Disclaimer : Everything written in this blog is creation of my imagination. The characters belongs to their mangaka, but the plot belongs to me. Please DO NOT REDISTRIBUTE!
Author : _kadzuki_ aka fate_aram
Rating : T
Pairing : AkaKuro, AoKise
Genre : AU, Carck, Shonen-ai, Comedy
Cast : Kuroko Tetsuya, Akashi Seijuurou, Kise Ryouta, Aomine Daiki, Murasakibara Atsushi, Midorima Shintarou
Summary : Kuroko ingin mendapatkan ciuman pertama yang sempurna. Sayang, tiap kali impiannya nyaris menjadi nyata, ia selalu teringat cerita Kise…
A/N : Masih nyambung sama yang Actually, I've… kemaren-ssu! Setting cerita kayak sekolah dan kehidupan pribadi Kiseki no Sedai nanti dijelasin di seri selanjutnya-ssu! Itadakimasu~
.
[Part 1]
.
.
Dan akhirnya ia bisa bersama dengan orang yang dicintainya.
Tamat.
Kuroko menutup novel berjudul 'Jejak Langkah' karya Kakeru Suwa*. Novel itu tidak terlalu tebal, namun meninggalkan kesan yang mendalam di hatinya. Sebuah kisah pedih dimana akhirnya sang tokoh utama bisa bersatu dengan orang yang dicintainya. Klise memang, tapi semua orang menginginkan ending kehidupan yang seperti itu, termasuk dirinya. Suasana romatis dan hidup bahagia di pinggir kota hingga maut memisahkan. Sempurna.
Seandainya saja angannya itu menjadi nyata, seandainya ia bisa bersikap romantis dengan kekasihnya seperti Aomine dan Kise…
Dan menyinggung soal Kise, pikirannya kembali tertuju pada cerita Kise tadi siang. Kise dan Aomine asyik bermesraan, berciuman di suatu tempat sepi di sekolah, dan ketika mereka sedang 'panas-panas'-nya, Kise malah... kentut. Buyar. Hancur sudah segala keromantisan yang ada. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Aomine saat mendengar melodi indah dari pantat Kise di tengah suasana yang penuh hasrat. Apakah Aomine menertawakan Kise habis-habisan? Ataukah ia langsung menyidir Kise habis-habisan dan pergi? Ah, seharusnya tadi ia membiarkan Kise selesai bercerita dulu baru memukulnya.
Dan semoga saja aku tidak mengalami hal memalukan seperti itu. Jangan sampai.
Beruntung ia sudah mendengar cerita Kise, jadi ia bisa melakukan langkah pencegahan-untuk-hal-memalukan-di-depan-kekasihmu. Dan ia akan mendapatkan ciuman pertamanya yang sempurna.
Yap, ciuman pertama.
Sepanjang tujuh belas tahun hidupnya, Kuroko Tetsuya belum pernah berciuman. Ia sudah memiliki seorang kekasih yang setia dan amat sangat menyayanginya, namun selama satu tahun pacaran, belum pernah sekalipun mereka berciuman. Hal yang paling berani dilakukannya hanyalah memeluk kekasihnya.
Bukannya mereka berdua tidak bisa bersikap romantis. Sudah ratusan kali mereka terjebak dalam kondisi yang mendukung, entah itu sepi, di bawah hujan gerimis, di pinggir pantai saat libur musim panas, bahkan di bawah siraman cahaya senja yang memikat. Tapi tak pernah sekali pun mereka berhasil berciuman. Hal itu dikarenakan Kuroko merasa tidak bisa melakukannya, membayangkannya saja ia tidak kuat, rasanya... rasanya terlalu aneh, it's too embarrassing. Apalagi kalau selesai berciuman, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Jangan-jangan nanti ia malah mimisan saking tegang*?*nya.
" It's trully embarrassing... " gumam Kuroko sambil membaringkan tubuhnya di atap gedung sekolah yang hangat. Matanya yang sewarna angkasa menatap langit musim semi yang dihiasi gumapalan awan. " If I fart, it'll be the end of us. Arrrrrrrggghhhhh! "
" Tetsuya? Ngapain kamu teriak-teriak? "
Kuroko terkesiap. Ia mendongakkan kepalanya dan tampaklah sosok kekasihnya yang berdiri di ambang pintu.
" Sei-kun? "
Kuroko menyentakkan tubuhnya agar kembali ke posisi duduk. Belum sempat ia menoleh, Akashi sudah memeluknya, mendekapnya dari belakang. Akashi menyandarkan kepalanya di bahu Kuroko, menyesap aroma tubuh kekasihnya itu.
" Tadi mikirin apa sampai teriak-teriak gitu? Ada yang menjahilimu lagi? Apa perlu kuhajar? "
" Ti-tidak! Bukan itu! "
Wajah Kuroko langsung memerah. Ia berharap Akashi tidak bisa membaca apa yang tadi dipikirkannya melalui ekspresi wajahnya. Dia memang seorang yang minim ekspresi, namun di hadapan seorang Akashi Seijuurou, seluruh ekspresinya yang jarang muncul ke permukaan keluar dengan mudahnya.
" Lalu? " tanya Akashi sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Kuroko. Jarak antara wajah mereka kini kurang dari satu senti lagi. " Apakah menyangkut diriku? "
Kuroko bisa merasakan hembusan nafas Akashi di bibirnya. Seharusnya ini menjadi momen yang cukup tepat untuk ciuman pertamanya, berdua, di atap sekolah, dengan belaian angin musim semi yang menemani. Tinggal sedikit lagi sampai ia bisa menciptakan memori akan ciuman pertamanya yang sempurna, hingga…
Cerita kentut Kise kembali bergaung dalam kepalanya.
Kuroko membayangkan dirinya dan Akashi berciuman, kemudian saat sedang seru-serunya ia malah kentut. Panjang lagi. Tanpa disadarinya, tubuhnya yang tadi rileks kini menegang, dan entah kenapa seluruh partikel gas yang ada di sekitar organ pencernaannya serentak menuju satu tempat berbahaya, satu tempat yang akan menghancurkan impian kecilnya.
Harus dihentikan sekarang. Atau semuanya akan tamat.
" Maaf, Sei-kun! Aku ingat ada sesuatu yang harus kukerjakan! "
Mendadak Kuroko mendorong Akashi, bangkit, dan langsung kabur dengan kecepatan tinggi. Yang ditinggalkan cuma bengong, posisinya masih sama ketika ia memeluk Kuroko tadi. Begitu kesadarannya kembali, matanya berkilat penuh curiga.
" Pasti ada sesuatu yang disembunyikan Tetsuya. "
.
.
Semiggu sudah berlalu semenjak insiden Kuroko-kabur-saat-mau-berciuman-dengan-Akashi. Tidak ada yang berubah. Kuroko tetap jarang berekspresi, Akashi tetaplah seorang raja di asrama mereka dan masih hobi melempar gunting sesukanya, Aomine tetap saja mesum *apa hubungannya coba?!*, serta hubungan antara Akashi dan Kuroko masih berjalan seperti biasa.
Well, sebenarnya ada yang berubah sih. Sedikit.
Sedikiiiiittt sekali.
Saking sedikitnya sampai setiap jam ada murid yang pingsan akibat mendadak dilempar gunting oleh Akashi.
" Akashi, kamu ini kenapa nodayo? Seminggu kelihatannya kamu uring-uringan terus. Kasihan yang jadi korbanmu nodayo. " sahut Midorima sambil membetulkan letak kacamatanya.
Akashi tetap diam, tidak memberikan reaksi apa pun. Jemarinya memainkan gunting berwarna bluenette dengan lincah, ancaman tanpa kata bagi siapa saja di sekelilingnya. Sekali saja salah kata, maka akan ada yang berakhir di klinik asrama.
" Akashicchi marah karena apa-ssu? " tanya Kise penasaran. Jarang-jarang Akashi dalam kondisi 'ready-to-kill-anyone' selama seminggu. Biasanya mood-nya akan membaik begitu melihat sang kekasih tercinta.
" … "
" Karena kemarin kita tidak berhasil unggul lima puluh angka dari asrama sebelah-ssu? "
" …(Nggak ada hubungannya) "
" Ummm… Karena harga makanan di kafetaria naik-ssu? "
" …(Aku bukan Atsushi, dasar bego) "
" Ataauuu… Karena majalah XXX-mu disita kepala asrama-ssu? "
" …(Otakku tidak seperti pacarmu yang kerjaannya cuma mikirin XXX dan XXX) "
Kise menghela nafas putus asa, segala tebakannya salah. Bisa saja sih dia mengabaikan hal ini begitu saja, toh cepat atau lambat Akashi akan kembali seperti semula. Tapi rasa penasaran yang bersemayam dalam dirinya semenjak Akashi mulai uring-uringan telah melampaui kapasitas. Ia memutar otaknya, berpikir, berpikir, berpikir… dan mendadak ia menepukkan tangannya dengan antusias.
" Pasti karena Kurokocchi yaaaa~ "
DEG.
" Tuh kaaannn~ Akashicchi mendadak jadi patung-ssu. Berarti aku benar~ " Kise tersenyum lebar, tahu kalau tebakannya kena sasaran. " Jadi jadi jadiiiii… Apa yang terjadi-ssu? Apakah akhirnya kalian mendapatkan ciuman pertama kalian? "
DEG.
" Akashicchi, ayo cerita dong~ Gimana rasanya? Aku mau ta— "
CKRIS.
Hening seketika. Kise mematung, tidak berani menoleh untuk melihat gunting yang baru saja terbang dan nyaris mengenainya. Ternyata ia bukan hanya melewati batas, melainkan juga telah menginjak ranjau berbahaya. Yang lain ikut-ikutan mematung, tidak mau jadi korban Akashi yang selanjutnya.
Akashi yang sudah frustasi memandangi Kise dengan tatapan 'you'll-de-right-here-right-now-so-pray-for-the-las t-time'. Tangan kanannya sudah memegang sebuah gunting—kali ini berwarna merah—siap untuk terbang dan mengirim korban selanjutnya ke klinik asrama.
" Jadi Akachin sudah mencium Kurochin berapa kali? "
Murasakibara memecah keheningan dengan nada yang begitu polos. Meski suasana di sekelilingnya sudah seperti ladang pembantaian di medan perang, ia tetap mengunyah keripik kentangnya dengan santai. Entah dia bodoh, tidak peka, atau dua-duanya.
Yang ditanya kini mematung, sepertinya berusaha menyerap pertanyaan polos Murasakibara dengan otaknya yang mendadak lama loading akibat terbutakan oleh suasana hatinya. Sedikit demi sedikit, rasa penasaran dan frustasinya yang menumpuk dan mengganjal di hatinya tanpa ia sadari, terkumpul di satu titik, dan…
" AKU BELUM MENCIUMNYA, KALIAN PUAS?! " Akashi melempar gunting di tangannya. " SEMINGGU LALU AKU NYARIS MENCIUMNYA DI ATAP! " Ia melempar satu gunting lagi, kali ini menyerempet lengan Aomine yang tidak berkicau sejak awal. " TAPI MENDADAK DIA MENDORONGKU DAN KABUR BEGITU SAJA! " Lempar lagi. " SETELAH ITU DIA BERSIKAP SEOLAH TIDAK TERJADI APA-APA! " Lempar lagi dan lagi. " DAN SEJAK SAAT ITU IA MENGHINDARI KONDISI DIMANA KAMI BISA BERDUAAN! "
Semua melongo melihat Akashi yang lepas kendali sambil curhat dadakan. Bahkan Murasakibara yang tidak bisa berhenti makan sedetik pun ikut bengong dengan mulut terbuka. Akashi terengah-engah, antara kehabisan nafas sehabis teriak-teriak dan ingin melempar gunting (lagi) dengan sekuat tenaganya.
" Barangkali… Kau kelihatan terlalu bernafsu saat menciumnya? " sahut Aomine, memecah keheningan mencekam di sekeliling mereka. " Jadi Tetsu berpikir kalau kau mau memperkosanya. "
CKRIS.
" Jangan samakan otak jeniusku dengan otak mesummu, Ahomine Daiki. "
Aomine langsung mengekeret di sudut, sementara Kise menepuk-nepuk kepalanya, prihatin.
" Mungkin karena Akachin bau? "
Serentak semua langsung menoleh ke arah Murasakibara yang masih terus makan keripik kentangnya tanpa henti. Murasakibara memang lemot dan sering mengatakan hal-hal bodoh yang kurang sesuai dengan otak anak SMA, semua tahu itu. Tapi mengatakan hal bodoh yang menyinggung Akashi itu namanya cari mati.
" Atsushi… Bagaimana bisa aku yang ditakdirkan menjadi seorang Raja ini kau katai bau, hah? " ujar Akashi dengan nada mengancam, siap untuk meledak lagi.
" Tapi Akachin memang bau sehabis makan buah yang dikirimi dari rumahmu itu. " jawab Murasakibara pelan.
" Ah! Maksudmu buah jelek berduri yang bernama durian itu, nodayo? " celetuk Midorima tiba-tiba. " Buah yang baunya bikin mual tapi enak itu 'kan, nodayo? "
Murisakibara mengangguk-anggukkan kepalanya dengan antusias. Mana mungkin ia melupakan cemilan-cemilan enak, terutama cemilan-cemilan mahal yang dikirim dari keluarga Akashi. Sekitar dua minggu yang lalu keluarga Akashi mengirimkan satu peti durian untuk anak sulung mereka dan teman-temannya. Tapi dari enam orang member Kiseki no Sedai, yang mau memakan cemilan kiriman keluarga Akashi itu hanya Murasakibara, Midorima, dan Akashi sendiri. Sisanya menolak karena tidak kuat dengan baunya.
" Ma-masa cuma karena makan durian aku jadi bau? Bau keringatku masih sama kayak biasanya! " balas Akashi tidak terima.
" Kau kan terbiasa mencium bau badanmu sendiri, kalaupun kau bau, kau tidak akan sadar. Tetsu kan tidak setiap saat bersamamu, jadi kalau baumu berubah, dia akan langsung sadar. " sahut Aomine mendadak nimbrung.
" Ti-tidak mungkin! Kalau aku bau, Atsushi yang satu kamar denganku pasti sudah protes duluan! "
" Sejak kapan Murasakibaracchi mempedulikan hal-hal selain makanan-ssu? Akashicchi nggak mandi seminggu pun kayaknya dia nggak akan sadar. "
CKRIS.
Kali ini Kise yang mengkeret, sambil menangis pula.
" Tapi kau kan orangnya bersih, jadi mungkin soal bau durian itu tidak terlalu berpengaruh, nodayo. "
" Lalu? "
" Akhir-akhir ini kau sedang keranjingan makan gyoza, 'kan? Mungkin Kuroko menghindar karena mulutmu bau, nodayo. "
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Midorima membuat Akashi serasa ditonjok lalu ditampar bolak-balik. Selama ini ia memang tidak memiliki niatan untuk mendapatkan ciuman pertamanya sebelum Kuroko siap. Tanpa ia sadari, ia melupakan poin-poin penting yang harus diperhatikan. Dan secara logis, mana ada orang yang mau berciuman kalau mulut pasangannya bau.
Jadi gara-gara ini Tetsuya menghindariku, hah?!
.
.
Semenjak anggota Kiseki no Sedai mengatakan kalau Kuroko menghindar karena dirinya bau, Akashi pun mengambil langkah ekstrem agar hubungan dengan sang pujaan hati kembali normal seperti semula. Normal tanpa embel-embel 'ada sedikit yang tidak normal'.
Yah, sebenarnya dia mengharapkan sedikit dia atas normal. Mengharapkan ciuman pertamanya.
Perubahan tingkah Akashi dalam semalam, dari mode 'ready-to-kill-anyone' ke mode 'I-must-be-perfect', membuat seisi asrama tercengang sekaligus ngeri. Kali ini bukan ngeri karena takut jadi korban salah sasaran dari gunting Akashi, melainkan ngeri karena bau Akashi yang melewati ambang batas pencemaran udara.
Demi menetralisir bau badannya—juga demi kembalinya sang kekasih ke pelukannya—Akashi rela melakukan berbagai macam cara yang jika ia dalam kondisi waras tidak akan mau melakukannya. Luluran dan berendam selama dua jam di ofuro asrama setiap pagi dan malam hari, menyebabkan sebagian besar anak-anak asrama lainnya terpaksa tidak mandi atau menumpang mandi di asrama lain demi menyelamatkan diri dari serbuan gunting Akashi yang tidak mau diganggu.
Belum lagi krisis parfum, permen karet mint, dan penyegar mulut di combini asrama karena semua diborong Akashi untuk menjaga agar mulutnya tetap dalam kondisi fit dan prima. Selain saat tidur, makan, mandi, dan latihan basket, ia akan menguyah permen karet mint-nya tanpa henti meski rahangnya serasa mau copot saking pegalnya. Sebagai pelengkap, tiap satu jam sekali ia akan menyingkir ke toilet untuk menyemprotkan parfum dan penyegar mulut.
Hasilnya? Jangan ditanya.
Seorang Akashi Seijuurou menjadi sangaaaat harum seharum namanya *apacoba?*.
Saking harumnya sampai membuat siapa pun yang disekelilingnya pusing dan mual-mual, bahkan beberapa langsung muntah di tempat.
Untungnya semenjak keabnormalan ini dimulai, tidak sekalipun Kuroko bertemu Akashi karena kesibukan di kelasnya yang mengharuskan ia mendedikasikan sembilan puluh persen waktunya di asrama sebelah. Kalau mereka sampai bertemu, mungkin Kuroko bakal kejang-kejang atau langsung pingsan di tempat saking syok-nya. Dan demi keselamatan seluruh penghuni asrama mereka, tidak ada seorang pun member Kiseki no Sedai yang menegur Akashi *cari mati hah?* karena telah melakukan pencemaran lokal.
Kini hanya sebuah keajaiban bernama 'Kuroko Tetsuya'-lah yang bisa menghentikan bencana ini.
.
.
Lima hari.
Lima hari sudah seisi asrama terpolusi oleh bau menyengat harum Akashi.
Lima hari pula batas para member Kiseki no Sedai bertahan dari keekstriman sang Raja. Jika besok mereka masih mencium udara yang tercemar bau harum Akashi, bisa-bisa penciuman hidung mereka tidak akan normal lagi selamanya. Padahal penyebab keekstriman Akashi ini adalah mulut seenak jidat mereka sendiri.
Akhirnya setelah rapat rahasia yang dipenuhi suara kunyahan Murasakibara, ramalan nggak jelas Midorima, sumpah serapah Aomine, dan Kise yang bolak-balik menangis di pojokan, para member Kiseki no Sedai setuju untuk menyeret Kuroko pulang dari asrama sebelah demi menghentikan kegilaan pasca-kiamat ini. Yang pertama, mereka harus mencari tahu alasan mengapa Kuroko tidak mau berduaan dengan Akashi. Yah, sekedar konfirmasi apakah Akashi memang bau atau tidak. Yang terakhir mencari cara agar Kuroko mau mencium Akashi agar masalah ini selesai. Case closed. Forever.
Kise pun terpilih sebagai eksekutor. Selain karena ia teman sekamar Kuroko, ia juga seorang uke—lebih tepatnya uke-nya Aomine—sehingga kalau alasan Kuroko menghindar dari Akashi menyangkut perasaan, omongan mereka bakalan nyambung. Coba bayangkan jika eksekutornya bukan Kise, Murasakibara malah mengurusi cemilannya yang berjubel, Midorima akan membahas horoskop beserta lucky item-nya sampai mulutnya berbusa, dan Aomine—dijamin seratus persen—mengajari hal-hal mesum.
Yah, rasanya sejak awal para member Kiseki no Sedai memang nggak ada yang waras.
" Jadi, kenapa Kise-kun menyuruhku buru-buru kembali? " sahut Kuroko sembari duduk bersandar di tepi ranjang di kamarnya dan Kise.
" Aku kangen sama Kurokocchi-ssu~ " balas Kise ngawur. Dia harus berbasa-basi dulu sebelum menembak tepat ke sasaran. " Aku kan kesepian selama kau menginap di asrama sebelah-ssu. Aku kan butuh kehangatan. "
" Bohong. Kalau aku sedang tidak ada, kau kan pasti membawa Aomine-kun untuk tidur disini. "
" Da-darimana kau tahu?! " tukas Kise dengan wajah yang mendadak semerah tomat. Ia menyangka selama ini Kuroko tidak tahu kalau tiap kali Kuroko tidur di tempat lain, ia akan membawa Aomine-nya tercinta menginap. Tentu saja untuk bermesraan. Dan paginya ia tidak pernah lupa membereskan kamar mereka seperti semula, menghilangkan bukti-bukti keberadaan Aomine disana.
" Hmm… Soalnya baunya berbeda, sih. "
Ingin sekali rasanya Kise membenturkan kepalanya ke dinding, menyesali kebodohannya. Bagaimana bisa ia tidak berpikir sampai kesitu? Kamar sih bisa dirapikan, tapi bau sehabis 'main'… Ia bersumpah setelah ini akan memborong pengharum ruangan dari combini asrama dan menyemprotkannya sepanjang waktu. Get rid of all evidence. Lalu bau Aomine takkan pernah terlacak lagi.
Tunggu.
Bau Aomine.
Bau?
" AAAAHH! JADI KUROKOCCHI MEMANG MENGHINDARI AKASHICCHI KARENA DIA BAU?! " jerit Kise antusias.
Kuroko langsung melongo. Apa dia tidak salah dengar? Kise baru saja bilang kalau dia menghindari Akashi karena Akashi bau? Apa Kise akhirnya beneran gila?
" Tu-tunggu, Kise-kun. Aku? Menghindari Akashi-kun karena bau? "
Kise menganggukkan kepalanya dengan bersemangat. Kuroko terdiam, ingatannya kembali saat ia dan Akashi nyaris berciuman, kemudian ia kabur karena mengingat cerita Kise-yang-kentut-saat-ciuman-dengan-Aomine. Sejak itu ia terus menghindari saat-saat dimana ia hanya berduaan dengan Akashi, sebab tiap kali ia membayangkan mereka berciuman, ia akan mengingat cerita kentut Kise, dan secara ajaib partikel gas di sekitar pencernaannya akan berkumpul menuju satu titik berbahaya.
" Ka-kalian semua sadar aku menghindari Akashi-kun? "
" Tentu saja-ssu! " Kise mengacungkan kedua jempolnya. Padahal para member Kiseki no Sedai tahu setelah Akashi meledak sambil curhat dadakan. " Kasihan sekali (korban) Akashicchi. Kalau memang Akashicchi bau, Kurokocchi langsung bilang saja, nggak perlu pakai acara hindar-menghindar begitu-ssu. "
Kuroko menggigit bibir bawahnya. Biar alasannya sangat memalukan, ia harus bercerita agar tidak ada yang salah paham. Bagaimana mungkin ia menghindari Akashi hanya karena kekasihnya itu bau. Sepanjang yang diingatnya Akashi tidak pernah bau. Kalau bau keringatnya sih dia suka. Hehehe.
" Anu, Kise-kun… Aku menghindari Akashi-kun bukan karena dia bau… "
" Bukan? " tukas Kise bingung. Namun sedetik kemudian matanya membelalak. " Jadi Kurokocchi selingkuh?! Tega sekali-ssu! "
PLAK.
" Tolong buang pikiran ngawur itu. Aku tidak mungkin berpaling dari Akashi-kun. " ujar Kuroko sambil menepu-nepukkan tangannya yang barusan ia pakai menampar Kise. " A-aku hanya… Hanya… "
" Hanya? " Kise menelengkan kepalanya, menunggu lanjutan kalimat yang meluncur dari mulut Kuroko.
" Hanya takut… kentut… "
Kuroko mengatakan kata 'kentut' dengan suara yang nyaris menyamai bisikan. Wajahnya sudah semerah tomat. Ia sudah mempersiapkan mentalnya jika teman sekamarnya itu tertawa habis-habisan seperti orang gila. Namun hingga satu menit berlalu, tidak ada reaksi apa pun dari Kise. Yang ada malah pemuda itu memandanginya dengan tatapan bingung totalitas.
" Kentut? Memangnya apa yang salah dengan kentut? " tanya Kise dengan muka polos.
" Itu… Soal cerita wa-waktu Kise-kun ber-berciuman dengan Aomine-kun, yang kentut itu loh… Saat Akashi-kun mau menciumku, a-aku teringat dengan cerita Kise-kun, dan mendadak aku jadi mu-mulas… "
Satu detik.
Dua detik.
Sepuluh detik.
" AAAAAAAHHH! JADI KUROKOCCHI MENGHINDAR KARENA TAKUT KENTUT! " sahut Kise alih-alih menjerit histeris.
Reflek Kuroko langsung menyambar bola basket yang secara kebetulan tergeletak di dekatnya, lalu melemparkannya sekuat tenaga ke muka Kise. Pemuda berambut kuning itu tidak sempat mengindar, sehingga bola basket itu mencium wajahnya dengan mesra. Dengan sedikit rengekan 'itai-ssu~', ia pura-pura menyeka air mata palsunya.
" Jangan bilang siapa-siapa. Aku malu sekali, apalagi kalau Akashi-kun sampai tahu. " Kuroko menundukkan kepalanya, menyembunyikan semu merah di pipi dari pandangan Kise. " Kumohon, Kise-kun. "
" Baiklah-ssu~ " tukas Kise tanpa berpikir lagi. " Karena Kurokocchi adalah sahabat terbaikku, teman sekamarku tercinta, maka aku berjanji akan menjaga rahasia ini sampai ke liang kubur-ssu. "
" Nah, sudah tidak ada lagi yang ingin Kise-kun tanyakan lagi padaku, kan? Aku mau mandi, badanku lengket. "
" Okee~ "
Dengan tampang minim ekspresinya, Kuroko mengambil peralatan mandi dan baju ganti dari kloset miliknya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun—dan biasanya sih memang begitu—ia menghilang ke balik pintu sementara Kise melambaikan tangan dengan bersemangat seperti mengantar orang yang akan pergi jauh saja. Begitu pintu tertutup diiringi bunyi 'blam' pelan, Kise merenggangkan tubuh layaknya kucing yang kebanyakan tidur.
" Yah, tiduran sebentar, terus nanti nyusul Kurokocchi ke ofuro deh~ " gumam Kise. " Pasti menyenangkan sekali berendam ber— TUNGGU! AKASHICCHI KAN LAGI MENGISI AMUNISI BAU MENYENGAT HARUMNYA DI OFURO! KUROKOCCHI BISA MA— TIDAK! AKU, AOMINECCHI, MIDORIMACCHI, DAN MURASAKIBARACCHI YANG BAKAL DIBUNUH DULUAN GARA-GARA MENCETUSKAN IDE SOAL 'BAU' ITU! "
Plis deh Kise, nggak perlu sok lebai kayak gitu. Tapi— yah, Akashi pasti mencoba membunuh kalian.
Setelah berguling-guling, menangis, dan meratapi diri sendiri, barulah Kise sadar bahwa ia harus menghentikan Kuroko bagaimanapun caranya. Teman sekamarnya itu tidak boleh datang ke ofuro asrama—dan yang paling penting—ia tidak boleh bertemu dengan Akashi yang kini baunya harum semerbak bagaikan cologne tante-tante girang dicampur bau keringat penarik ricksaw di lokasi wisata Kyoto.
Yakin deh, Kuroko bakal langsung pingsan di tempat pada hirupan pertama.
Kise menggunakan kemampuan copy cat-nya untuk mengkopi talenta Aominecchi-nya yang tersayang, lalu segera berlari dengan kecepatan penuh di koridor asrama demi mencegah Kuroko—tidak—lebih tepatnya pembunuhan berantai yang akan dilakukan Akashi. Entah kenapa, justru di saat genting begini, sang bayangan yang biasanya klemar-klemer, sudah hampir mencapai ofuro asrama.
Tinggal dua meter lagi—Kise sudah putus asa, sudah terbayang olehnya sebuah kamar gelap dengan empat mayat berlumuran darah, di tengahnya Akashi berdiri, gunting di kedua tangan beserta seringai maut di wajah. Tidak, Akashi tidak akan membunuh mereka secepat itu. Ia akan menyiksa mereka dulu, memaksa mereka melakukan latihan neraka sampai titik keringat terakhir, lalu baru dihujani gunting sampai mati.
Oke, kayaknya nggak sampai sebegitunya deh.
Tapi kalau yang dibicarakan Akashi sih mungkin saja.
Masih berlari sambil setengah menangis, Kise berusaha menghalau kemungkinan terburuk, berharap Akashi sudah selesai atau lupa mandi. Kuroko tinggal satu meter dari pintu ofuro, tangannya yang hendak meraih gagang pintu seolah di-slow motion…
" KURO— "
KRIEETT.
Terlambat sudah.
Pintu ofuro terbuka sebelum Kuroko menyentuh gagangnya, menampakkan sesososk emperor bermata heterokrom dengan handuk tersampir di bahunya. Seketika Kise langsung membeku di tempat, tamat sudah riwayatnya. Tak disangka hidupnya sesingkat ini, belum sempat menikah pula. Sementara kedua pemuda yang saling berhadapan di pintu ofuro cuma terdiam, saling menatap tanpa kata, hingga akhirnya Akashi, yang sudah lama tak melihat sang pujaan hati, memecahkan keheningan di antara mereka.
" Tetsu— "
" Sei-kun, kamu kok bau? " sahut Kuroko polos. Dahinya mengernyit saat udara yang tercemar bau menyengat harum Akashi menggelitik hidungnya. " Baunya tidak enak. "
Akashi membatu, mulutnya ternganga lebar. Kise ingin bunuh diri, meloncat keluar lewat jendela sebelum Akashi sadar dan merajamnya dengan gunting keramatnya.
" Sei-kun, aku tidak suka baumu. "
Akashi langsung hancur jadi serpihan debu.
.
.
Kalau beberapa hari yang lalu Akashi Seijuurou seperti orang kesetanan dan memakan banyak korban akibat serangan gunting dan bau menyengat harumnya, maka kali ini sang emperor memakan korban dengan hawa negatif yang mengelilingi tubuhnya. Serangan guntingnya? Masih seperti biasanya, tepat sasaran. Kondisi masih siaga satu, dan penghuni asrama masih menjaga jarak demi keselamatan masing-masing.
Semenjak Kuroko mengatainya (baca: mengatakan kebenaran) bau, Akashi seolah kehilangan nyawanya dan menjalani hari layaknya zombie disertai hawa negatif yang memancar kuat. Sang raja yang biasanya selalu menjunjung tinggi harga diri dan martabatnya kini mengasingkan diri di pojok ruangan, berjongkok sambil menggumamkan kata-kata putus asa. Sisi positifnya, sirkulasi udara di asrama sudah kembali normal dengan hilangnya bau ajaib yang mencemari udara.
Sementara Akashi sibuk bermuram durja dan Kuroko—yang tidak peka kalau sang kekasih hancur gara-gara ucapan polosnya—sibuk dengan kegiatan kelasnya, keempat member Kiseki no Sedai kembali mengadakan rapat darurat demi mendamaikan pasangan ajaib tersebut sekaligus menyelamatkan nyawa seluruh penghuni asrama mereka. Kamar Midorima dan Aomine pun menjadi saksi bisu atas pencarian solusi dari bencana mahadahsyat *apacoba* musim ini.
" Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan dunia, nodayo? " sahut Midorima, tangannya membelai boneka porselen berbaju gothic yang jadi lucky item-nya hari ini.
" Bagaimana pun caranya, kita harus membuat Tetsu berbaikan dengan Akashi. Aku masih belum mau mati muda. " timpal Aomine.
Benak mereka kembali mengulang insiden saat latihan basket kemarin, dimana Akashi menyuruh mereka berlari mengelilingi lapangan basket dan melarang berhenti sebelum ia suruh. Sudah lewat tiga puluh putaran, sebagian anggota tim sudah tergeletak nyaris tak bernyawa, dan saat mengecek kenapa Akashi belum menyuruh mereka berhenti, ternyata… Akashi berjongkok di sudut ruangan, lengkap dengan aura aku-bakal-bunuh-diri. Sebagai catatan, kemarin Kuroko absen latihan karena ada tugas kelompok di kelasnya.
" Tapi 'kan kita tidak tahu kenapa Kuro-chin menjauhi Aka-chin. Soalnya Aka-chin sudah harum sekali, Kuro-chin malah bilang tidak suka. " Murasakibara menyemburkan remah-remah ke atas karpet yang baru saja dijemur Midorima.
" Kita memang tidak tahu, tapi ada seseorang di ruangan ini yang tahu, nodayo. " ujar Midorima.
Dalam waktu kurang dari tiga detik, tiga pasang mata berwarna safir, zamrud, dan amethyst langsung tertuju pada satu-satunya pemuda berambut pirang di kamar itu. Yang ditatap mulai merasa gelisah. Memang ia tahu alasan dibalik menghindarnya sang bayangan dari sang emperor, tahu persis sedetail-detailnya. Tapi masalahnya, ia sudah berjanji akan membawa rahasia itu, sampai ke liang kubur lagi.
Dengan kata lain, Kise harus mati dulu sebelum membocorkan rahasia Kuroko.
" Ki-se… "
" Ryou-ta… "
" Ki-se-chin… "
Pemuda itu bisa merasakan pandangan yang semakin menusuk detik demi detik. Pilihannya cuma ada dua, membocorkan sekarang atau mati dulu sebelum membocorkan. Oke, kelihatannya itu sih cuma satu pilihan, cuma yang satu ada bonusnya. Bonus mati.
" Jadi— "
Kise harus segera memilih. Setia pada sang sahabat dan dihabisi sahabat yang lainnya atau jadi ember bocor, didiamkan seminggu oleh sahabatnya, tapi masih memiliki harapan untuk berusia panjang. Bisa saja dia egois dan mengutamakan janjinya pada sang bayangan, apalagi secara tidak langsung gara-gara cerita kentutnyalah tragedi ini bermula, maka demi keselamatan ratusan nyawa yang bernaung satu atap dengannya…
" Ku… Ku—KUROKOCCHI MENGHINDARI AKASHICCHI KARENA TAKUT KENTUT-SSU! " teriaknya dengan suara cempreng, kemudian langsung menangis sambil merepet di pojokan. " MAAFKAN AKU KUROKOCCHI! AKU DIANCAM SAMA MIDORIMACCHI, MURASAKIBARACCHI, DAN AOMINECCHI-SSU! HUWAAAAAA… "
BLETAK.
" Siapa yang mengancammu, hah?! " Midorima melempar boneka porselennya. Lama-lama rasanya dia jadi mirip Akashi. Barangkali sisi kejam Akashi pindah sementara karena si empunya sedang dalam 'dark mode'.
" HUWAAAAAA! MIDORIMACCHI MENYIKSAKU! MIDORIMACCHI JADI MIRIP AKASHICCHI! HUWAAAAAA! "
BLETAK.
" Berhentilah menangis di pojokan dan jelaskan apa yang kau maksud dengan Kuroko-dan-kentut itu sebelum aku lempar Murasakibara, nodayo. "
" Aku nggak mau dilempar Murasakibaracchi, maunya dilempar Aominecchi… "
Ingin rasanya Midorima membunuh Kise di tempat dengan long range shoot-nya, sayang ia keburu ditahan Murasakibara dan Aomine. Bisa-bisanya di saat genting begini pemuda berambut pirang itu masih sempat mengurusi kisah cintanya dengan sang ace tim basket asrama mereka.
" Oi, Ryouta! Ayo cerita! Kalau tidak, kita tidak bisa menikah karena Akashi bakal membunuh kita dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan! "
Spontan Kise berhenti menangis. Mengkhianati janji pada sahabat baiknya memang menyakitkan, tapi kehilangan mimpi terbesar dalam hidupnya jauh lebih mengerikan. Setelah ia berjanji dalam hati akan bersujud sambil minta maaf pada teman sekamarnya itu, dengan berat hati ia mulai bercerita asal-muasal tragedi yang menimpa mereka. Tentu saja ia tidak menyinggung bahwa dirinyalah yang menyebabkan Kuroko kepingin kentut karena mengingat cerita kentutnya. Kalau yang lain tahu, bisa-bisa ia dibantai duluan sebelum dieksekusi oleh Akashi…
.
~~~~~TBC~~~~~
.
.
Kadzchan End-Note :
Gomen, ini fanfic terpaksa dibagi dua karena kepanjangan *kumat*. Seri yang ini masih nyambung sama cerita kentutnya Kise kemarin di fanfic Actually I've
Mumpung lagi males ngebacot di end-note, RnR puh-leaseee~?
