Unpredictable Love

Oneshoot

By Yuya Matsumoto

Desclaimer: Sungmin is always MINE… forever

Warning: Too long oneshoot. Membosankan. Alur lambat.

Pair: KyuMin, Genderswitch (Minnie)

Summary: Sungmin mencintai seorang artis besar bernama Cho Kyuhyun. Sungmin mengejar cintanya hingga ke Korea. Namun semua yang dilakukan tidak membuahkan hasil. Apakah Sungmin akan kembali dengan tangan kosong?

.

.

\(w)/~ Happy Reading ~\(^0^)9

.

.

\(w)/~ HARI PERTAMA

Sampailah aku di Seoul, kota yang selama ini hanya menjadi impianku semata. Kota yang selama ini hanya bisa kupandangi lewat televisi, majalah, ataupun internet. Detik ini juga aku telah menginjakkan kakiku dan menghirup dalam-dalam setiap aroma yang terkuar dari sudut kota.

Namaku Sungmin, keturunan Korea-Indonesia yang sejak lahir hingga umurku 21tahun tinggal di Indonesia. Eomma-ku asli Korea, Ilsan. Ayahku dari Jawa. Ngomong-ngomong soal Korea, ini pertama kalinya aku mendaratkan diri di negeri ini. Pengetahuanku tentang Korea nol besar, hanya tahu lewat K-drama yang gencar ditayangkan di televisi. Hangul? Wah mana aku tahu. Bahasa Indonesia saja dalam batas standard kompetensi. Jangan pernah salahkan eomma, jika aku tidak mengenal negara kelahirannya. Eomma meninggal dunia saat melahirkanku. Kakek dan Nenekku tidak pernah mempedulikanku. Ayah bilang mereka menikah diam-diam sehingga mereka tidak direstui. Terlebih lagi eomma yang memutuskan menjadi mu'alaf. Kakek dan nenek marah besar, tidak menganggap keberadaan kami lagi.

Dramatis ya kisah dibalik hidupku? Di saat semua orang ingin menjadi diriku, yang katanya sangat beruntung berketurunan Korea, aku justru tidak tertarik. Hah? Aku tidak peduli dengan kisah sejarah yang menjadi masa laluku. Bagiku, aku adalah orang Indonesia tulen. Merdeka! Korea hanyalah bagian hidupku di masa depan. Ya iyalah, aku saja tidak tahu kakek dan nenekku berada dimana atau apakah aku punya sanak saudara yang lain. Stop! Aku tidak peduli.

Lalu apa alasanku berada di negara ini kalau bukan untuk mengemis belas kasih sanak keluargaku di Korea agar aku tetap diakui. Bukan. Aku bukan ke sini hanya agar mendapat pengakuan sehingga suatu hari nanti aku dengan bangga berkata, hei aku orang Korea loh. Jelas saja bukan itu alasannya. Aku tidak sepicik itu.

Aku ada di sini untuk mengejar cintaku. Siapa? Seorang penyanyi dari salah satu grup terbesar se-Asia, Super Junior. Laki-laki rupawan yang memenangkan hatiku ini bernama Cho Kyuhyun. Satu dari tujuh orang pria tampan dalam grup itu. Ayah mendukungku mengejar cintaku, terlebih lagi katanya aku memiliki darah Korea dalam diriku.

Aku memandang sekelilingku. Kakiku lelah dan entah aku sudah ada dimana, sedangkan matahari pun sudah jengah menemaniku seharian. Singkatnya, aku tersesat.

Tadi pagi aku sampai di Korea, lalu aku memutuskan untuk tidak pergi ke hotel. Aku memegang teguh asas hemat waktu. Aku pikir untuk apa menghabiskan waktu membereskan barang di hotel jika aku bisa berkeliling Korea terlebih dahulu. Bodohnya, aku tidak bisa bahasa Korea. Sungguh bukan aku tidak mau mempelajarinya, tapi Hangul terlalu sulit untukku. Kenapa semasa SMA tidak pelajaran bahasa Korea saja bukan Jepang? Huft! Bahasa Jepangku saja hancur berantakan. Kuakui aku lemah linguistik. Daripada ribet dengan keadaan yang semakin buruk ini, lebih baik aku beli minum. Tenggorokanku sudah sangat kering.

Setelah beradu bahasa planet dengan ahjumma penjaga toko yang tidak bisa bahasa inggris, aku berhasil meneguk air mineral itu. Bintang-bintang begitu indah di atas kepalaku. Angin semilir menerpa wajahku. Damai, itu yang kurasakan. Aku membiarkan kakiku melangkah kemana saja yang ia inginkan. Aku yakin Allah akan membimbingku perlahan.

Sampailah aku di sebuah taman yang sangat sepi. Taman bermain yang sering aku lihat di televisi. Entah taman yang mana. Hahaha asal tebak saja. Saat aku hendak menaiki seluncur a.k.a perosotan, aku melihat seseorang sedang duduk di salah satu ayunan. Dilihat dari fashion style yang ia kenakan, ia masih muda. Ah! Mungkin dia bisa memberitahu aku dimana hotelku itu.

Aku menghampiri orang tersebut dengan hati menggebu-gebu. Orang itu menunduk lesu sambil sesekali memainkan ayunan dengan malas.

"Excuse me"sapaku secara lembut dan sopan.

Tidak ada respon. Orang itu semakin merapatkan jaket dan tutup kepalanya. Sesekali ia meringis ketika melakukan gerakan itu. Aku terdiam, takut menyinggung kesenangannya. Aku hanya berdiri di hadapannya. Tiba-tiba kusadari ada sesuatu yang menetes dari sela-sela jemarinya. Darah. Tanpa pikir panjang, aku menarik tangannya. Benar. Tangannya terluka. Orang itu, yang aku tebak berjenis kelamin laki-laki, menarik tangannya dariku secara kasar. Aku berjongkok di depannya, lalu mengambil peralatan P3K milikku di tas.

"Are you okay? Let me heal it for you"ujarku dengan bahas inggris seadanya.

Dengan lembut dan teliti, aku membersihkan luka pria itu dengan antiseptik. Sesekali ia meringis dan terkadang ia menjerit sakit. Aku mengoleskan betadhine di telapak tangannya yang terluka. Aku membalut tangannya dengan perban. Thanks, Ayah, yang sudah memaksaku membawa P3K lengkap sehingga saat seperti ini benar-benar bermanfaat.

Setelah selesai mengobati lukanya, aku duduk di ayunan yang kosong. Ia masih terdiam. Aku mengerucutkan bibirku. Sebal. Dia tidak tahu terima kasih atau dia memang bisu. Huft!

Aku lihat punggung pria itu naik turun. Pelan terdengar suara isak tangis. Apa sesakit itu? Aku menepuk punggungnya. "Neo gwenchana?"tanyaku sok tahu.

Pria itu menepis tanganku dari punggungnya. Masih bisa kudengar isak tangis darinya. Ia tetap menundukkan tubuhnya, tenggelam dalam telapak tangannya.

Aku menatap langit-langit, sedikit memainkan ayunan yang telah kududuki sekitar sepuluh menit ini. "Choneun Sungmin imnida. Bangapseumnida"kataku berusaha membuka perkenalan. Sst… Sebenarnya aku hanya bisa bahasa Korea ini saja. Sering kubaca di FF.

Ia masih sibuk dengan kegiatannya.

"Sorry, I can't speak Korea. I don't know you can understand what I say or not"jelasku masih memandang langit yang indah.

Aku memutuskan untuk berbincang dengan pria itu, walau aku bagai bicara sendiri. Ini lebih baik dibandingkan bicara sendirian dalam arti sebenarnya.

"I don't know what your problem but you don't live alone. Everybody has their problems. Like me, I'm lost now. I can't speak Korea and I don't know where I'm now. I still say thanks to God, cause I know he love me a lot. Hahaha… I'm thinking positively. If I'm not lose, I can't meet you, right? Hehehe…"ucapku panjang lebar.

Aku tidak mendengar suara isak tangis darinya. Syukurlah. Setidaknya ini bentuk perhatiannya pada ucapanku. Aku berbicara kepadanya dari ujung sabang sampai merauke. Tidak tahu juntrungannya. Dalam artian aku bicara topik apapun yang ada di otakku. Responnya? Diam. Aku menghela napas bosan. Sepertinya dia memang bisu atau tuli atau… Argh! Lama-lama menyebalkan juga orang ini. Lebih baik aku pergi.

"Bye, Mr. Silent! I must go. It's already night. I must find any help to go to my Hotel"kataku mengakhiri. Aku berdiri dari ayunan itu, lalu menundukkan kepala, tanda perpisahan.

Sebuah tangan menahan tanganku. Aku menoleh ke arah pria itu. Ia mengangkat wajahnya, balik menatapku. Ini respon terbesar darinya yang bisa kudapatkan. Aku tersenyum senang. Aku mengharapkan sebuah respon lain darinya. Aku menunggu dengan sabar karena ia kembali ke kebiasaannya yaitu diam.

"Nan dayo, Mr. Silent?"tanyaku sebal. Ups, bahasa Jepangku keluar juga.

Ia menundukan kepalanya. Aish! Rasanya ingin kupukul kepalanya.

"Thank you" Sebuah suara pelan terdengar dari bibirnya. Pelan sekali seperti bisikan.

"Apa?"tanyaku dengan bahasa Indonesia. Aduh, bahasaku berantakan banget sih!

"Thank you"katanya sambil menatapku dengan tatapan tajam.

Aku memeluk pria itu. "It's okay"kataku sambil melepas pelukan singkat kami.

Aku tersenyum padanya. "Fighting, Mr. Silent! Bye"ujarku sambil melambaikan tanganku ke arahnya. Aku memutuskan segera beranjak dari taman itu. aku harus segera menemukan hotelku. Aku sudah sangat lelah.

Sebuah tangan menahanku sekali lagi. Aku tidak perlu menebak karena aku sudah tahu pasti dia yang melakukannya. "Chakamman! I'll help you"

Aku membelalakan mataku. Aku tidak percaya dengan pendengaranku.

"Address?"tanyanya sambil menengadahkan tangannya di depanku.

Aku diam. Aku masih harus mencerna kejadian yang sedang berlangsung ini.

"Your Hotel's address please"katanya sambil menggoyangkan tubuhku.

"Ah iya! Ini"jawabku. Aku memberikan secarik kertas kepadanya.

Tanpa aba-aba ia menarikku. Aku terpaksa berlari mengikuti langkah kakinya yang panjang. Kenapa orang ini harus tinggi sekali sih? Ralat. Kenapa aku harus mungil seperti ini?

Pria itu membukakan pintu mobil Audi A5 berwarna silver miliknya. Ternyata dia orang kaya. Tunggu, bisa saja ini mobil curian atau pinjaman kan? Tapi pakaiannya sangat stylish walau aku tak tahu bentuk wajahnya yang tertutup masker itu.

Pria itu mendorongku masuk ke dalam mobilnya. Aku terdiam. Berdoa semoga dia memang pria yang baik. Huhuhuhu… Tolong aku ya Allah!

Suasana hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Aku sibuk dengan doa-doa yang kupanjatkan dalam hati, sedangkan ia sibuk dengan pikirannya. Ia mengemudikan mobilnya ke jalanan yang lebih sempit. Daerah kami masuki ini sangatlah sepi dan sedikit lebih kumuh dari sebelumnya. Huaaaa… jangan-jangan ia mau menculikku! AYAAAAH! Jeritku dalam hati.

Ckiiit!

Mobilnya berhenti di depan sebuah bangunan berlantai dua. Ada tulisan 'ToHoShinKi Dorm' di salah satu dindingnya. Ia mematikan mobilnya, lalu menarikku keluar. Oh, sepertinya ini hotelku. Ia menarikku ke dalam hotel kecil itu. Ia berbicara sebentar dengan penjaganya, lalu ia memberikan sebuah kunci padaku. Aku memang sudah memesan sebuah kamar di hotel ini, jadi aku tidak perlu repot bernegosiasi lagi. Tanpa ada sepatah kata keluar dari bibirnya, ia meninggalkanku di depan meja resepsionist. Aku masih terdiam. Benar-benar pria aneh.

.

.

\(w)/~ HARI KE DUA

"Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi abis mandi kulangsung shalat Subuh"senandungku sambil mengeringkan tubuhku dengan handuk.

Hari ini hari kedua. Sesuai jadwal yang kubuat, aku mau bermain ke Lotte World. Soal Kyuhyun masih ada delapan hari ke depan. Hahaha... Yang terpenting kesenanganku dulu. Yosh! Semangat!

Setelah tersesat beberapa kali, akhirnya aku sampai di Lotte World. Oh terima kasih ya Allah! Setelah mengantri cukup lama, aku berhasil mendapatkan tiket Lotte World. Tanpa menunggu lama, aku bergegas masuk dan menjelajahi theme park yang selama ini aku impikan.

Bermain seharian, berpetualang sendirian ternyata bukan hal yang menakutkan. Terlebih lagi beberapa orang dulu mengatakan hal buruk tentang jilbabers yang berbackpacker sendiri. Siapa bilang? Mereka baik semua, hanya saja menatap kerudungku dengan heran. Hahahaha... Pasti karena kecantikanku yang tiada tara deh.

Aku merapikan mukena-ku. Aku baru saja selesai shalat maghrib di suatu tempat terpencil, pojokan yang jarang dihuni orang. Mau bagaimana lagi? Tidak ada musholla. Untung aku sudah menyiapkan kompas. Eh, itu bukannya...

Aku melihat seorang pemuda tegap, tinggi, kulit putih dan memakai kacamata. Pemuda itu diikuti oleh beberapa orang yang terlihat seperti pengawal. Dari cara jalan dan sikapnya, ia mirip sekali dengan Choi Siwon Super Junior. Menanggapi loading otakku yang super lama, aku melipat mukena sembarang. Aku berlari ke arah pemuda itu berjalan. Subhanallah! Ternyata ada kawanan manusia berkumpul di sini dan rata-rata perempuan. Ah, feelingku mengatakan ada Kyuhyun di sekitar sini. Dimana? Dimana? Dimana? Backsound Ayu Ting Ting terngiang di telingaku.

Susah sekali melihat ke arah pusat perhatian itu. Semua ingin berada di depan, melihat mereka secara jelas. Lagi-lagi aku benci diriku yang mungil ini. Eh, itu dia. Seperti biasa Kyu terlihat kalem sekali.

"Kyu!"teriakku memanggilnya. "Kyuhyun! Cho Kyuhyun!"teriakku sambil meloncat berharap Kyu melihatku.

Aku masih berusaha menerobos barisan fans Super Junior, ELF. Saat ini Super Junior akan merekam MV terbaru mereka disini. Sebuah suara terdengar nyaring mengomando semua orang.

"CHO KYUHYUUUUN!"teriakku senyaring mungkin.

Aku berteriak tepat saat semua orang terdiam. Dalam hitungan detik, semua mata tertuju padaku. Aku melompat-lompat sambil melambai.

"KYUHYUUUUN!"

Aku berteriak lagi. Aku tidak peduli tatapan orang kepadaku. Yang terpenting adalah Kyu melihatku dan berhasil.

"KYU! I'M HERE, KYU!"

Aku berteriak kegirangan karena Kyu melayangkan pandangannya ke arahku. Yes! Yes! Yes!

"Loh? Loh? Loh? Kyaaaa~!"

Beberapa orang pria menahan tanganku, lalu menyeretku menjauh dari kerumunan itu. Aku memberontak, namun tenaga mereka jauh lebih besar dariku. "No way! KYUUU!"

Mereka menggunakan bahasa pribumi dengan wajah garang dan menunjuk-nunjuk wajahku. Hei, tidak sopan! Batinku marah. Ternyata mereka menyeretku keluar Lotte World. Hiks, jahat sekali.

Entah keajaiban apa yang menghampiriku. Aku berhasil kembali ke hotel dengan selamat tanpa ada kata tersesat. Padahal hatiku sedang hancur lebur. Mungkin Allah berbaik hati, tetap membimbingku.

"Excuse me!"kata seorang kakek, ketika aku baru masuk pintu hotel. Dia berdiri bersama seorang nenek yang tersenyum manis ke arahku.

"Ya?"jawabku dengan bingung.

"Are you Sungmin? Sungmin Aninditya Purnama?"tanya sang kakek, menyebutkan nama panjangku.

"Yes, i am"

GREEEEP!

Sang nenek memelukku tiba-tiba. Tak berlama-lama, ia melepas pelukannya, lalu mengelus pipiku. "Oh, Sungmin. Bogoshippo. We are your grandparents"jelasnya.

Aku membuka mulutku lebar. Tak percaya.

Ketika aku sudah dapat mencerna semua kejadian yang terjadi satu hari ini, aku sudah berada di dalam kamar bernuansa pink. Dua orang tua yang mengaku kakek dan nenekku membawaku ke rumah mereka. Mereka memintaku tidur di dalam kamar yang dipakai eomma dulu. Aku diminta untuk tidur karena hari sudah malam. Aku menyetujuinya. Aku terlalu lelah untuk mencerna segalanya.

.

.

\(w)/~ HARI KE TIGA

Aku memandang setiap sudut kamar manis ini. Sepertinya rumah ini masih sepi, karena masih terlalu dini untuk bangun. Aku merindukan Ayah yang biasanya sudah repot di waktu subuh seperti ini. Aku yakin kakek dan nenek sangat menyayangi eomma. Semua foto dan barang-barang eomma terpajang dengan rapi. Tak ada debu walau kamar ini terlihat tidak pernah dihuni lagi.

TOK! TOK!

"Sungmin-ssi, ireona! Time for breakfast!"panggil seseorang dibalik pintu.

Aku menyudahi penjelejahanku. Aku membuka pintu dan mendapatkan nenek berdiri di sisi pintu. Aku balas tersenyum kepadanya.

Di ruang makan sudah ada empat orang duduk dengan manis di kursi mereka masing-masing. Kakek duduk di kursi kepala keluarga. Ia memberikan senyum kepadaku.

"Ommo! Neomu kyeopta"jerit seorang gadis ketika melihatku turun dari tangga bersama nenek. Gadis itu langsung menghampiriku. Ia menggandengku, menuntunku ke kursi di sebelahnya. "Lee Teukie imnida"ucapnya dengan sangat manis.

Seorang pria paruh baya menegur gadis itu dengan bahasa Korea. Seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelah pria itu memberi senyum hangat kepadaku.

"Hai, Sungmin-ah! How's your sleep?"tanya Kakek dengan bahasa inggris fasih.

"I have sweet dream, grandpa. Jeongmal kamsahamnida"jawabku bersemangat sambil menunduk hormat kepadanya.

Semua orang di ruang makan itu tertawa renyah mendengar jawabanku yang penuh semangat. Seorang pelayan menyiapkan makanan dengan berbagai macam. Terlihat sangat lezat dan pedas. Aku tidak suka pedas. Hiks…

"May I know? Is it pork?"tanyaku ketika sang pelayan mulai melayaniku.

"Yes. That is"jawab kakek mengambil alih.

"I'm sorry. Grandpa. I can't eat anything which make from pork"ujarku pelan. Aku takut menyakiti perasaan keluargaku ini.

Terlihat perubahan di wajah semua orang di ruang makan ini. "So what kind of food you can eat?"tanya nenek dengan lembut di sampingku. Jadi posisiku ini di antara nenek dan gadis manis tadi.

"I can eat anything except pork. I'm sorry"

"It's okay, dear. It is beef"kata nenek sambil meletakkan sepotong besar daging sapi.

Acara sarapan pun dimulai. Sebenarnya aku tidak biasa makan besar seperti ini. Aku biasa makan roti atau minum susu. Aku senang berada di tengah-tengah keluarga Korea-ku yang ternyata begitu hangat. Kami berbincang banyak hal. Kata paman dan bibi aku terlihat seperti eomma. Aku senang jika itu benar. Teukie-eonni, panggilan yang ia pinta dariku, terlihat sangat bersemangat menawarkan diri menjadi guide-ku. Ternyata Ayah menelepon keluargaku disini dan mengatakan bahwa aku akan berlibur selama beberapa hari disini. Ayah memang sangat khawatir kepadaku. Jelaslah, aku anak semata wayangnya. Yang membuatku kaget adalah keluargaku ini bisa berbahasa Indonesia walau hanya sedikit. Syukurlah aku tidak perlu bersusah payah menggunakan bahasa-bahasa yang tidak kukuasai secara benar itu.

"Kapan kamu akan bertemu dengan Kyu?"tanya Teukie-eonni dengan cara bicara yang kaku.

"Mollayo. Let it flow"jawabku tidak pasti. Hahaha… Prinsip hidupku: Let it flow.

"Wae? You must get him now"paksa Teukie-eonni padaku. Ia kelewat bersemangat.

"SEMANGAT!"teriakku membuatnya tersenyum senang.

"SEMANGAT! Ganti baju, mari kita pergi ke stasiun televisi"ajak Teukie-eonni.

Sampailah aku di SBS yang selama ini hanya bisa aku lihat di foto-foto Kyu dan Super Junior. Gedung yang sangat besar dan banyak sekali artis berlalu lalang disini. Tidak sedikit para fans meneriakkan nama artis idola mereka, begitu pula dengan ELF. Aku diantar kesini oleh seorang supir yang diminta kakek untuk selalu membantuku kemana pun aku ingin pergi. Sedikit risih juga, karena petualanganku tidak akan seseru bayanganku.

Teukie-eonni menarikku dengan paksa saat aku masih asyik menyelami duniaku sendiri. Teriakan demi teriakan mulai mengalir memenuhi ruang depan bangunan ini. Beberapa dari mereka menyebutkan nama Super Junior. Wah, ini barisan ELF. Aku mulai bersemangat menyadari para ELF menyerukan nama seseorang yang sangat aku cintai itu.

Tak beberapa lama, kelompok orang yang kami nanti lewat di depan kami. Barisan ELF semakin tidak tertib. Aksi saling dorong terjadi. Aku tidak mau kalah. Aku juga berusaha menembus barisan mereka. Kali ini aku harus ada di depan mereka. Kyuhyun lewat di depan mataku. Aku berteriak sekuat tenaga memanggil Kyuhyun yang ditemani beberapa pengawal. Kelihatannya Kyuhyun tidak dalam keadaan sehat saat ini.

BRAAAAK!

Seorang ELF terjatuh. Suaranya sangat keras, walaupun tidak sekeras panggilan ELF yang lain kepada Super Junior. Bagaikan ilalang di padang rumput yang terabaikan, begitu pula dengan ELF yang terjatuh itu. Aku sempat melihat Kyuhyun memandang gadis yang terjatuh itu, namun beberapa pengawalnya memaksa ia melanjutkan perjalanannya.

Aku membantu gadis yang terjatuh itu. Biarkanlah aku tidak bisa bertemu dengan Kyuhyun asal gadis ini tidak apa-apa. Benar saja ia terluka. Kakinya terkilir.

Sekali lagi aku gagal bertemu dengannya. Sedih sekali. Ada yang sakit di dadaku. Seharian ini Teukie-eonni berusaha menghiburku dengan mengajakku berjalan-jalan ke daerah perbelanjaan Myeondeong. Dia membelikanku beberapa baju Korea yang fashionable banget. Aku senang tapi aku merasa dikekang. Hem, aku harus kabur bagaimana pun caranya. Hehe…

Aku berhasil kabur setelah mengelabui Teukie-eonni dengan alasan ingin ke kamar mandi. Teukie-eonni tidak curiga sedikit pun, ia tetap asyik memilih pakaian yang akan dia beli. Maniak belanja sekali sih, pasti keturunan eommanya, Kim Kibum. Heran sekali Lee Jinki ahjussi bisa betah dengan Key ahjumma ya. Cinta memang bisa membuat semuanya terlihat indah. Ckckckck…

Aku berjalan riang sambil memandangi suasana malam yang indah. Aku hanya membiarkan kakiku berpetualang. Sama seperti hari pertama. Hahaha…

Tanpa kusadari, aku kembali tersesat. Huft! Senang sekali sih tersesat. Aku mencari tempat yang sekiranya baik untuk kupakai shalat isya. Untung saja aku sudah shalat maghrib di mall tadi. Ah sebuah taman, sepi pula. Aku mengambil air wudhu dari kran air di sekitar situ. Bermanfaat juga ya kran untuk minum ini. Terima kasih Allah. Shalat isya dilaksanakan dengan khidmat. Jiah, gaya deh.

Ah sepi dan damai. Aku teringat si pria aneh itu, sebal juga dengan sikap diamnya. Aku lebih sebal dengan Kyuhyun. Kenapa susah sekali mendekatinya?

"YA! KYUHYUN BABBO! MENYEBALKAAAAAN!"teriakku di depan sebuah air mancur. Aku membuang kerikil ke dalam pancuran itu. Untung saja daerah ini sepi, jadi aku bebas mengungkapkan perasaanku. Entah kenapa aku selalu berhasil menemukan tempat sepi.

"HUAAAA… KYUUU! ARGH!"teriakku frustasi.

"FREAK"teriak seseorang di belakangku.

Aku menolehkan kepalaku. Itu kan pria menyebalkan tempo hari. Kenapa harus dia yang menemukanku? Kenapa bukan Kyu? Ngarep banget deh!

"What do you want?"sengitku kepadanya. Aku lagi badmood nih. Jangan ganggu deh ah! Sebalku dalam hati.

"You are so freak. Yelling someone's name in the night. Who is he?"tanya pria itu sambil ikut melempar kerikil ke dalam pancuran.

"Who cares! It's not your business"balasku. Aku menghentak-hentakkan kakiku kesal. Ia terkikik pelan. "Ya! Just go away! Don't disturb me"

"Calm down, Ms. Out of control!"ejeknya. Aku mengerucutkan bibirku. "Kya~~ kawai!"katanya sambil mencubit pipiku.

Aku menepis kedua tangannya yang asyik menyakitiku. "Argh! Go away"

"Who is he? I asked you. If you don't answer, I will not go anywhere"

Aku mendudukkan tubuhku yang lelah di bangku taman. Aku menyerah menanggapi pria yang benar-benar menyebalkan ini. Kemarin itu dia sakit gigi ya jadi diam seribu bahasa gitu? Sekarang pasti udah sembuh, cerewet sekali.

"He is a big star. Cho Kyuhyun Super Junior. He is nothing for me"kataku sedih sambil menundukkan kepalaku.

"Oh ya? If he is, why you look like so mad to him?"tanyanya, mengambil posisi di sebelahku.

"I get mad of myself. I can't meet him even when I am already here. I go to Korea only for him. I want to meet him. I want he knows me that there is me who love him"curhatku. Air mataku mulai mengalir membasahi pipiku.

"You love him? Hahaha… so silly. Hei, he is a superstar. You only admire him"

Aku terisak dalam tangisku tanpa suara. "Yeah, silly. I am so silly. I don't know what my feeling for. But I would be so sick when I heard something bad happened to him. I always get some feeling about him, then I know he gets problem. I really want to hate him but I can't"

Aku merasakan sebuah lengan melingkar di tubuhku. Ia memelukku. Aku sontak kaget, berusaha melepaskan pelukannya. Ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Just let it be like this for one minute. I'm sorry I said you are silly. You are not. You should forget him. It only hurts you so much"ujarnya menasihatiku.

Aku memberontak keras hingga pelukannya terlepas. "You couldn't hug me like that. KITA BUKAN MUHRIM"teriakku. Aku tidak peduli dia mengerti ucapanku atau tidak. Aku muak dengan pria aneh yang wajahnya saja aku tidak tahu. Aku berlari meninggalkannya sendiri di taman itu.

BRAAAK! Aku menabrak seseorang. Aku tidak tahu sudah berlari seberapa jauh dan ada dimana. Aku hanya menangis dan menangis. Air mata ini tidak mau berhenti hingga mengganggu penglihatanku.

"Mianhae"ujarku pelan sambil menunduk berkali-kali. Aku bergegas pergi meninggalkan korbanku itu.

Sebuah tangan menahanku. "Sungminnie"panggil orang itu.

Suara ini? Teukie-eonni? Aku mengangkat kepalaku. Aku melihat sebuah wajah yang sangat familiar itu. Aku memeluknya. Tangisanku kembali meledak.

"Uljima. Stop crying, please. Let's go home!"katanya sambil merangkulku. Ia menuntunku ke dalam mobil yang diparkir tidak jauh dari tempat kami tadi bertabrakan.

Kakek marah besar. Ia memarahi Teukie-eonni karena aku menghilang dan menemukan aku yang menangis. Nenek dan Key ahjumma berusaha menenangkanku yang masih menangis. Jinki ahjussi mengelus punggung Teukie-eonni yang sedang menahan tangis. Aku sudah berusaha menjelaskan kepada kakek bahwa ini kesalahanku. Kakek tidak mau mendengar penjelasanku. Ia terlalu kesal dengan semua kejadian hari ini. Ia memerintahku untuk tidur. Nenek menemaniku ke kamar. Nenek mengatakan bahwa kakek menjadi sangat protektif kepadaku karena ia melihat sosok eomma dalam diriku. Ia tidak ingin terjadi kesalahan yang sama padaku. Aku tersenyum pada nenek. Ia membiarkanku tidur. Aku menangis dalam selimut tebalku. Aku berharap ada Ayah di sini sekarang.

.

.

\(w)/~ HARI KE EMPAT

Hari ini kakek melarangku pergi keluar rumah tanpa ditemani oleh dirinya. Jadi seharian ini aku hanya ikut kakek bergelut dengan bisnisnya. Bosan pastinya untuk aku yang senang menjelajah. Nenek melihatku bosan, mengajakku pergi ke Gyeongbokgung alias Istana Gyeongbok. Itu loh istana yang dipakai untuk syuting Sassy Girl Chun Hyang. Bahagianya punya nenek sebaik Lee Taemin. Teukie-eonni tidak ikut mengantar kami karena ia sibuk bekerja di salah satu butiknya. Huft! Pantas saja dia bisa secantik itu.

Istana ini begitu indah dan sangat tradisional. Tidak terlalu jauh dari penggambaran di drama. Yang banyak aku lakukan hanya berfoto-foto. Hahahaha... Lumayan! Daripada menekuk muka di atas sofa ruang kerja kakek.

.

.

\(w)/~ HARI KE LIMA

Aku mematutkan diriku di depan cermin. Aku merapikan pakaian yang kupakai, menilai apakah aku sudah terlihat cantik hari ini.

Kemarin Teukie-Eonni mengajakku untuk pergi. Katanya ada sesi pemotretan antara butiknya dan rekan kerjanya. Selain itu dengar-dengar ia juga ingin memperkenalkan seorang pujaan hatinya. Aku diminta berpenampilan secantik mungkin karena Teukie-eonni bilang akan ada banyak model di sana. Dia bilang mungkin saja aku bisa menggaet salah satunya. Haha... Bisa saja eonni-ku ini.

TOK! TOK! TOK!

"Sungmin-ah, are you ready?"tanya Teukie-eonni dari balik pintu.

"Ne, Eonnie. Chakamman"kataku, mengambil tasku, lalu bergegas menghampiri eonni.

Pemotretan berlangsung dengan sangat baik. Sang photographer, Kangin-ssi, adalah pacar Teuki-eonni. Ia sangat tampan dan senyumnya itu penuh dengan semangat. Mereka berdua pasangan yang serasi. Aku senang membantu para staff untuk menyelesaikan tugas mereka walau terkadang aku terkendala bahasa. Teukie-eonni terlihat sangat gusar dan berkali-kali mondar-mandir di depan ruang rias. Sebenarnya ada apa ya?

"Eonni, what's wrong?"tanyaku sambil memberikan orange juice untuknya.

Teukie-eonni meneguk minuman itu sampai habis. Terlihat jelas raut wajahnya yang cemas. "I don't know where my model is now. He is too late. I worried he won't come"

"Tenang. Breath continously, sis" Aku mengajarkan Teukie-eonni untuk mengatur napasnya. Cukup berhasil karena ia terlihat sedikit tenang.

Sebenarnya siapa sih model itu? Kok nggak profesional banget. Umpatku dalam hati.

"Sorry, I'm late"ujar seseorang dari arah pintu depan.

Beberapa staff langsung menghampirinya dan melakukan tugas mereka masing-masing. Teukie-eonni terlihat sumringah. Oh berarti dia model yang ditunggu sedaritadi. Siapa ya?

"Hei, Wonnie! How are you?"tanya Kangin-ssi pada modelnya yang sudah berganti pakaian dan terlihat stand-by di tempat pemotretan. Aku belum dapat melihat jelas wajah sang model karena ia masih sibuk di-makeup oleh staff.

"I'm really on good mood, hyung!"jawabnya yang jelas-jelas membuatku tercengang, Choi Siwon Super Junior. Rasanya aku mau pingsan melihat kenyataan ini.

Siwon-ssi terlihat sangat tampan dengan semua pakaian yang ia pakai. Tidak ada cacat sedikit pun dari penampilannya. Gaya yang ia berikan juga terlihat sangat natural. Hah, pantas saja ia dipanggil 'Prince Charming'-nya Super Junior. Aku terpaku memandang aksinya di depan kamera Kangin-ssi. Begitu indah.

"Ehem, jatuh cinta?"tanya Teukie-eonni menggodaku.

Aku tersenyum malu. Ada semburat pink di pipiku saat ini. "Aniyo, eonni. I just…" Aku speechless dan hanya mampu menatapnya dengan penuh kagum.

"Thank you, Siwon-ssi!"ujar Kangin-ssi membuyarkan lamunanku.

Kangin-ssi menatapku bingung. Ia memberikan tatapan tanya kepada Teukie-eonni yang langsung diberikan tatapan memohon.

"Akh, Siwon-ssi! Chakkaman! Please, could you stay here? I want to take your pic with her"ujar Kangin-ssi sambil menyeretku ke samping Siwon-ssi.

Apa yang dilakukan Kangin-ssi? Ia ingin membuatku mati karena tidak bisa mengatur degup jantungku yang tak karuan ini. Huaaaa…

"Sure"jawab Siwon-ssi mantap.

Aku hanya bisa pasrah ketika Kangin-ssi memberikan arahan gaya kepada kami berdua. Seperti ikut menikmati suasana, aku dapat bergaya dengan manis sesuai arahan Kangin-ssi. Hal ini membuat Teukie-eonni dan beberapa staff berdecak kagum. Saking Kangin-ssi senang dengan ekspresiku, ia meminta aku dan Siwon-ssi berganti pakaian beberapa kali. Siwon-ssi juga terlihat sangat menikmatinya. Ya Allah, adakah nikmat lain yang lebih dari ini yang akan Kau berikan padaku? Ini sangat indah. Aku hanya bisa memimpikannya selama ini.

"Sungmin-ssi"panggil Siwon-ssi saat aku asyik melihat aksi kami di monitor milik Kangin-ssi. Aku menatapnya bingung. "Can I have your pic with me?"tanya Siwon-ssi yang sukses membuatku membatu.

"Su… sure"jawabku tergagap.

Siwon-ssi mendekatkan tubuhku padanya. Ia menyiapkan kamera ponselnya di depan wajah kami. Aku memasang wajah semanis mungkin. Bukan untuk membuatnya menyukaiku, tapi aku memang benar-benar bahagia. Ah, terima kasih, ya Allah!

.

.

\(w)/~ HARI KE ENAM

Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi kemarin. Teukie-eonni pun berkali-kali menggodaku setelah pemotretan itu. Andai aku bisa memilih, aku lebih ingin mencintai Siwon-ssi dibandingkan Kyuhyun yang terlalu jauh kugapai. Ah tapi itu juga seperti mimpi. Walau Teukie-eonni bilang Siwon-ssi menaruh hati padaku. Tunggu dulu! Itu tidak mungkin, karena Siwon-ssi seorang Christiani yang taat. Ia akan selalu mempermasalahkan perbedaan agama untuk setiap calon pasangannya. Jangan bermimpi Sungminnie! Dia hanya bersikap professional dengan meminta nomor ponselku.

"Sungmin-chagi, ada apa?"tanya Kakek membuatku kaget.

"Eh?"jawabku kaget. Aku baru sadar kalau aku ada di ruang makan. "Tidak apa-apa, kek!"bohongku.

"Ayo, bohong! Kamu tidak makan dengan benar. Tidak enak?"tanya Key ahjumma.

Aku menatap makananku yang masih belum tersentuh. "Enak kok. Hanya saja…"

"Kamu punya masalah?"tanya nenek khawatir.

"Kamu bosan? Ikut ahjussi ke kantor, mau?"tanya Jinki ahjussi yang jelas-jelas akan aku tolak mentah-mentah.

Aku menelan ludah. Aku bingung harus menjawab apa. Aku merasakan sebuah tangan menyentuh telapak tanganku yang setia berada di atas pahaku.

"She will go out with me and Kangin-ah"jawab Teukie-eonni yang mampu membuatku menoleh kepadanya dengan tatapan penuh tanya.

"Promise you will not let her lost again"kata kakek dengan nada penuh penekanan. Mata kakek terlihat tajam bagai elang yang ingin memangsa. Jelas terlihat itu sebagai perintah mutlak.

Aku, Teuki-eonni dan Kangin-ssi sedang berada di gedung SM Entertainment. Kami akan memberikan hasil pemotretan kepada Siwon-ssi, terutama fotoku dengannya. Ah ini pasti hanya alasan klasik kedua kakakku itu untuk membiarkan aku bertemu dengan Siwon-ssi. Jujur aku tidak mood sama sekali. Semua impianku hancur saat menyadari seorang Siwon-ssi yang taat.

Aku menunduk lesu di sebuah bangku, menunggu Siwon-ssi keluar dari ruangannya. Teukie-eonni dan Kangin-ssi asyik dengan cumbuan mereka sendiri. Aku melihat sepasang manusia yang terlihat sedang bertengkar. Sang pria terlihat seperti Kyuhyun dengan tubuh tinggi, kurus dan kulit putih pucat miliknya. Aku mengendap-endap mengikuti kedua orang itu.

Sang gadis terlihat memaki sang pria. Sedang sang pria terlihat seperti memohon kepada sang gadis. Mereka membalikkan badan masing-masing hingga terlihat wajah mereka dengan jelas. Aku menutup mulutku yang menganga lebar. CHO KYUHYUN dan SEOHYUN SNSD. Apa gossip mereka selama ini benar? Aku tidak bisa mencerna kejadian yang sedang berlangsung saat ini. Cho Kyuhyun mencium Seohyun? Tubuhku terasa kaku. Bagaikan tersambar petir dan terhempas dari jurang yang sangat tinggi, dadaku sakit dan nyeri.

PRAAANG!

Tanpa sengaja aku menjatuhkan sebuah guci besar yang ada diatas meja di belakangku. Kyu menolehkan pandangannya. Matanya terbelalak lebar menatapku yang menangkap basah perilakunya dengan Seo. Tanpa aba-aba air mataku sudah membanjiri pipiku. Aku berlari seketika kakiku mulai bisa kugerakkan.

Teukie-eonni dan Kangin-ssi yang menyadari aku berlari di hadapan mereka, langsung mengejar dan memanggil namaku. Aku tidak peduli dengan mereka atau siapapun. Aku hanya ingin sendiri saat ini. Aku berlari ke arah parkiran. Aku meminta Mr. Kim menjalankan mobil ke Namsan Tower.

Aku menaiki kereta gantung di Namsan Tower. Pemandangan di luar sangatlah indah. Aku tidak menyangka keindahannya bisa seperti ini. Andai kondisiku bukan sedang sedih, aku pasti akan sangat menikmatinya. Sia-sia saja. Pemandangan ini tidak sedikitpun mengurangi rasa sakit yang menyerangku saat ini. Aku menaiki lift super cepat ke atas balkon obervasi Namsan Tower. Kalau diperhatikan agak mirip dengan balkon Monas, hanya saja ini terlihat lebih sejuk. Di saat orang datang bersama keluarga dan orang terkasih, aku hanya datang sendiri, menangis pula. Memang tangisanku sudah tidak sekeras tadi, hanya saja terkadang isak tangis itu masih terdengar.

"Mwo? What are you doing here?"tanya seseorang yang menghalangiku menatap ubin.

Aku mendongakkan kepalaku karena merasa terganggu. Aku memiringkan kepalaku ke kanan. Aku tidak mengenal pria ini.

"Hei, Ms. Out of control. You don't know me?"tanya pria itu sambil melepas kacamata dan topinya. Hah! Mr. Silent! "Yes, I'm Mr. Silent"

Aku malas menanggapinya. Aku hanya ingin sendiri. Aku juga tidak peduli alasan ia berada di sini sekarang. Yang pasti aku sedang sial hari ini, itu saja. Aku melangkah pergi meninggalkannya. Dengan kebiasaan yang ia lakukan, ia menahan tanganku.

"Kajja! Follow me"ujarnya bersemangat. Ia menarikku ke suatu tempat. Aku hanya pasrah menanggapinya.

Ia membawaku ke sebuah French restaurant, N*Grill. Tanpa meminta pendapatku, ia memesankan makanan padaku. Aku hanya memandang keluar jendela. Tersuguhkan pemandangan Seoul yang begitu enak dilihat. Aku merindukan Indonesia yang tidak kalah dari ini. Andai saja aku mengikuti saran Ayah untuk tidak mengharapkan cinta mustahilku ini.

Sebuah tangan menyentuh pipiku. Tatapan matanya sendu. "Uljima"ujarnya. "Please"mohonnya lagi dengan suara yang sangat lembut.

Tangisanku semakin deras. Aku tidak sanggup menahan sakit di dadaku. Aku memegang dadaku yang masih sakit, semakin sakit setiap aku mengingat kejadian siang tadi.

"Eat it, please"tawarnya ketika makanan yang ia pesan telah sampai di hadapan kami. Sebuah ice cream cokelat kesukaanku. Terlihat sangat menggoda.

Aku menyendokan sepotong kecil ice itu ke dalam mulutku. "Mashita!"ujarku jujur.

Dia tersenyum senang melihatku yang tanpa sadar sudah melukiskan senyum di kedua sudut bibirku. Aku memandang keluar jendela. Hah! Restaurantnya bergerak. Huaaa… senangnya! Aku tertawa kecil melihat pemandangan di luarku.

Setelah ia berhasil membuatku tertawa, ia kembali menyeretku ke suatu tempat. Mataku terbelalak lebar ketika melihat sederetan tempat penuh dengan Alfred, boneka teddy bear milik pangeran Shin Princess Hours. Aku berjingkrak senang.

"ALFRED!"jeritku sambil memeluk salah satu boneka teddy bear yang terlihat sangat mirip dengan Alfred itu. Salah satu impianku untuk ke museum teddy bear terwujud juga walaupun bukan di Jeju Island. Senangnyaaaaa!

Aku dan Mr. Silent mengelilingi museum yang terletak di basement floor Namsan Tower. Aku bahagia. Alhamdulillah, aku bisa melupakan kesedihanku walau hanya sesaat. Ternyata Mr. Silent tidak seburuk yang terlihat ya. Aku bersyukur Allah memberikan malaikat dalam bentuk dirinya saat ini.

Setelah asyik menjelajahi teddy bear museum, Mr. Silent kembali menarikku ke ruang observasi. Lebih tepatnya ruang luar yang ada di menara Namsan Tower. Ada pagar kawat yang mengelilingi ruang outdoor ini. Ah, ini kan tempat Gu Junpyo menggigil kedinginan menunggu Geum Jandi di Boys Before Flower. Mr. Silent memberikan sebuah gembok kepadaku.

"Write your wish. Anything you pray now"katanya menerangkan.

Aku menuliskan harapanku. 'God, Please let me forget Kyuhyun. I really love him. Let him happy forever. Please, take care him for me' Air mataku kembali mengalir melihat harapanku. Aku memberikan gembok itu kepada Mr. Silent, tapi ia membiarkan aku menguncinya sendiri di kawat. Aku akan melempar kuncinya, tapi aku tidak sanggup. Beberapa kali aku berusaha, namun aku tidak mampu melemparnya. Mr. Silent memintaku untuk memberikan kunci itu padanya. Tanpa pikir panjang, ia melempar kunci itu begitu jauh. Sepertinya aku memang harus melupakan Kyu. Pasrah mode on!

.

.

\(w)/~ HARI KE TUJUH

Tiga hari lagi aku kembali ke Indonesia, namun aku berakhir di sini, di dalam kamar eomma seorang diri. Kakek mengurungku seharian. Ia marah besar semalam. Belum lagi ia melihat mataku yang membengkak dan mendengar penjelasan Mr. Kim bahwa aku menangis. Teukie-eonni kembali menjadi tersangka. Ia dimarahi habis-habisan. Aku sedih melihat eonni cantikku itu menangis. Kakek sudah sangat keterlaluan memarahi eonni. Okay. Aku yang keterlaluan karena kabur begitu saja. Apalagi Mr. Kim memberitahu kakek kalau aku kembali dengan seorang pria asing yang entah siapa karena terlihat sangat mencurigakan. Siapa yang tidak marah dan cemas kalau tahu peristiwanya seperti itu?

.

.

\(w)/~ HARI KE DELAPAN

Seperti hari kemarin, aku dikurung Kakek di rumah. Nenek, Key ahjumma dan Teukie-eonni dengan setia menemaniku selama sehari penuh. Kami biasa memainkan permainan tradisional Korea. Nenek membantuku belajar bahasa Korea yang susahnya minta ampun. Nenek frustasi sendiri karena aku bekali-kali melakukan kesalahan yang sama pada soal yang bagi mereka sangatlah mudah. Key ahjumma mengajarkanku memasak kimchi. Sebenarnya aku tidak suka Kimchi. Rasanya aneh seperti asinan tapi asam dan euh… sulit kugambarkan dengan kata-kata. Lebih enak asinan bogor, bener deh. Hari ini Teukie-eonni mengajak Kangin-ssi ke rumah. Kangin-ssi yang cerewet berhasil membangun suasana hangat dan ceria. Seruuuu!

.

.

\(w)/~ HARI KE SEMBILAN

Masih tetap dikurung oleh Kakek. Hiks… Hari ini aku asyik menonton drama Korea asli. Hahaha… Rasanya berbeda dengan nonton DVD di rumah. Kangin-ssi datang di siang hari, membawa banyak makanan yang kusukai. Aku sangat mendukung Teukie-eonni untuk cepat menikah dengan pria baik ini. Sepertinya Kangin-ssi sudah berhasil merebut hatiku. Mereka berdua asyik bermesraan di dapur, menemani Teuki-eonni memasak.

"Watch KBS now!"teriak Kangin-ssi sambil berlari ke arah ruang keluarga. Ia mengganti channel drama yang sedang asyik aku dan nenek tonton. "Siwon gave me a message that there is press conference for Super Junior's new MV"jelas Kangin-ssi yang baru saja mendapat death glare dari nenek.

"Benarkah? Asyik!"teriakku girang. Pasti ada berita tentang Kyuhyun. Akh! Kyu! Sudahlah aku harus kuat. Ini bukan salahnya kan? Aku harus bahagia melihat seseorang yang kucintai bahagia.

Aku tidak mengerti apa yang mereka semua bicarakan. Satu yang paling kumengerti adalah Kyuhyun sedang sedih. Dia kelihatan sangat lelah dan tidak enak badan. Ada apa dengannya? Aku bertanya pada nenek tentang keadaan Kyuhyun. Nenek juga tidak mengerti kenapa. Kyuhyun terlihat tidak fokus. Beberapa kali ia tidak menjawab pertanyaan dengan baik. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Apakah Kyu bertengkar dengan Seohyun lagi?

.

.

\(w)/~ HARI KE SEPULUH

Hari terakhir di Korea. Aku tidak mau berpisah dengan keluargaku yang sangat baik disini. Aku akan bilang ke semua orang, aku memang beruntung menjadi orang Korea. Aku sangat beruntung.

Hari ini semua orang mengajakku bermain dan berjalan-jalan, tanpa terkecuali. Lee Jinki ahjussi mengajakku ke Insadong. Kakek dan nenek membelikan aku berbagai macam buku Korea. Sudah pasti buku-buku bahasa Korea terutama kisah anak-anak. Mereka bilang aku harus sudah mahir berbahasa Korea, ketika berlibur kembali ke sini. Huaaa… Nggak janji deh. Lain halnya dengan Key ahjumma yang asyik membelikanku sepatu dan aksesoris. Teukie-eonni membelikan alat-alat kecantikan. Kangin-ssi juga ikut loh. Dia membelikan berbagai cemilan untukku. Tinggal Jinki ahjussi yang pundung karena ia bingung mau membelikan apa. Semua sudah dibeli oleh sanak keluarga yang lain.

Malamnya aku sekeluarga pergi ke Cheonggyecheon Stream untuk melihat Laser Light Show. Sungai ini adalah sungai dimana Kyuhyun melukis di MV SEOUL. Aku memang ingin sekali melihat acara ini. Begitu indah dengan warna-warni air yang tersemprot keluar.

Kakek dan nenek duduk di pinggir sungai. Teukie-eonni dan Kangin-ssi bercumbu dengan mesra dibelakang kakek dan nenek. Jinki ahjussi dan Key ahjumma sedang asyik tawar menawar di salah satu stand. Aku sendiri asyik memandangi permainan indah laser di depan kedua mataku. Akhirnya aku akan pulang ke Indonesia. Kesannya aku tidak rela. Kyuhyun, sampai akhirnya aku memang tidak bisa menggapaimu. Huft! Airmataku mengalir ketika sadar aku benar-benar akan meninggalkan negara indah ini. Negara yang begitu banyak memberikan kenangan walau hanya sepuluh hari kulewati.

"Oh, Thanks god! Finally… Hosh… I… Hosh… Found you"ujar seseorang yang sekarang sedang mengatur napasnya di depanku.

Biar kutebak! "Mr. Silent!"teriakku histeris membuat aku dan orang di depanku ini terlonjak kaget.

Keluargaku yang mendengar aku menjerit keras, langsung menghampiriku. Mereka bertubi-tubi memberikan pertanyaan padaku dan menatap garang kepada Mr. Silent. Aku harus bersusah payah menjelaskan pada mereka bahwa ini adalah temanku. Dengan usaha yang sangat keras, aku berhasil meyakinkan kepada mereka bahwa aku akan baik-baik saja dengan Mr. Silent. Kami berdua berbincang di pinggir sungai.

"Here it's yours"ujar Mr. Silent. Ia memberikan sebuah buku kepadaku. Ya ampun, ini adalah buku harianku yang khusus kubuat untuk Kyuhyun dan perjalanan saat ini. Buku ini penuh dengan mimpi dan rencana tempat yang akan kukunjungi. Kenapa bisa ada padanya?

"You lost it when the night you yelling his name"jelas Mr. Silent seakan tahu kalau aku bertanya eksistensi buku ini padanya.

"Here" Ia memberikan sebuah gembok kali ini. Gembok yang aku kaitkan di kawat Namsan Tower.

"Wae?"tanyaku sambil menerima gembok itu.

"I don't want you forget me. I won't be happy without you"ujar Mr. Silent dengan tatapan yang sangat sendu. Terlihat sekali ia terluka.

"I don't understand. You? You? Who are you?"tanyaku. Sungguh aku tidak paham.

Mr. Silent melepas kerudung jaketnya beserta penutup wajahnya yang selama ini setia merekat pada wajahnya. Rambut ikal kecoklatan, mata obsidian, kulit putih pucat, hidung mancung dan senyuman yang tersungging aneh di sisi pipinya. Seringai yang sangat khas di ingatanku. Seringai yang selama ini bisa membuat jantungku berhenti. Aku terdiam. Aku berhenti bernapas. Haruskah aku percaya atas apa yang ada di hadapanku ini?

GREEEEP!

Sebuah pelukan memenuhi sisi tubuhku. "Saranghae, Sungmin-ah! Aku mencintaimu"bisiknya merdu di telingaku.

Oh tolonglah, jantung jangan berhenti saat ini! Dadaku berdesir tak karuan. Aku masih membeku. Ini pasti mimpi. Aku mohon ya Allah, jangan biarkan aku terbangun dari mimpi indah ini. Mr. Silent atau Cho Kyuhyun melepas pelukannya. Ia menatapku dengan sangat lembut. Ia memberikan sebuah Alfred untukku.

"Would you be my girlfriend?"

Aku mengangguk mantap. Kyu terlihat sangat senang. Kedua tangannya meremas bahuku. Ia mendekati wajahku dengan posisi ingin menciumku. Aku menahan wajahnya dengan tanganku. Untung saja aku bisa sadar di saat yang tepat.

"Don't kiss me"omelku. Aku memberi death glare pada Kyu.

"But you're my girl now"

"I only give it to my husband"kataku sambil mendorong tubuh Kyu menjauh dariku.

"But I will be your husband"ujar Kyu manja.

Aku mengerucutkan bibirku sebal. "Ugh! You have Seohyun. Why you want me as your girlfriend? You lie to me! Why you become Mr. Silent? Wae? Wae? Wae?"kesalku sambil memukul bahu Kyu. Air mataku mulai mengalir.

Kyu memelukku lagi. Ia mengelus punggungku. "Jeongmal mianhae. You are wrong. I don't have any relationship with her or anyone. That's a misunderstanding. Don't get me wrong"

Aku memberontak dalam pelukannya. Semakin kuat aku memberontak, semakin erat Kyu memelukku. "Uljima please"ujarnya sedih.

"Promise me you will not lie to me again"ujarku mengancamnya.

"I promise"

Aku tidak menyangka, aku bisa mendapatkan cinta yang selama ini hanya ada dalam impianku. Aku menjadi kekasih Kyu. Tentu saja diam-diam. Untung saja semua orang sibuk dengan urusan masing-masing hingga tidak menyadari si Evil Magnae of Super Junior.

Aku mengenalkan Kyu kepada semua keluargaku saat kami semua berangkat ke bandara. Keberangkatanku memang flight terakhir hari ini. Kyuhyun begitu bawel bersama keluargaku. Kami semua tertawa bersama. Di ruang tunggu, Kyu masih asyik menggenggam tanganku. Ia tidak sekali pun melepaskan samarannya. Dengan samaran seperti itu saja, beberapa ELF bisa menebak itu Kyu. Hahahaha… aku harus sabar jika menjadi pacar makhluk satu ini.

Panggilan untuk flight-ku akhirnya terdengar. Kyu memelukku erat, seakan tidak ingin melepasku pergi. Kakek memarahi Kyu yang seenaknya memonopoliku. Aku pasti merindukan Kakek yang overprotektif, nenek yang sangat pengertian, Jinki ahjussi yang aneh, Key ahjumma yang shopaholic, Teukie-eonni yang baik hati, Kangin-ssi yang cerewet dan Kyuhyun yang manja. Aku menitipkan kekasihku itu kepada semua keluargaku. Aku meminta mereka untuk selalu memperhatikan tingkah Kyu. Awas saja kalau dia berani selingkuh. Kakek menjamin dia tidak akan berani melakukan itu.

"Please, Don't go"tahan Kyu sekali lagi. Ia memberikan tatapan paling menyedihkan yang ia punya.

"Don't act like that"

"I'm not acting. I will be so sad if you go"

Aku membelai pipinya. "There is email, twitter or blog. We still can communicate well then. I must go. If you hate this Long Distance Relationship, we can break now"ujarku memberi kenyataan terpahit yang akan sulit kuterima.

Kyu memelukku. Aku mendengar isak tangis pelan dari bibirnya. "I won't be like that. I love you. If you still there for long time, I will go to Indonesia and take you away here"ancamnya, masih dalam pelukanku.

Panggilan terakhir untuk penerbanganku. Aku melepas pelukan Kyu. Aku mencium pipi Kyu singkat, lalu berjalan menjauh. Kyu membalikkan badannya. Kurasa ia tidak sanggup melihat perpisahan ini. Aku melambai kepada semua keluargaku. Aku membalikkan badanku dan air mata jatuh begitu saja di kedua pipiku. Selamat tinggal Korea yang indah.

.

.

..::THE END::..

.

.

~Ketika kau memiliki impian dan fokus untuk menggapainya. Percaya, Berdoa dan Usaha niscaya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sedikit Keajaiban dan VOILA… semua jadi nyata~


..::Cuap2 Author::..

Another Long OneShoot from Yuya. Word: 6678. Wow! Maaf ya Yuya ga bisa buat oneshoot yang pendek. Ini aja udah dibuat singkat2. Hiks… Membosankan dan aneh kan? Tolong Kritik dan Sarannya ya!

REVIEW apapun diterima asal kasih saran ya! Untuk perbaikan Yuya di masa datang. Yuya berencana akan hadir dengan oneshoot lainnya. Pengennya sih buat Kyuhyun POV. Tapi klo readernya dikit, aku ga akan buat. Percuma…

Gomawo dah mau baca. Kalo reader yang review sedikit, Yuya berhenti Posting FF.

So don't be Silent Reader! REVIEW… REVIEW…