# MY LOVELY SUPERSTAR #
Chapter1:
The Superstar
Disclaimer:
Kuroshitsuji©Yana Toboso
My Lovely Superstar©Kim Victoria
Genre:
Romance, Drama, Humor
Rating: T
.
.
.
Don't Like? Don't Read!
.
.
.
A/N: Tokyo, London, New York, Paris oppa-oppa!. Hai! fic My Lovely Superstar ini aku RE-WRITE. Setelah melihat semua review yang masuk aku jadi tau dimana letak-letak tyop's yang menyusahkan itu. Jadi untuk kedepannya happy reading ne~
.
.
.
Chapter1
The Superstar
.
.
.
Normal POV
.
.
.
Seorang gadis berperawakan cantik berambut kelabu panjang lurus berorb shappire dan mengunakan seragam sailor tengah duduk di bawah sebuah pohon di tepi halaman sekolahnya, terlihat gadis itu tengah membaca sebuah buku tebal yang ada ditanganya. Saat-saat yang damai, hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang melewatinya.
"KYAAAA, SEBAS-SAN!" oh tidak, saat-saat damai itu menghilang dengan cepat dan digantikan dengan ribuan teriakan fans girl yang tidak sangat tidak jelas asal usulnya, dan centil itu. Gadis itu pun terasa terganggu, diambilnya handphone flatnya dan memasangkan headset pada hpnya itu lalu memasangnya di telinganya. Diputarnya lagu yang agak sendu namun dengan volume tinggi. Berharap jika suara-suara ribut itu segera menghilang.
"SEBAS-SAN KAU KEREN SEKALI HARI INI!" teriak seorang gadis pada seorang pemuda yang dipanggilnya Sebas-san itu.
"SEBASTIAN-SAN JADILAH PACARKU!" teriak gadis yang lainya yang langsung dikerumuni gadis-gadis yang lainnya untuk di plester mulutnya (?). Sementara pemuda yang dipanggil Sebas-san itu hanya tersenyum lalu melengang pergi. Semua fans girl-nya yang melihat senyumannya itu menimbulkan berbagai reaksi. Ada yang nosebleed, pingsan, berteriak-teriak dan sebagainya lah.
Gadis yang duduk di bawah pohon itu hanya memandang kejadian itu dengan tampang ilfeel. Tapi dia juga bersyukur keributan itu akhirnya berakhir dan dia bisa membaca bukunya kembali dengan tenang. Dilepaskanya headset yang sudah melindunginya dari teriakan sadis yang membuat gendang telinga orang-orang pecah lalu memasukannya kedalam tas kecil yang dibawanya berserta handphone-nya.
"Hey... Ciel apa yang kau lakukan?" gadis yang disebut Ciel itu pun melonjak kaget. Pemuda yang bernama Sebastian itu telah berada di sampingnya. "Sebastian, bisa tidak kau tidak mengagetkanku?" tanya balik gadis bernama Ciel itu. "Kau kaget ya, maaf." kata Sebastian lalu mengeluarkan paras menyesal.
"Huhh... fans girlmu itu tambah banyak saja setiap harinya, sampai-sampai aku tak menemukan lagi tempat yang tenang di sekolah ini." tegur Ciel sambil cemberut membuat wajahnya terlihat imut. "Itu sebenarnya juga bukan mauku Ciel... mereka juga selalu menganggu saat-saat tenangku." Sebastian menautkan alisnya tanda pasrah. Hening sesaat.
"Lagi pula, ada sebuah kenyataan yang aku rasa seharusnya tidak terjadi." ucap ciel memulai pembicaraan lagi. "Apa itu?" tanya Sebastian. "Kenapa juga seorang superstar sepertimu, penyanyi sekaligus aktor yang sedang naik daun di tahun ini bisa lebih memilih berteman denganku yang dipandangan orang-orang itu aneh dan pendiam?" tanya Ciel sambil menolehkan pandanganya pada Sebastian.
"Karena kau menarik." Ciel hanya bisa terbengong mendengar jawaban singkat dari Sebastian. "Maksudmu?" tanya Ciel lagi. Sebenarnya dia merasa senang jika Sebastian memandangnya lebih, karena diam-diam selama tiga tahun berteman dengan Sebastian Ciel merasakan sesuatu yang namanya cinta.
"Kau itu menarik, gadis berumur 16 tahun yang bertubuh mungil tapi berharga diri sedemikian besar, cepat marah, benar-benar kaku saat berdansa, dan lain-lainnya." Sebastian terkekeh kecil. Ciel yang mendengarnya, mukanya langsung memerah antara malu, kesal dan marah. "Sebastian!"
"Ci...eee...llllll!" seorang gadis berambut ikal pirang dan orb emerald berteriak memanggil Ciel lalu langsung berlari dan memberikannya pelukan maut. "Lizzie..le-lepas-kan." muka Ciel membiru. "Uwaaa! Ciel sadarlah!" gadis bernama Elizabeth atau bisa dipanggil dengan Lizzie itu mengguncang-guncangkan tubuh Ciel.
Berselang lima menit Ciel pun sadar. "Sebenarnya ada apa Lizzie?" tanya Ciel pada Lizzie yang merupakan sepupunya itu. "Kau sudah dengar tidak Ciel, katanya ada seorang siswi pindahan yang sangat cantik disekolah kita ini." Lizzie terlihat begitu girang.
"Memang kenapa dengan siswi baru itu?" tanya Ciel lagi. "Siswi baru itu baru saja datang kesekolah kita, dan langsung disambut oleh Sebas-san, apa mungkin siswi baru itu pacarnya Sebas-san?!" mata Ciel membulat sempurna karena perkataan Lizzie. "APA!"
"Sebas-san, kata dokter mataku ini terlalu sering terkena radiasi." ucap seorang gadis cantik kira-kira tingginya 170 cm, berambut panjang dengan poni kiri berwarna hitam. "Lalu, kau membutuhkan lensa untuk menjaga matamu agar tercegah dari radiasi lagi?" binggo perkataan sebastian sangatlah tepat.
Gadis yang tengah duduk diruang uks bersama Sebastian dan guru kesehatan (apalah itu namanya) bernama Arthur itu mengangguk. "Kalau dilihat dari dekat matamu memang seperti kering" kata dokter Arthur lalu mengambil obat tetes mata dan diberikannya pada gadis itu.
"Apa, Sebas-san punya lensa bening?" tanya gadis itu pada Sebastian. "Sayangnya tidak, aku hanya punya lensa berwarna hitam." Sebastian mengambil lensa yang dimaksudnya di dalam kantong celannya.
"Ini pakailah, hanya untuk sementara sampai matamu sembuh." Sebastian pun memberikan lensa itu pada gadis itu. "Terimaksih, Sebas-san." gadis itu pun memakai lensa itu lalu menetskan obat tetes mata pada matanya.
"Saranku pakai obat tetes mata dan lensa itu selama seminggu kedepan Sam-chan." kata dokter Arthur lalu berdiri dari duduknya. "Terimakasih juga untuk saran dan obat tetes matanya dokter." gadis yang dipanggil Sam-chan itu pun berdiri diikuti Sebastian lalu membungkuk sejenak.
"Eh... tidak apa-apa ini tugasku sebagai dokter di sekolah ini." dokter Arthur hanya bisa tersenyum canggung. "Dokter kami permisi dulu." ucap Sebastian lalu membungkuk sejenak dan melangkah pergi diikuti Sam-chan itu untuk menuju kelasnya masing-masing.
Kelas yang ditempat-ti oleh Ciel dan Lizzie begitu gaduh sekarang. Walau jam pelajaran belum pada akhirnya. Kenapa? Itu karena datangnya sisiwi baru berparas cantik bernama Sammy Vellasius. Rambutnya panjang lurus hingga pinggul berwarna hitam dengan poni kiri, bulu matanya lentik menambah kesan teduh pada orb hitam beningnya. Ciel memandangi gadis itu dengan pandangan tak suka, karena mengingat perkataan Lizzie saat istirahat siang tadi.
Gadis itu Sammy digosipkan sebagai pacar dari Sebastian. Tentunya Ciel merasa emosinya akan meluap-luap dan langsung ingin memaki gadis itu jika sedang tidak berada di lingkungna sekolah. Jauh sebelum si Sammy itu pindah kesekolah ini dan dikabarkan menjadi girlfriendnya Sebastian, dia sudah lebih dulu menyukai Sebastian.
Sialnya lagi gadis bernama Sammy itu duduk di sebelah bangkunya yang berada di bangku nomor tiga paling kanan bersebelahan dengan jendela. Makin membuat Ciel naik darah. Otaknya tak bisa fokus pada pelajaran karena rasa kesalnya. Pandangannya selalu mengarah tajam pada Sammy. Walau Sammy sendiri tidak menyadarinya karena terlalu fokus mencatat materi di notebooknya.
Pulang sekolah, Ciel tidak seperti biasanya karena selalu santai dan terakhir saat pulang tapi saat ini dia terlihat terburu-buru. "Ciel, kau ini kenapa?, dari saat Sammy memasuki kelas kau terlihat aneh." ucap Lizzie pelan namun masih bisa didengar oleh Ciel. Ciel pun menoleh pada sepupunya itu. "Moodku sedang jelek" jawabnya singkat lalu berjalan cepat keluar dari kelas. Lizzie yang melihat Ciel seperti itu hanya bisa terbengong-bengong.
"Hai, namamu Elizabeth kan?" Lizzie membalikan badannya. Dilihatnya Sammy tengah tersenyum simpul padanya. "Ah... iya, panggil saja aku Lizzie." Lizzie pun tersenyum.
Mereka pun keluar dari kelas bersama-sama. "Lizzie, tadi itu yang kau sapa Ciel kan?, Ciel Phantomhive?" tanya Sammy pada Lizzie. "Ya, dia sepupuku memang ada apa denganya?" terang segaligus tanya Lizzie.
"Ternyata benar ya dia itu Ciel, gadis yang imut... persis seperti yang dikatakan Sebas-san." Sammy pun tersenyum sambil menakupkan tanganya disamping wajahnya. "Eh, Sebas-san mengatakan padamu tentang Ciel?" tanya Lizzie lagi. "Hmm, katanya Ciel itu menarik walau suka menyendiri... bukan begitu?" Lizzie pun mengangguk menyetujui-nya.
Dilain pihak Ciel yang berjalan dengan amarah yang bertumpuk-tumpuk terus saja bersin-bersin membuatnya makin geram. "Kau flu ya Ciel?" tanya Sebastian yang ternyata sedang berada dibelakangnya. "Huhh, tidak Cuma bersin saja." Ciel tidak menoleh ke arah Sebastian dan terus melanjutkan acara pulang sekolahnya. "Sepertinya kau sedang kesal ?" tebak Sebastian lagi. Ciel hanya diam sambil mengucutkan bibirnya.
"Kurasa keberadaanku tak dianggap, sampai jumpa." baru saja sebastian hendak berbalik arah dan pergi Ciel memanggilnya. "Sebastian, apa kau sudah punya pacar?" pertanyaan yang tak terduga keluar dari mulut Ciel. "Aku?".
"Ya, kau siapa lagi memangnya." Ciel pun berbalik badan dan menghadap Sebastian. Jauh didalam pikirannya dia merutuki pertanyaan bodohnya tadi sekaligus was-was dengan jawaban yang akan di berikan Sebastian.
"Ak -"
"Sebas-san!" teriak Sammy dari kejauhan lalu menerjang Sebastian dan memeluknya. Hancur sudah keyakinan Ciel bahwa gosip itu hanya kebohongan semata. Buktinya sudah berada di depan matanya. Rasanya dia ingin menanggis, langsung kabur dari rumah, duduk sendirian ditepi jalan, kalau menemukan tali langsung membuat simpul dan bunuh diri.
"Cieeelll!" sekarang giliranya untuk diterjang oleh Lizzie. Tapi dengan cekatan Ciel menghindari pelukan sepupunya itu, untungnya Lizzie bisa mengontrol larinya agar tidak sampai menabrak tong sampah. "Cieell... kau jahat uweee!" Ciel yang merasa bersalah langsung menepuk pundak Lizzie. "Lain kali saja Lizzie rasanya aku sedang kurang enak badan." irih Ciel.
"Ah... Ciel-chan kau kenapa mukamu pucat sekali?" tanya Sammy sambil melepas pelukannya pada Sebastian. "Bagaimana kalau aku antar pulang." tawar Sebastian. Ciel menggeleng. "Tak usah, terimakasih ajakannya tapi lebih baik aku pulang dengan Lizzie... kami duluan ya." ucap Ciel dengan senyum yang dipaksakan kemudian mengandeng Lizzie untuk pulang.
"Ada apa denganya Sebas-san?, Auranya murung sekali." tanya Sammy. "Aku juga tak tau." Sebastian pun hanya bisa menaikkan sebelah alisnya. "Ayo kita pulang ke mansion." ajak Sebastian lalu berjalan menuju tempat parkir mobil ferrarinya diikuti Sammy disampingnya.
.
.
.
To Be Continue_
.
.
.
A/N: Ok chap 1 clear, go to chap 2. Eits don't forget to REVIEW!
