A/N: Aaaahh! Kesel gak bisa bikin secret presentnya gara-gara kurang 3 orang…! Masa bikin 7 aja sih.. Tanggung… -sight-
Izumi (temen sebangku Author): Yeeee… Mending masih ada yang mau repiu elu ri! Dasar gila repiu!
Enma (temen Author yang lain): Iya.. Lagian angka 7 kan bagus! Gimana klo bikin secret presentnya sambil bikin yang ini juga –devil smile-
A/N: He? Bikin 2 penpik sekaligus? Not a bad idea.. Liat ntar aja deh..
Summary: Cross over. Yang jelas campuran antara Bleach dan Naruto yang diaransemen ulang sama Author. Dengan sampilan dari anime/komik lain.
WARNING: Karena ngulik penpik sambil mumet, ni penpik jadinya serius dan dikit jayuznya. Aaaahhh..! Pokoknya kacau!
Disclaimer: semua pengarang komik yang Author ambil ide dan karakternya buat ngarang ni penpik.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Blinding Line
Chapter One
"Minato, ayah punya sesuatu untukmu."
Minato memperhatikan benda bundar yang dipegang ayahnya dengan penuh minat. Sebuah bola sepak.
"Ini hadiah untuk kelakuanmu yang baik saat kita pindah," lanjut ayahnya sambil tersenyum kepada putra tunggalnya yang baru berusia 5 tahun. "Sekarang bermainlah. Dan carilah teman baru."
Minato sangat bergairah ketika memegangnya. Dia sangat suka bermain bola. Baginya bola adalah teman (tau kan nyomot dari mana?). Minato berlarian keluar rumah sambil membawa bola barunya.
"Minato. Hati-hati. Jangan bermain di jalan raya!" Ibunya memperingatkan Minato dari dapur. Tapi Minato tidak peduli.
Ia tidak sempat bermain.
Sambutan pertama yang diterimanya ketika ia baru keluar dari rumah barunya. Ketika untuk pertama kalinya menyambut kota baru yang akan dihuninya, adalah hantaman bumper truk dikepalanya.
Gelap.
Kosong.
"Ini.. Dimana…?" Minato kecil menggumam sendirian. Celingukan mencari-cari orang selain dirinya. "Papa? Mama? Mana yang lainnya?"
Minato hampir menangis ketika ia akhirnya menemukan sebuah sosok samar selain dirinya. Sosok seperti seorang anak perempuan yang seumuran dengannya. Minato seperti menemukan sebuah harapan dan berlari kearah siluet tersebut. Ketika Minato semakin dekat siluet itu bercahaya. Semakin lama semakin besar. Membutakan mata Minato.
Hal pertama yang dilhat Minato adalah langit-langit rumah sakit dan wajah ibunya yang menangis.
"Minato kun!" sang ibu memeluknya dan menangis tersedu-sedu. "Kamu bangun! Dokter! Minatoku bangun!" Minato sweatdrop liatin nyokapnya histeris gini.
"Mmm.. Mama.. Kenapa..? Ada apa..?" Tanya Minato polos sambil berusaha melepas pelukan ibunya. "Ouch!" keluh Minato sambil memegang kepalanya. Perban?
"Mina kun.. Tolong, lain kali berhatil-hatilah jika kau ingin keluar rumah. Harus berapa kali kami memberitahumu!" tegas ayahnya.
Tapi Minato tidak memandang ayahnya. Ada sesuatu yang lain, yang menarik minatnya di balik punggung ayahnya.
Seorang anak perempuan dengan rambut pirang kecoklatan dikuncir dua sedang menatapnya. Bajunya hanya secarik kain putih yang lusuh dan bebercak merah. Di kedua tangannya ada rantai. Mengikatnya pada lantai ruangan. Wajah anak itu kuyu dan ada banyak darah dikepalanya.
"Papa, itu siapa?" tanya Minato, "Kenapa dia berdarah?"
Kedua orang tua Minato spontan langsung membalik badan. Tapi mereka tidak melihat siapapun disitu.
"Mina kun.. Apa kau masih belum sembuh? Jelas kau sedang berkhayal sekarang.." ibunya memegang pipi Minato dengan cemas. Minato mengucek-ucek matanya. Tapi sang anak tetap pada di tempatnya.
Tidak.. aku tidak berkhayal.. Dia jelas ada.. Siapa dia? Batin Minato. Minato memperhatikannya dari atas sampai bawah. Betapa terkejutnya dia ketika ia sadar bahwa anak itu melayang.
"Kau bisa… Melihatku?" tanya anak perempuan itu.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi yang indah, cerah, damai, tenang, nyaman, (pokoknya asoy dah!) murid-murid SMA 1 Konohagakure mulai berlarian masuk ke dalam kelas.
"Woi Minato!" panggil Dark sambil mengebrak meja. "Pinjem pe-er!"
Minato memandangnya dengan dingin. "Minjem mulu! Bayar goceng!"
"Alaah! Banyak bacot lu!" paksa Dark sambil mengubek-ubek tas Minato. Minato Cuma diem. Udah biasa sama kelakuan temannya yang satu ini.
PiriPiriPiri
Dark buru-buru mengambil hape di kantong celananya. "Halo? Nami (dari anime One Piece. Kayaknya untuk yang berikutnya Author gak usah jelasin dari anime mana. Pembaca tebak sendiri ya..)? Ada apa?" tanya Dark. "Hah? Bikini kulit hiunya Kisame? Kamu mau itu? Ooo… Supaya bisa saingan ama bikini kulit Buaya Daratnya Kotobuki Ran? Iya deh aku beliin…"
Pip! Hape pun dimatikan.
PiriPiriPiri. Bunyi lagi.
"Halo? Iya kenapa..? Iya Anko sayang.. Nanti kita ketemuan lagi.. Iya.. ceweku Cuma kamu kok..He emm..Nanti pasti aku beliin.. Dango setruk doang kan?" goda Dark dengan narsis.
Minato cuman bisa eneg sama temen sebangkunya yang satu ini. Emang sih, dia tajir. Namanya juga maling karya seni! Apalagi masih ada hubungan darah dengan keluarga Zaoldyeck. Tapi playboynya, ya ampun… Tuhan tolong!
Tapi yang bikin Minato bingung, yang ngikutin dia cuma satu.
Arwah yang ngikutin maksudnya.
Tumben, biasanya cowo playboy arwah yang ngikutin minimal 5. Terutama buat playboy kelas paus gaek macem gini! Tapi emang, yang ngikutin cuman atu..
Seorang cewe berambut coklat panjang sebahu lebih dikit. Dengan sedikit rambut dikuncir ke belakang dan sisanya digerai. Menurut Minato, ni arwah klo masih idup emang dikit imut..
"Beraninya… Beraninya dia mempermainkanku..?" ucap sang arwah perlahan. Minato berusaha melihat si arwah dengan lebih jelas. Saat itulah memori si arwah masuk ke dalam benaknya.
Di tempat yang mirip gedung belakang sekolah nampaklah seorang gadis dengan malu-malu memberikan sebuah surat dengan segel hati pada Dark muda. Apa ini kenangannya dengan Dark ketika Dark masih SMP? Batin Minato.
"Da.. Dark-kun.. Aku pingin.. Kamu baca ini.." ujar gadis itu dengan wajah bersemu merah yang manis.
Untuk pertama kalinya meski dalam memori orang lain, Minato melihat Dark malu-malu menghadapi cewek.
"Eh.. I.. Iya.. Terima kasih.." ujar Dark gelagapan.
Muncul cahaya terang yang membutakan mata Minato. Dan tiba-tiba dia berada berada di tempat lain. Walau begitu, Minato tahu dia masih tetap berada dalam memori si arwah.
Dia ada di sisi lain jalan dimana Dark akan menyebrang. Dark memegangi amplop bersegel hati. Dark terus memandangi amplop itu dengan berseri-seri ketika ia hendak menyebrang.
"Dark-kun! AWAS!" teriak si gadis yang mendorong Dark. Dark sangat kaget dengan kemunculan si gadis yang tiba-tiba.
DRAAAAAAKKKKKK!" Suara keras truk yang menghantam tubuh si gadis menulikan Dark dan Minato.
Minato tidak sempat melakukan apa-apa. Selain itu juga dia tahu tidak akan ada gunanya. Ini dunia kenangan. Takkan merubah apa-apa meski Minato berlari dan menolongnya tadi.
"Risa! RISA!" teriak Dark histeris sambil mengguncang-guncang tubuh si gadis. Yang dipanggil menolehkan wajahnya yang berdarah pada Dark.
"Da..rk..kun.." ujarnya perlahan.
"Bertahanlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit!" Dark bersiap akan berdiri sambil menggendong Risa. Tapi Risa menggeleng lemah dan menatap sendu Dark.
"Percuma.. Dark-kun.. Aku sudah…" dia terbatuk sambil memuntahkan darah.
"Tidak Risa.." Dark menatapnya. Hampir menangis. "Kumohon, jangan bicara begitu!"
Risa tersenyum sedih pada Dark.
"Da..i..suki..to.. Sayonara.." Mata Risa pun terpejam untuk selamanya. Sementara Minato melihat Dark mengguncang-guncangkan tubuh Risa, pemandangan itupun memburam. Menampilkan sosok kelas yang tampak biasa-biasa saja. Dark sedang duduk di atas meja. Tampak bersenda gurau dengan teman-temannya.
"Hei Dark! Kudengar kau berani menggoda Emi senpai ya? Pacar Kosuke senpai yang kelas tiga itu!" tanya seorang teman sekelas dark yang berambut pirang panjang.
"Kalau ya memang kenapa Krad?" Dark balas bertanya.
"Wuaaahh.. Padahal pacarmu baru saja meninggal untuk menolongmu! Kau kejam sekali.."Krad tertawa terkekeh.
"Hei hei! Dia bukan pacarku! Lagipula masa lalu tetap saja masa lalu. Jadi aku harus melupakannya," balas Dark sambil tersenyum.
Dan semuanya menjadi putih.
Minato merasakan adanya pusaran angin yang menariknya ke belakang. Dan ia pun jatuh tersentak di bangkunya. Sadar bahwa dirinya sudah keluar dari memori si arwah, dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa Min? Lu pusing?" tanya Dark yang sudah selesai menelpon.
"Sedikit.." jawab Minato. Dia tidak ingin bercerita mengenai apa yang dilihatnya pada Dark.
Minato tidak menyadari takdir macam apa yang menunggunya di depan sana.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CHAPTER I END
A/N: Huhuhu.. Sedih.. Lagi cepi repiu… -sesungukan-
Minato: Ooo.. Pantes gue jadi korban lagi.. –nyiapin kunai di balik punggung-
Yamato: Kesiaaaann deh lu! (inside heart [IH: Rasain lu! Dasar Author sialan! Elu sih bikin gue pedopil.. Jadi kagak laku kan penpik lu! Huahahahahaha!)
Ibiki: (IH: Mampus lu!)
Anko: (IH: Sukurin!)
A/N: Ngg.. Ng.. Hiks.. Repiu ya.. Repiu… Author nangis nih cepi repiu.. Ungg ngg… Repiu…
