

Aku tidak bisa menahan diriku dan berjalan keluar kelas. Aku benar-benar akan membungkam mulut-mulut tidak beraturan seperti mereka. Orang-orang miskin dan bodoh tidak patut berada di dekatku.

Senyum licik terkembang di bibirku ketika melihat Yahiko lewat. Ini saatnya membalaskan dendam.

.

.

Sakura menarik nafas panjang dan berjalan memasuki kelas. Matanya memandang sekelilingnya, mencari tempat dimana Ino duduk. Dan ketika melihat sahabatnya duduk di dekat jendela, segera saja dirinya menghampiri sahabatnya itu.

"Ohayou, Ino!"

Ino mengangkat kepalanya dan melepaskan earphonenya. Sakura sudah tidak heran lagi melihat Ino yang datang pagi-pagi sekali hanya untuk menonton drama korea di smartphonenya.

"Ohayou, Sakura."

Dan Ino kembali menutup telinganya dengan earphonenya. Sakura hanya bisa memutar bola matanya dengan bosan dan mengeluarkan ponsel miliknya.

Aku melirik Yahiko yang tersenyum licik. Dirinya segera menghampiri Sasuke dan merangkul bahu pemuda itu.

"Hei, Sasuke. Kamu suka dengan Sakura, ya? Untuk apa kamu suka dengan gadis jelek, gendut dan bodoh sepertinya?"

Suara tawa menggema di kelas. Aku dan gengku tertawa paling keras. Sedangkan yang lainnya hanya terdiam tidak menanggapi, aku bisa melihat wajah Sasuke mengeras dan tidak menyuarakan pendapatnya. Yess! Ini berarti Sasuke sudah termakan omongan Yahiko untuk tidak dekat-dekat dengan Sakura. Kesempatanku semakin terbuka lebar untuk bisa mendapatkan Sasuke.

Sakura hanya bisa menarik nafas panjang dan pura-pura tidak peduli. Aku tahu Sakura akan tertekan, dia pasti akan segera jatuh terpuruk.

"Ohayou!" Ibiki sensei berjalan memasuki kelas. "Bagi yang tidak remedial Fisika bisa duduk di sisi kiri dan yang merasa remedial Fisika bisa duduk di sisi kanan."

Aku melangkahkan kakiku ke meja yang ada di sisi kanan dan membuka buku fisikaku. Aku bisa melihat Sakura menggaruk-garukan belakang kepalanya dan matanya yang memandang Ino.

Ibiki sensei mempunyai kebiasaan tidak pernah memperhatikan murid yang sedang remedial. Jadi, mereka bebas bertanya satu sama lain. Mataku terus menerus menatap Sasuke yang sibuk mengerjakan soalnya dengan tenang.

"Ino." Sakura memanggil sahabatnya itu.

Aku mengernyitkan alisku tidak suka ketika melihat Sasuke ikut menolehkan kepalanya. Bahkan, Sasuke tidak mengalihkan pandangannya dari Sakura.

Aku mengepalkan tanganku erat-erat. Sialan! Sialan! Sialan! Apalagi ketika mereka berebut mengumpulkan jawaban, aku bisa melihat Sasuke memberikan jawaban kepada gadis jelek itu.

Sialan! Haruno Sakura sialan!

.

.

Setiap hari, aku semakin berani mengejeknya. Apalagi di belakangku ada Sasori, Yahiko, Konan dan Tayuya. Orang-orang dari kalangan terpandang dan memiliki otak yang cukup cerdas juga. Lagi pula, di dalam gengku ada Akio, si licik yang selalu pintar mencontek. Meski kami tidak belajar, tetapi kami selalu mendapatkan nilai yang bagus. Curang adalah jalan pintas yang aku lakukan.

Bagiku nilai adalah segalanya. Dan pintar adalah syarat utama untuk bisa mendapatkan banyak teman. Aku tersenyum sinis memandang Ame yang duduk di bangku paling depat.

Gadis itu memang selalu mendapatkan ranking satu di kelas. Tetapi, dalam hal praktik selalu mendapatkan nilai nol besar. Haha! Makan itu teori! Aku tertawa dalam hati memandang kesusahan Ame ketika harus menghadapi praktik Kimia.

.

"Aku begitu benci dengan orang-orang semacam mereka." Ino menggeram.

"Ada apa, Ino?" Sakura memandang sahabatnya.

"Kita belajar dengan sungguh-sungguh tetapi tidak pernah mendapatkan nilai bagus. Tetapi mereka dengan mudahnya mendapatkan nilai yang bagus hanya dengan mencontek. Aku benar-benar tidak suka dengan orang-orang semacam mereka!"

"Sudahlah, Ino. Tidak apa-apa." Sakura menepuk bahu Ino dengan lembut.

"Kamu sendiri, tahan dengan ejekan yang dilontarkan mereka!" Tenten duduk di hadapan Sakura. "Setiap manusia itu istimewa, kamu seharusnya berani melawan mereka!"

"Untuk apa?" Sakura tersenyum. "Aku tidak ingin membuat keributan. Sebentar lagi kita juga akan lulus."

"Aku juga heran, mengapa kamu tahan dengan semua ejekan yang dilontarkan mereka." Utakata duduk di sebelah Tayuya. "Aku dengar, mereka membuat grup Line sendiri."

"Oh ya?" Sakura memandang Utakata. "Memangnya apa yang mereka bicarakan di grup Line mereka?"

"Tentu saja membicarakan kita." Utakata menyentil pipi Sakura. "Memangnya apalagi yang mereka bicarakan kalau tidak membicarakan tentang kita."

"Biarkan saja." Sakura mendesah panjang. "Aku tetap menganggap mereka teman meski mereka berbuat seperti itu."

"Kau mengganggap mereka teman, tetapi mereka belum tentu menganggapmu teman." Utakata mendenguskan wajahnya.

"Lalu? Aku juga harus berbuat seperti mereka?" Sakura memandang Utakata. "Hal yang harus kita ingat adalah bahwa Tuhan itu tidak pernah tidur."

.

.

.

Aku semakin gencar membully siapapun yang berani melawanku. Tidak terkecuali Temari yang menjadi wakil ketua kelasku. Dari awal, aku tidak pernah suka Temari menjadi wakil ketua kelas. Apalagi ketika dirinya sok sekali dekat dengan guru.

Aku memandang Sakura yang sedang tertawa bersama Ino. Cih, aku tidak suka melihat tawa itu. Mengapa Sakura tidak terlihat hancur seperti yang aku inginkan!

"Sasuke-kun." Aku mendekati Sasuke. "Apa yang sedang kamu lakukan?"

Sasuke yang sedang mengobrol bersama Naruto menolehkan kepalanya.

"Apa maumu?" tanyanya dingin.

"Jangan seperti itu, Sasuke-kun." Aku tertawa. "Apa kamu lebih suka jika si bodoh itu yang dekat-dekat denganmu."

"Itu benar, Karin!" Yahiko menyahut dari bangkunya. "Apalagi jika Sasuke selalu dekat-dekat dengan Naruto!"

Aku tertawa ketika Naruto mencoba menahan amarahnya. Aku suka melihat wajah penderitaan seperti itu. Ayo! Siapa yang berani melawanku dengan orang-orang kaya yang ada di belakangku? Apalagi Yahiko adalah penyumbang dana terbesar di Konohagakuen.

"Oi, Naruto. Aku pinjam powerbank milikmu." Akio mendekatiku yang sedang berada di sebelah Naruto.

"Tidak mau."

Akio memandang Yahiko.

"Dia tidak mau meminjamiku!"

"Untuk apa pinjam dengannya? Seperti kau miskin saja, sini aku pinjami!"

Aku tertawa mendengar ejekan yang dilontarkan Yahiko. Memang benar, kalian tidak pantas bersanding dengan kami.

"Mereka benar-benar!" Tenten bangkit dari duduknya.

"Sudah Ten, biarkan saja." Temari menyentuh bahu Tenten. "Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka mau."

.

.

Aku memandang Sakura dengan pandangan tidak suka. Apalagi ketika Anko sensei berjalan mendekati Sakura.

"Sensei, aku selalu mendapatkan nilai nol di pelajaran Matematika."

"Tidk apa-apa." Anko sensei mengelus rambut Sakura dengan lembut. "Pahlawan itu selalu menang di akhir."

Cih, gadis berambut gulali itu sok baik sekali. Aku mendenguskan wajahku, kemarin guru Bahasa, sekarang guru Matematika. Mendekati guru tidak akan menambah nilaimu.

Aku sangat benci ketika guru Bahasa memujinya bahkan akan mengangkatnya menjadi asistennya. Padahal, aku jauh lebih unggul dalam mata pelajaran. Sial! Kenapa harus gadis seperti Haruno Sakura!

Aku memandang Yahiko dan Sasori yang sedang sibuk mengerjakan soal matematika. Yahiko dan Sasori sudah berhenti mengganggu Sakura, entah apa alasannya. Memang Sakura sering membantu Sasori ketika pemuda itu tidak mengerti tentang sesuatu. Sakura memang munafik, sok bersikap seperti malaikat.

Lihat saja, akan aku tunjukan yang namanya Uzumaki Karin.

.

"Aku baru saja membeli lipstick baru." Aku memamerkan bibirku. "Ini lipstick yang mahal."

"Benarkah?" Tayuya bertanya. "Bagus sekali."

"Tentu saja, ini mahal sekali! ayahku yang membelikannya untukku."

"Wow." Sasori berdecak kagum.

Aku melirik Sakura yang sibuk dengan ponselnya. Aku sengaja memperlihatkan kepada semua orang siapa yang akan menjadi pemenangnya disini.

oOo Love Story oOo

"Sasuke-kun, ini untukmu."

Aku yang sedang memakan bekalku memandang Sakura yang memberikan sebuah roti murahan yang dia keluarkan dari kantung kresek. Naruto bahkan memandang isi kantung kresek milik Sakura.

"Whoah! Aku mau satu!" Naruto mencomot roti yang diberikan Sakura.

"Hn. Dalam rangka apa kamu memberikan ini?" tanya Sasuke.

"Aku hanya ingin berbagi saja." Sakura tersenyum malu-malu dan memberikan roti murahan itu kepada teman-teman yang lain.

Dan ketika Sakura memberikan roti murahan itu kepadaku, rasanya aku ingin muntah.

"Sakura." Sakura menolehkan kepalanya ketika namanya di panggil. "Otanjobi Omedetou."

Aku muak dengan semua ini! Aku berjalan keluar kelas dan menginjak-injak roti murahan itu dengan kesal sebelum membuangnya ke tempat sampah! Yahiko dan Sasori bahkan dengan lahap memakan roti murahan itu, Tayuya juga ikut mengucapkan selamat kepada gadis gulali itu.

Cih! Aku akan tunjukan siapa yang akan jadi pemenangnya nanti!

oOo Love Story oOo

4 tahun kemudian

Aku berjalan memasuki mall yang terasa penuh dan ramai dengan orang-orang. Memangnya ada acara apa hingga semua orang datang ke mall ini? Dan ketika aku melihat sebuah pengumuman, bahwa ada meet and greet dengan seorang penulis.

Aku mengangkat bahuku acuh tak acuh dan berjalan menuju cafe untuk menemui Tayuya.

Sekarang umurku bertambah menjadi 21 tahun. Di usiaku ini, aku sukses menjadi seorang manager hotel milik ibuku. Dan dengan semua kekuasaan yang aku miliki, aku berhasil bertunangan dengan Uchiha Sasuke. Tidak ada yang lebih sempurna dari hidupku.

Aku bisa melihat Tayuya duduk di ujung cafe dan membaca buku. Sejak kapan sahabatku itu gemar membaca buku? Namun semua pertanyaanku hilang ketika melihat senyumannya.

"Tayuya!"

"Karin!"

Aku memeluk Tayuya dengan erat. Rasanya selama kesibukanku aku tidak memiliki waktu untuk hang out. Jadi, ketika bertemu dengan teman lama rasanya menyenangkan sekali.

"Bagaimana kabarmu?" tanyaku.

"Hoo.. kabarku baik." Tayuya duduk di hadapanku. "Aku tidak menyangka kau berhasil menggaet tuan Uchiha itu."

"Tentu saja." Aku tersenyum membanggakan. "Biar aku beritahu satu rahasianya, aku berhasil memaksa bibi Mikoto untuk menunangkanku dengan Sasuke-kun."

"Hahaha.. kau masih seperti biasanya." Tayuya tersenyum. "Mau tahu kabar nona Haruno?"

Aku mengendikan bahuku.

"Untuk apa? Paling-paling dia hanya mengemis, bukan?"

Tayuya menyodorkanku sebuah buku. Aku memandang Tayuya dengan pandangan tidak mengerti.

"Itu buku karangan Sakura, dia sekarang menjadi penulis terkenal yang bukunya ada dimana-mana."

Aku mengangkat satu alisku, tersenyum meremehkan.

"Lalu, apa hubungannya denganku?"

"Buka halaman terakhir buku itu."

Aku membuka halaman belakang buku itu dn membaca kata demi kata yang tertera.

Hidupku penuh dengan pembullyan. Untuk kalian yang merasakan betapa sakitnya di bully, kalian hanya perlu berdoa karena Tuhan tidak pernah tidur. Dia melihat siapa yang berbuat adil atau tidak. Percayalah, setiap manusia itu istimewa dalam segala hal yang memang ada pada dirinya. Seseorang tidak pernah diukur dari prestasi akademik, wajah atau pun harta, tetapi dari hatinya. Mana yang tulus dan mana yang tidak.

Bully itu ibarat sebuah air yang mengalir di dalam bak. Ketika kalian melakukan pembullyan, kalian mengisi air ke dalam bak, air itu diibaratkan seperti dosa yang kalian lakukan dan kalian belum menerima karmanya. Tetapi, semakin hari air dalam bak itu semakin penuh, dan begitu pula dengan dosa kalian. Dan ketika bak itu penuh, air akan mengalir kemana-mana. Air yang mengalir itulah karma yang akan menimpa kalian. Jadi, berpikirlah sebelum bertindak.

Aku memandang Tayuya dengan pandangan tidak suka.

"Apa maksudmu memberikan ini padaku?"

Tayuya mengangkat bahunya.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu tentang karma. Aku tidak mengerti apa yang membuatmu begitu membencinya, dia gadis yang baik. Aku menyukainya."

"Baik? Dia hanya berwajah sok malaikat saja."

"Karin-"

"Jika kamu mengundangku kesini hanya untuk mengatakan hal itu, kau membuang-buang waktuku yang berharga." Aku memandang Tayuya dengan pandangan sinis. "Aku mau menemui Sasuke-kun dulu."

Aku berjalan meninggalkan Tayuya dan melewati konferensi pers yang diadakan untuk gadis berambut merah muda itu. Aku mendenguskan wajahku dan berjalan keluar. Gadis itu hanya sedang beruntung saja, dilihat dari segi manapun aku lebih unggul darinya.

Setidaknya, aku bisa memiliki Sasuke!

.

.

"Sasuke-sama, nona Karin ingin bertemu dengan anda."

"Hn. Katakan padanya bahwa aku sedang rapat."

Matsuri hanya mengangguk patuh dan berjalan keluar ruangan milik bosnya. Sasuke mengusap wajahnya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi miliknya.

Aku menggeram pelan ketika Matsuri mengatakan bahwa Sasuke sedang ada rapat. Aku tahu kekasihku itu sangat sibuk hingga tidak bisa menemuiku, tetapi dia sudah terlalu sering beralasan dan aku tahu dia sedang berbohong. Semenjak kami bertunangan, Sasuke terkesan menghindariku dan tidak mau menemuiku. Aku ingin memaksa masuk ke dalam ruangan miliknya dan meminta penjelasan, tetapi jika aku melakukannya aku hanya akan merusak citraku saja.

Maka, menguntitnya adalah pilihan yang akan aku lakukan.

.

Duduk di dalam mobilku dan hanya ditemani kentang goreng dan soda benar-benar membuatku keroncongan. Aku tidak bisa meninggalkan gedung Uchiha corp sebelum Sasuke keluar. Ini sudah hampir jam makan malam dan mau apalagi Sasuke di dalam sana?

Mataku berkilat ketika melihat Sasuke keluar dari ruangannya. Akhirnya!

Aku segera mengikuti kemana mobil Sasuke pergi dan mengangkat alisku ketika Sasuke memasuki pelataran parkir Apartemen Mangekyu. Aku tahu jika apartemen itu miliki keluarga Uchiha, tetapi untuk apa Sasuke datang ke Apartemen Mangekyu?

Aku membuang jauh-jauh pertanyaanku. Bukankah bagus jika Sasuke memiliki apartemen sendiri untuk ditinggali?

oOo Love Story oOo

"Apa ini?! Bagaimana bisa pemasukan menjadi menurun?! Kerja kalian tidak ada becus-becusnya sama sekali!"

Aku memandang bawahanku dengan tatapan berang. Bagaimana bisa hotel yang aku kelola bukannya membuahkan hasil malah menjadi menurun seperti ini?

"Kerja kalian tidak becus! Tidak ada gunanya!"

Aku menghela napas panjang.

"Keluar kalian dari sini! Kalian aku pecat!"

Aku tersenyum senang ketika melihat bagaimana wajah bawahanku yang menjadi pucat. Siapa yang suruh kerja mereka tidak becus seperti itu.

Aku menghempaskan tubuhku di kursiku dan berkutat dengan ponselku. Mungkin saja Sasuke menghubungiku.

Tayuya : Kau tahu, Karin. Sakura tinggal di Apartemen Mangekyu. Dia benar-benar berjuang, kau tau?

Aku terdiam membaca pesan yang dikirimkan Tayuya melalui Line milikku. Sakura tinggal di apartemen Mangekyu. Jangan bilang kalau ini ada hubungannya dengan Sasuke.

.

Aku berdiri di kamar 2328 Apartemen Mangekyu. Entah mengapa, aku merasa jika apartemen inilah yang ditinggali Sakura. Jika memang Sakura tinggal disini, aku harus meluruskan semua ini.

Ketika aku menekan bel yang ada, pintu segera dibuka. Aku bisa mengenali wajah itu. Wajah milik Haruno Sakura!

"Ka-Karin?"

Aku tersenyum sombong. Baru menjadi penulis saja sudah lagaknya selangit. Aku akan menunjukan siapa yang berkuasa disini.

"Aku tidak tahu jika kamu tinggal di apartemen milik Sasuke."

Sakura tidak bisa menahan keterkejutannya dan aku bisa menebak apa yang terjadi disini.

"Tidak sopan sekali membiarkan tamu berdiri di depan pintu."

Sakura mempersilahkanku masuk dan aku memandang kamar apartemen yang ditinggalinya. Sederhana dan jauh dari kata mewah. Cih, ternyata meski sudah menjadi penulis dia masih saja kampungan.

"Apa hubunganmu dengan Sasuke-kun?" aku bertanya dengan ketus.

Sakura sedikit menggigit bibirnya tidak menjawab. Ternyata gadis itu masih sama, tidak berani melawanku. Aku tersenyum sombong, ini akan semakin mudah. Menyingkirkan gadis seperti Haruno Sakura begitu mudah.

Aku memperhatikan dirinya dari atas ke bawah. Mataku memicing ketika memandang perutnya sedikit membuncit.

"Kau.. hamil?!"

Sakura memandangku sejenak sebelum menganggukan kepalanya.

"Ya."

"Dan itu anak Sasuke-kun?!" Aku memandang Sakura dengan pandangan berang. "Dasar wanita jalang! Berani-beraninya kau melakukan itu pada Sasuke-kun! Aku yakin kau pasti yang menggodanya, wanita tidak tahu diri!"

Aku bisa melihat wajah Sakura mengeras dan air mata mengambang di pelupuk matanya. Aku tahu dia sangat hancur sekarang, tapi siapa yang peduli. Gadis itu telah mengambil Sasuke dariku. Ini tidak bisa dibiarkan!

"Kau harus segera keluar dari apartemen ini!"

Sakura memandangku dengan tatapan memelas.

"Tapi-"

"Aku bisa melaporkanmu dengan tuduhan menggoda calon suami orang! Semua keluarga Uchiha pasti akan mempercayaiku!"

Aku meninggalkannya dengan amarah di dadaku. Berani sekali jalang itu menggoda Sasuke hingga dirinya hamil. Benar-benar tipe wanita yang tidak tahu diri.

Aku segera masuk ke dalam mobilku dan menuju Uchiha corp. Aku segera masuk ke dalam ruangan milik Sasuke dan melihat wajah tunanganku yang mengeras.

"Karin, kau-"

"Apa? Kau mau apa?" aku menantangnya. "Bibi Mikoto pasti akan kecewa jika mengetahui tindakanmu ini, Sasuke-kun. Lebih baik wanita jalang itu yang pergi atau aku akan melaporkannya karena tindakan pencemaran nama baik? Dia telah menggodamu dan merusak hubungan kita secara tidak langsung."

Sasuke tidak mengatakan apapun dan meninggalkanku begitu saja. Aku tersenyum penuh kemenangan. Apapun yang menyangkut Sakura dia akan diam dan membiarkanku berdiri sebagai pemenang.

.

.

Aku terkejut ketika mendengar bahwa Sasuke masuk rumah sakit keesokan harinya. Maag yang dideritanya kambuh dan menyebabkannya harus menginap di rumah sakit. Dan dengan terburu-buru aku menuju rumah sakit tempat Sasuke di rawat.

Dan disinilah aku sekarang. Menemani Sasuke yang terbaring lemah ditemani Naruto dan kawan-kawan yang lainnya. Aku memutar bola mataku. Tidakkah mereka tahu jika ini rumah sakit? Mereka benar-benar berisik.

"Bisakah kalian diam?!" Aku memandang mereka semua. "Kalau diam kan bagus."

Dan seketika pintu ruang rawat milik Sasuke dibuka. Aku memandang seseorang yang berdiri di depan pintu ruang rawat Sasuke. Seketika semua orang menatapnya.

"Ma-maaf, aku salah kamar."

Aku mendenguskan wajahku dan mengupas apel untuk Sasuke. Siapapun tidak akan percaya jika Haruno Sakura salah masuk ke dalam kamar. Semua orang pasti tahu Sakura takut padaku hingga membuatnya keluar dari ruangan. Lihat saja wajahnya saat malu itu.

"Aku harus keluar." Utakata bangkit dari duduknya. "Si bodoh itu. Dia tidak berubah sama sekali."

Aku menyodorkan apel yang telah aku kupas pada Sasuke. Entah mengapa aku bisa melihat sorot mata yang aneh pada Sasuke. Aku bisa melihat sorot kehilangan di mata yang selalu membuatku jatuh cinta itu.

.

Aku menarik napas panjang ketika Sasuke sudah tidur. Pria yang membuatku jatuh cinta itu tidak mau tidur dan memaksaku untuk meminumkannya obat tidur. Dan ketika melihat wajahnya yang tenang ketika tidur, membuatku tersenyum manis.

Mataku beralih menatap ponsel yang ada di meja. Ponsel hitam milik Sasuke. Dan tanpa rasa takut atau rasa bersalah, aku mengambil ponsel tersebut.

"Apa passwordnya?" aku bergumam sendiri. Setelah mencoba tanggal lahirku dan tanggal lahir Sasuke gagal. Hanya ada satu pilihan. Tanggal lahir Sakura.

280395

Password berhasil dibuka. Dan rasa sesak menyeruak di dada. Aku harus menyuruh Sasuke untuk mengganti passwordnya. Tanganku menuju aplikasi Line miliknya. Dan aku tersenyum ketika membaca obrolan antara diriku dan Sasuke ketika dirinya pertama kali memiliki Line.

Karin Uzumaki : Wah.. yang sekarang punya Line!

Sasuke Uchiha : Hn.

Karin Uzumaki : Btw, selamat datang ya!

Aku tidak bisa menahan senyumku, rasanya seperti kembali ke masa lalu. Namun, mataku memandang obrolan antara dirinya dan Sakura. Melihat pesan mesra mereka membuatku tidak kuat menahan rasa sesak di dadaku.

Sasuke Uchiha : Aku mencintaimu, Sakura. Aku mau kamu jadi kekasihku dan ini perintah.

Sakura Haruno : Kamu pasti bercanda, Sasuke-kun. Sewaktu Sekolah dulu, kamu bahkan menjauhiku hanya karena hasutan Karin dan teman-teman yang lainnya. Dan dengan mudahnya kamu memintaku untuk menjadi kekasihmu? Jangan bercanda, Sasuke-kun.

Sasuke Uchiha : Aku melakukan itu untukmu, Sakura.

Sakura Haruno : Untukku? Kau pasti sedang mabuk sekarang.

Sasuke Uchiha : Aku hanya tidak mau kamu semakin disakiti oleh Karin. Kamu pikir, aku tidak sakit ketika melihat dirinya mengatakan hal-hal yang kasar kepadamu? Kamu pikir dengan aku melawan akan membuatnya bungkam? Dia pasti akan semakin gencar membullymu. Tidak ada jalan lain kecuali menjauh darimu dan berbuat seolah-olah aku tidak menyukaimu. Aku tidak ingin membuatmu sakit karenanya.

Sakura Haruno : Tapi-

Sasuke Uchiha : Aku tahu. Kita diam bukan berarti kita takut. Kita hanya tidak ingin membuat keributan dulu. Sekarang sudah berbeda, kita tidak di kelas itu dengan orang-orang menyebalkan di dalamnya.

Air mata mengalir keluar dari kedua bola mataku dan aku segera mengusapnya. Jadi, sudah berapa lama mereka menjalin hubungan secara diam-diam? Apalagi sekarang Sakura sedang mengandung bayi Sasuke, bayi orang yang aku cintai.

Aku mengambil napas panjang dan meletakan ponsel milik Sasuke ke tempatnya semula. Sekarang aku hanya ingin istirahat dan berfikir. Aku harus membuat Sasuke hanya milikku.

oOo Love Story oOo

Aku terbangun ketika matahari sudah mulai tampak. Ternyata aku ketiduran setelah semalaman mendengarkan lagu dan mengotak-atik ponselku. Pokoknya hingga rasa sesak di dadaku hilang dan aku jatuh tertidur. Bangkit dari posisi tidurku, aku berjalan menuju kamar mandi.

Memandang wajahku di cermin, aku memegang wajahku. Sejak kapan ada air mata di pipiku? Ah- aku ingat. Semalaman aku tidak bisa menahan air mata yang terus menerus keluar.

Aku segera membasuh tubuhku dengan air dan berendam selama setengah jam. Setelah merasa segar, aku segera berganti pakaian dan berjalan keluar rumahku. Tanpa sarapan.

Dengan mobil milikku, aku menuju rumah sakit. Namun, mataku memandang apartemen Mangekyu. Dan entah apa yang membuatku malah membelokan mobilku menuju apartemen itu dan menuju kamar milik Sasuke.

Dan alisku menjadi satu ketika mendengar suara vacuum cleaner dari dalam kamar milik Sasuke. Dengan pelan, aku membuka pintu kamar itu dan menemukan Sakura sedang membersihkan kamar milik Sasuke.

"Ka-Karin?!"

Aku bisa melihat keterkejutan di wajah Sakura.

"Aku akan segera pergi dari sini." Sakura buru-buru meletakan Vacuum cleanernya.

Aku memejamkan mataku. Sekarang, apa yang harus aku lakukan?

"Sakura, ikutlah denganku."

.

.

Aku membuang jauh-jauh egoku dan membawa Sakura menuju rumah sakit. Mataku melirik tubuhnya yang memang sedikit lebih kurus dari semasa sekolah dulu. Meski perutnya terlihat membuncit.

"Kenapa kamu membawaku ke rumah sakit?" Sakura bertanya dengan suara tercekat.

Aku menghiraukan pertanyaannya dan keluar dari mobilku. Aku memandang Sakura dengan pandangan tidak suka. Gadis itu malah diam saja di dalam mobilku dengan tampang bodohnya.

"Apa yang kamu lakukan di dalam situ? Keluarlah!"

Sakura keluar dengan sedikit tergopoh-gopoh dan aku berjalan di depannya. Langkah kakiku menuju kamar dimana Sasuke di rawat.

"Masuklah." Aku memandangnya dengan wajah galakku.

"A-apa?"

"Aku tahu kau tidak tuli. Masuklah dan temui dirinya."

Sakura terlihat ragu-ragu untuk melakukannya. Dengan gemas, aku mendorongnya masuk ke dalam kamar rawat milik Sasuke. Pemuda yang membuatku jatuh cinta itu menolehkan kepalanya.

"Sakura?" tanyanya tidak percaya.

Sakura tidak bereaksi hingga Sasuke bangkit dari posisinya dan memeluknya. Aku bisa melihat punggung Sakura bergetar, dia pasti menangis sekarang. Dasar gadis cengeng.

"Bodoh. Hiks.. kau bodoh, Sasuke-kun," ucap Sakura diantara isak tangisnya. "Bagaimana bisa kamu jatuh sakit."

"Bagaimana mungkin aku bisa makan jika tanpamu, Sakura."

Aku bisa melihat Sasuke melepaskan pelukannya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Tidak. Kumohon jangan lakukan itu. Hatiku sakit sekali sekarang.

Aku ingin membalikan badanku, namun aku tidak bisa. Kakiku terasa beku dan tidak bisa digerakan.

Dan seketika, tubuhku terbalik dan seseorang memelukku. Aku bisa memandang wajah itu. Suigetsu. Mantan kekasihku sewaktu sekolah menengah pertama.

"Jangan dilihat, jangan dilihat."

Aku tidak bisa menahan tangisanku dan memeluknya dengan erat. Aku sadar, mengapa semua egoku merubahku. Aku hanya iri padanya, karena dia bisa bertahan dengan semua yang aku lakukan padanya. Aku hanya tidak suka disaingi oleh orang bodoh semacamnya. Aku tidak suka ketika Sasuke bisa dekat dengannya tanpa harus Sakura yang mencari perhatian. Aku hanya tidak suka, ketika hasil prakaryanya mampu membuat semua orang terkagum-kagum. Aku tidak suka melihat senyumnya yang mampu menghipnotis semua orang. Aku tidak suka melihatnya saat wisuda, sangat cantik dan ibunya tersenyum hangat padanya. Aku tidak suka melihatnya sukses, padahal semua mata pelajarannya jelek dan hanya pelajaran bahasa yang mendapat nilai palin tinggi.

Aku memeluk Suigetsu semakin erat. Keputusanku sudah bulat. Aku akan melepaskan Sasuke untuk Sakura. Aku mengakui, kalau dia lebih baik dariku. Dia bisa menjadi penulis terkenal dengan usahanya sendiri, tanpa adanya warisan orang tua.

.

.

.

.

.

.

Karena setiap orang itu istimewa. Kita semua istimewa dengan kelebihan kita masing-masing. Seseorang tidak bisa dinilai dari prestasi akademiknya. Karena setiap orang memiliki bakat di bidangnya masing-masing. Please, stop bullying.

.

.

.

.

.

-Owari-

Cerita ini aneh ya? Hehe.. sebenernya mau aneh atau kecepetan alurnya Sakura gak begitu peduli. Karena Saku disini ingin kasih pesan moral, bahwa bullying itu gak enak sama sekali. nggak ada gunanya dan hanya buang-buang waktu aja. Itu diangkat dari kisah Saku sendiri, betapa sakit rasanya ketika bully datang padaku.

Aku hanya ingin kasih semangat buat kalian yang di bully. Tetaplah tabah dan ingatlah bahwa Tuhan itu tidak tidur. Jangan pernah menyerah dan jangan kalah dengan orang yang kalian bully. Tunjukan senyuman kalian dan buat diri kalian sebahagia mungkin.

Dan untuk orang yang sering membully secara tidak sadar atau sadar. Please, jangan lakuin itu. Rasanya di bully itu sakit. Dan kalian gak akan nemuin kebahagiaan dengan cara ngebully orang :')

Dalam cerita ini, Saku gak berniat buat menyinggung pihak manapun. Please, ini cerita dibuat Saku untuk mengungkapkan perasaan dan berbagi pesan moral. Bukan untuk menyinggung pihak manapun.

Nanti bakal ada sekuelnya dalam Sakura POV. Mungkin disini feelnya kurang kerasa. Karena perasaan Sakura gak di up. Tapi nanti di sekuel bakal dibikin gimana perasaannya Sakura saat di bully itu.

Special's thanks to orang-orang yang telah mendukungku dan pembaca yang selalu menyemangatiku. Dan...

Bang Kise Ganteng : orang yang terkejut banget ketika tau aku di bully.

Yoriko Yokochidan : Orang yang udah ngirimin aku pesan ketika badmood :)

Kak Ciheelight : Makasih buat semua sarannya kak :" masukannya bener-bener bisa buat aku lebih tegar lagi. Makasih banyak kak..

Anaatha Namikaze : orang yang selalu ada disisiku dan selalu mendukungku. Aku menyayangimu.

Aku menyayangi kalian semua yang sudah mendukungku. Tanpa kalian semua, aku tidak akan pernah bisa bangkit. :") Arigatou Gozaimasta :)

Dan untuk orang-orang yang membullyku, entah di dunia maya atau dunia nyata. Kalian membuatku semakin yakin untuk berdiri dan bahagia. Kalian membuatku menyadari siapa yang peduli padaku. Aku sayang kalian.

Dan semoga pesan moral ini tersampaikan. Terima kasih banyak.

Salam hangat,

-Aomine Sakura-