Tittle : Hold Me Tight

Author : Kim Joungwook

Pairing : NamJin

Length : 1 of

Genre : Romance

Summary : Hidup Seokjin benar-benar berubah setelah melewati malam bersama namja asing yang hanya meninggalkan nama dan bayangan samar mengenai wajahnya. Malam yang membuatnya tanpa sadar telah memikat seorang Kim Namjoon./NamJin

Warning : Shounen-ai, BoyXBoy. Typo(s). Don't Like Don't Read!

.

.

.

BTS

.

Seokjin berjalan santai memasuki sebuah gedung perkantoran yang sudah ia hafal seluk beluknya selama 1 tahun ini. Jam sudah menunjukkan pukul 9.15, sudah lewat 15 menit dari jam masuk, tapi Seokjin tidak terlihat panic dan tidak mencoba mempercepat langkahnya. Ia memakai ransel hitam yang sewarna dengan jas semi formal yang ia pakai. kedua tangannya kosong, hanya berayun pelan mengikuti langkahnya. Sepatu nike putih yang ia pakai cukup kontras terlihat dengan celana hitam miliknya. Lobi kantor terlihat lengang, dan suara ketukan sepatunya terdengar cukup keras sepanjang jalan menuju lift.

Ting

"hah~" Seokjin menghela nafasnya panjang sembari menyandarkan punggungnya di dinding lift begitu pintu tertutup. Matanya menatap malas ke arah lampu di atas pintu lift yang menunjukkan lantai yang dilewati. Lantai tempatnya bekerja di lantai 10, dan tak sampai 3 menit kini ia sudah sampai dilantai tersebut.

Seokjin langsung berjalan keluar begitu pintu lift terbuka. Ia menunduk dan melempar senyum formal saat berpapasan dengan beberapa orang yang ia kenal. Meja kerjanya berada di sisi paling jauh dari lift dan koridor, sedikit pojok dan lumayan tersingkir dari meja lainnya. Derita tim kreatif yang memang mejanya berada terpisah jauh.

"hyung, kau terlihat sangat berantakan, jelek, juga menyeramkan." Komentar pedas yang terlalu jujur itu membuat Seokjin menoleh. Ia tersenyum kecil melihat Yoongi, salah satu sahabatnya disini. Namja yang lebih pendek darinya itu berdiri dari kursinya dan menepuk pelan punggungnya.

"sudahlah hyung, sudah seminggu kau berada dalam keadaan mengenaskan seperti ini. Sampai kau matipun Hyosang ssi juga tak akan membatalkan pernikahannya."

Seokjin menghela nafasnya panjang sembari meletakkan tas nya diatas meja, "mulutmu, Yoongi, astaga~ tidak bisakah kau menghiburku degan kalimat yang lebih baik?" protesnya dengan bibir yang mengerucut kesal. ia melirik cermin di atas mejanya, dan ia terkesiap saat melihat bagaimana bentuk wajahnya kini. Mata yang terlihat memerah, kulitnya pucat, dan kantung matanya, astaga! Bagaimana mungkin kantung matanya bisa begitu mengerikan?! Pantas Yoongi mengomentarinya.

"hyung!"

"ya?" Seokjin kembali menoleh manatap Yoongi. "nanti malam mau ikut ke klub?" Tanya Yoongi. Ia mengernyit pelan, "besok hari kamis, Yoongi. Kita masih harus bekerja."

Yoongi menggelengkan kepalanya dan menyandarkan tubuhnya malas, "aku mengajakmu ke klub bukan untuk mabuk, hyung. aku dan anak-anak akan mengadakan penampilan perdana kita. Kini Converse sudah menjadi pengisi tetap di Tunnel. Kau bisa datang kan, hyung?"

"jadi, sekarang kau benar-benar ikut sepenuhnya dalam Converse?" Tanya Seokjin. Yoongi mengangguk, "ya. Lagipula aku juga mulai lelah bekerja disini. Sudah hampir 3 tahun, aku bosan."

Seokjin tiba-tiba tertawa, "jadi, sekarang kau akan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga setelah menikah dengan Jimin?" Yoongi memukul lengan Seokjin, tidak bisa dikatakan pelan karena benar-benar terasa sakit.

"aku tidak akan menjadi ibu rumah tangga, hyung! astaga!"

Seokjin tertawa, "ya, ya. Memang, kapan rencana pernikahanmu dengan Jimin?"

"bulan depan. Bisa jadi mundur. Kau tahu sendiri bagaimana sibuknya Head Manager kita satu itu." Jawab Yoongi ketus. "jadi, hyung mau datang kan malam ini? Mungkin meminum beberapa gelas alcohol bisa memperbaiki otak hyung." tanyanya lagi. Seokjin mendengus kesal, "mulutmu Yoongi. Hah~ aku akan datang, tenang saja. aku memang butuh sedikit cairan memabukkan itu."

.

.

.

Seokjin menepati janjinya untuk datang ke Tunnel, klub dimana Converse – rap group dimana Yoongi menjadi salah satu anggotanya – akan tampil perdana malam ini. Ini masih jam 9, tapi keadaan klub sudah sangat ramai. Yoongi bilang mereka akan tampil jam 10, jadi ia masih memiliki waktu 1 jam untuk menikmati waktunya sendiri.

Sejujurnya, Seokjin tak mengenal satupun dari anggota Converse yang selalu diceritakan oleh Yoongi itu. Yang ia tahu, hanya suatu pagi Yoongi bercerita dengan sangat antusias bahwa ia berhasil membentuk sebuah rap group beraliran hip hop dengan dua orang lainnya. Itu kejadian 5 bulan yang lalu. Dan kini sepertinya group bentukan Yoongi itu sudah mulai dikenal sampai menjadi performer tetap di sebuah klub yang cukup bergengsi.

Beberapa kali Seokjin pernah mendengar stage name dari teman group Yoongi itu. yang menurut Seokjin cukup membuatnya tertawa karena, astaga, mereka hanya sebuah group underground yang belum membutuhkan stage name! ia sempat mengingat JHope, Rap Monster, juga Suga keluar dari bibir Yoongi. Suga itu stage name Yoongi, yang membuat Seokjin tertawa seharian begitu mengingat sebutannya. Suga? Menurutnya Yoongi tidak ada manis-manisnya sama sekali, apalagi mulutnya. Astaga! Semua kalimat yang keluar dari mulut Yoongi rasanya pahit!

"Seokjin hyung!" Seokjin menoleh, dan mendapati Jimin menghampirinya. "baru datang, Jim?" tanyanya saat melihat Jimin yang berjalan dari pintu masuk.

Jimin mengangguk, "ya. Aku langsung kesini begitu menyelesaikan rapat tadi. Bisa dibunuh Yoongi hyung kalau aku tidak datang malam ini." Dan Seokjin tertawa mendengarnya. Keduanya tahu, bahwa membuat Yoongi marah bukan pilihan bijak, namja itu terlihat benar-benar bisa membunuh seseorang.

Keduanya berjalan dalam diam memasuki semakin jauh klub itu. Dan Seokjin menoleh saat merasakan pandangan Jimin yang begitu intens menatapnya.

"ada apa, Jimin ah?"

Jimin menggeleng, "apa hyung tidak merasa pakaian hyung sedikit, eum mengundang? Kerah hyung terlalu labar. Sepertinya V neck yang hyung pakai satu ukuran lebih besar dari yang seharusnya. Dan ripped jins yang hyung gunakan terlalu banyak lubangnya." Komentarnya. Seokjin mengangkat kedua bahunya, "well, baju ini hadiah dari Hyosang ssi saat aku ulang tahun – dia tak tahu ukuran bajuku –. Mungkin ini untuk pertama dan terakhir kali aku pakai. aku kan membuangnya setelah ini. Untuk jinsnya, sudah lama aku tidak memakai ini, kurasa robekannya bertambah selama membusuk didalam lemari."

"astaga hyung! sepertinya benar kata Yoongi hyung. pernikahan Hyosang ssi benar-benar membuatmu berantakan. Kemana Seokjin hyungku yang selalu berkata lembut? Kau juga tak pernah memakai bahasa kasar seperti itu." Ucap Jimin dengan ekspresinya yang berlebihan. Seokjin memutar bola matanya malas, "Jimin, mian. Tapi malam ini aku benar-benar akan melampiaskan segalanya lalu memulai hidup baru besok pagi. Aku juga lelah seperti ini terus, sudah seminggu dan aku terlihat sangat mengerikan. Bahkan Joungkook benar-benar menghindariku. Dan lihat kantung mataku~"

Kali ini giliran Jimin yang tertawa, namja yang lebih pendek dari Seokjin dan masih memakai pakaian formalnya itu menepuk pelan pundaknya, "baiklah hyung. lampiaskan saja semuanya malam ini. Asal jangan sampai kau mabuk dan menidu – tidak, maksudku ditiduri oleh lelaki hidung belang disini."

Seokjin reflek memukul punggung Jimin, "aku tidak akan tidur dengan siapapun malam ini, Jimin! Aku tidak akan melewati pengalaman pertamaku saat mabuk dan dengan orang yang tidak aku kenal. Kau tahu aku sangat membenci one night stand."

"baiklah, baiklah. Aku akan mencari Yoongi hyung sekarang. Hyung ikut?" Seokjin menggeleng, "tidak. Aku akan mencari meja lain. Nanti saat mereka tampil aku akan mendekat ke panggung. Aku tak mau Yoongi mengomeliku karena apapun. Aku ingin minum dengan damai."

Dan mereka berpisah disana. Seokjin memilih mendekat ke arah bartender dan duduk disalah kursi disana. ia memesan sebotol wine dan memulai malam ini dengan ditemani cairan berwarna merah itu.

.

.

.

Seokjin melirik kursi disebelahnya saat seseorang menyeretnya untuk diduduki. Ia bisa melihat seorang namja dengan skinny jins hitamnya juga kaos putih yang dilengkapi dengan leather jacket yang juga berwarna hitam. Ia terlihat cukup well, cocok dengan suasana klub malam yang seperti ini. Apalagi rambutnya yang berwarna grey cukup mencolok.

Tiba-tiba namja itu menoleh dan tersenyum tipis saat bersitatap dengan Seokjin, "hi. Mind if I sit here?"

Seokjin mengerjap dan perlu bepikir berulang kali untuk bisa memahami pertanyaan dalam bahasa inggris dari namja itu. Dan akhirnya ia menggeleng pelan, "tidak, tentu saja tidak." Jawabnya lirih. Namja disampingnya itu memberikan aura dominan yang sangat kuat, yang membuatnya pening, atau karena wine yang sudah ia minum sejak tadi? Entahlah, tapi sekarang kepalanya mulai terasa berat. Ia mengerucutkan bibirnya dan menepuk pelan pipinya, mencoba membuat kesadarannya tidak hilang.

"hahaha, you are so cute." Komentar namja disampingnya itu membuat Seokjin mengerutkan keningnya, "sorry? I am a man. That word didn't please me." ucap Seokjin datar. Wajahnya bisa ia rasakan merona mendengar pujian dari namja itu, tapi fakta yang mengatakan bahwa ia sama sekali asing dengan orang itu membuat pertahanan dirinya ikut bicara.

Namja itu menyeringai dan memandang Seokjin dari atas ke bawah, benar-benar menatap detail lekukan tubuh Seokjin. Namja cantik itu bergerak risih, tatapan namja itu seakan menelanjanginya, dan ia tak suka.

"I know. You are absolutely a man." ucapnya sembari menatap ke arah selangkangan Seokjin.

Seokjin memekik pelan dan menggerakkan tubuhnya risih, "Are you a foreigner? You do not look like one, but you are so rude to look me like that."

"nope. I am Korean." Namja itu menjawab singkat. Seokjin hanya menggangguk, tak berusaha membuat percakapan lebih panjang lagi. Ia tak terbiasa bercakap dengan orang asing semudah itu, sifatnya yang sedikit pemalu dan introvert membuatnya sangat susah memulai sebuah pertemanan. Apalagi namja itu benar-benar masuk ke dalam orang-orang yang harus ia hindari.

"what is your name?"

"huh?!" Seokjin mengerutkan keningnya semakin dalam. Ia tak salah dengar kan? Namja itu menanyakan namanya?

"your name. namamu." Ulangnya lagi. Seokjin mengerjapkan matanya dan sekilas mengangguk kecil. Ia tidak langsung menjawab dan justru menyesap wine dari gelasnya yang sempat terabaikan.

Dan lagi-lagi namja asing itu terkekeh, "is it hard to spill your name?"

Seokjin menggeleng, "tidak. Aku hanya tidak terbiasa berbicara sekasual ini dengan orang asing. Dan bisakah kau memakai bahasa Korea? Kepalaku mulai pening mendengar bahasa aneh itu."

Dan kali ini namja itu benar-benar tertawa renyah, tak ditahan-tahan. Membuat Seokjin tanpa sadar merona melihat bagaimana dimple dipipi namja itu terbentuk saat bibirnya melengkung. Harus Seokjin akui, sebagai seorang yang tidak tertarik dengan yeoja, namja didepannya cukup mempesona.

"Kim Namjoon."

Tiba-tiba tangan namja itu terulur, dan Seokjin hanya menatapnya bingung. Namja itu berdecak gemas, "namaku Kim Namjoon. So, namamu?"

Setelah hening beberapa detik dan membiarkan tangan namja asing itu tergantung begitu saja, Seokjin akhirnya menyerah dan menyambut uluran itu, "Kim Seokjin." Ucapnya singkat. Well, tak ada salahnya berkenalan dengan orang asing. Belum tentu juga mereka akan bertemu lagi.

"nice to meet you, princess Jin."

Dan Seokjin tak tahu apakah wajahnya bisa lebih merah daripada ini.

.

.

.

TBC

Annyeong~ ^^

Seperti yang telah aku janjikan di fic NamJin ku sebelumnya, aku bakal publish chaptered fic, dan inilah yang dimaksud! Mungkin chapter nya maksimal Cuma sampe 10, gak bisa buat banyak-banyak.

Dan aku ngasih peringatan awal aja sih, ini umur mereka ngacak, urutan umurnya beda. Jadi, bisa aja satu dari yang lain menjadi lebih tua, atau lebih muda dari yang asli. Bener-bener alternative universe pokoknya! Dan kayakanya plot, jalan ceritanya cukup banyak ditemui, tapi aku pingin yang namjin version, makanya aku tulis sendiri. Kkk~

Well, enjoy~ Gomawo telah menyempatkan untuk membaca, apalagi me-review. Hehehehe~ gomawo~