Truth or Dare? [ Jisoo Side]

Chapter 1:
Jisoo on Fire

Main Pairing: Seungcheol x Jisoo (Cheolsoo)

Cast: Choi Seungcheol, Hong Jisoo, etc.

Rate: 16+

Warn: OOC, banyak umpatan, BoyxBoy, Gaje, Typos(?), DLDR.

©Yyenass

.

.

.

Flashback On

Jisoo memutar ponselnya dengan jari telunjuknya diatas meja, ia merasa bosan karena ketiga teman satu gengnya belum datang juga, padahal hari ini Jisoo sudah merelakan waktu latihannya bersama teman satu bandnya untuk pergi bersama tema-temannya.

Namun kenyatan pahit yang harus ia terima adalah ketiga temannya datang terlambat, sangat terlamat karena Jisoo sudah menunggu 2 jam penuh samabil menggendong gitarnya yang tidak bisa disebut ringan.

Bodoh, kenapa tidak ia taruh atas meja saja dari tadi?

Lelaki itu menggelengkan kepalanya tidak mengerti, terkadang Jisoo sering bertingkah bodoh, namanya juga manusia..

Tak ada satu pun pesan atau pun telfon dan itu benar-benar membuat Jisoo gondok, sebenarnya apa yang membuat ketiganya datang sangatttt telat sepeti ini? Biasanya juga Yunhyeong selalu datang pertama dan selalu menunggu kedatangan yang lain, kenapa sekarang malah ia yan terlamabat?

Jawabannya satu, Yunhyeong juga manusia.

Jisoo mengacak rambutnya lalu mulai mengetik pesan text kepada tiga temannya.

Jisoo

Kalian dimana? Aku udah nunggu dua jam -_-

5.12 P.M (read by 3)

Senyum Jisoo mengembang, untungnya ketiga temannya membaca pesannya kalau tidak Jisoo akan benar-benar marah kepada ketiganya karna telah membuatnya membuang-buang waktu hanya untuk menunggu seseorang yang tidak akan pernah datang (Eaaa :v).

Yunhyeong

Maaf Jis, Ibu menyuruh aku langsung pulang karena nenek datang dari jepang

5.14 P.M (read by 3)

Hyungwon

Aku janji akan datang, tapi itu pun kalo kamu mau munggu sampai jam 7 nanti, Jis.

5.15 P.M (read by 3)

Wonwoo

Aku harus mengantar Bohyuk ke pemotretannya, Maaf.

5.16 P.M (read by 3)

Jisoo memutar matanya malas, ia bersumpah akan membuat ketiga temannya merasakan apa yang hari ini ia rasakan suatu saat nanti. Dengan gerakan jari malas, Jisoo mulai mengetik perlahan, ia membalas:

Jisoo

Hell yeah , aku sudah membuang waktu hanya untuk menunggu sesuatu yang tidak pasti , tau gitu aku lebih baik latihan sama anak band lain.

5.18 P.M (read by 3)

Ia langsung memasukan ponselnya kedalam saku, tak perduli akan suara notifikasi Line yang terus berbunyi, lagi pula Jisoo yakin 100% paling juga berisikan perminta maaf mereka.

Huh? Untuk kali ini maaf saja tak ada maaf dari Jisoo yang sedang terbakar emosi.

Jisoo bangkit dari kursi kantin yang sedari tadi ia duduki lalu berjalan meninggalkan kantin, langkahnya yang biasanya santai kini berubah menjadi disentak-sentakkan seperti anak kecil yang sedang marah karena tidak di belikan mainan oleh sang ibu.

Namun langkahnya langsung terhenti begitu ia melihat dua pasang sepatu yang berhenti melangkah tepat dihadapan sepatu Vansnya.

Lelaki itu mendongkak dan mendapati Seungcheol dan Wonho berdiri, ia mengangkat sebelah alisnya tak mengerti, disaat amaranya sedang naik seperti ini Jisoo tidak bisa ramah kepada siapa pun, termasuk kedua orang dihadapnnya.

"Minggir, aku mau pulang" ucap Jisoo berusaha melewati keduanya, namun sayang Seungcheol langsung menggeser tubuhnya dan kembali berdiri tepat didepan Jisoo.

Jisoo menatap wajah Seungcheol sampai kedua mataya menyipit "kenapa sih?"

"kamu marah ya?"

"iya! Makanya minggir aku mau pulang!"

Jisoo yang mulai melangkah langsung dihentikan oleh Seungcheol " Hei sebentar! Sebentar! Aku mau berbisnis dengan club bandmu, sebentar saja, bisakan?"

Mendengar kata 'Band' yang di ucapkan oleh Seungcheol seolah menghipnotis Jisoo, amarahnya langsung surut, matanya yang tadi tajam langsung kembali kepada mata kucingnya yang imut.

"oh, masalah itu, oke" ia menganggukan kepalanya lalu tersenyum memamerkan bibir kucingnya yang menggemaskan.

Seungcheol pun membalas senyuman Jisoo kemudian melirik Wonho yang sedari tadi sedang bengong memperhatikan, kemudian ia mengangguk pelan pada Wonho.

"Jangan disini, walaupun murid lain sudah pulang, aku gak mau suprise ini dikatahuan sama yang lain"

Jisoo mengangguk mengerti "Taman belakang sekolah" usul Jisoo.

"deal"

Tanpa menunggu lama lagi Jisoo langsung melangkah duluan, tanpa menunggu Seungcheol yang entah lelet atau sedang berdiskusi terlebih dahulu dengan Wonho.

"Eh, Jis?" panggil Wonho yang langsung mendapat respon dari si pemilik nama dengan membalikan tubuhnya lalu bertanya 'apa?' dengan salah satu alisnya yang terangkat sebelah" Sini gitarnya aku aja yang pegang, pasti kamu beratkan dari tadi"

Mata Jisoo memincing tajam memandang Wonho, ia sempat curiga sesuatu kepadanya, ia takut Wonho akan mencuri gitarnya lalu menjualnya dengan harga yang murah, oh tidak bisa, gitarnya dibeli dengan harga yang sangat mahal jangan sampai itu terjadi.

Atau ia akan menyembunyikannya dan berakting kalau gitarnya hilang dicuri oleh orang gila yang suka berkeliling disekitar sekolahnya, kemudian ia akan mengambil gitarnya dan memberikannya kepada pacarnya dan mengatakan kalu gitarnya yang mahal itu Wonho beli sendiri dengan uang sakunya? Tidak! Tidak! Jisoo tidak mau itu terjadi!

Atau kemungkinan paling parah adalah, Wonho akan menyodomi gitarnya kemudian menikahinya, sehingga gitarnya tidak akan kembali kepelukannya lagi!

Itu nightmare untuk Jisoo bung.

"oh ayolah~ aku bukan orang jahat Jisoo! Seungcheol jamiannya!" kini Jisoo melirik Seungcheol tajam bertanya yang dibalas anggukan santai dari Seungcheol.

Baiklah walaupun Jisoo sempat curiga, setidaknya ada jaminannya.

Ia mendekat kearah Wonho, sebelum ia memberikan gitarnya, ia berbisik kepada gitarnya " dengar mon.. kalau Wonho beniat melecehkanmu, berteriaklah sekencang-kencangnya dan aku akan datang"

Wonho menatap Jisoo dengan wajah datarnya, ia tak menyangka diballik wajah imutnya Jisoo, ia adalah orang terfreak yang pernah Wonho temui sampai detik ini.

Dan setelahnya Jisoo dan Seungcheol berjalan beriringan sambil berbincang-bincang sedikit.

"Nama gitar kamu lucu juga" komentar Seungcheol terkekeh pelan.

Jisoo menyirit "lucu? Enggak deh, perasaan keren"

"lucu! Emonkan?" tebak Seungcheol kemmudain tertawa lepas

"Demon! Seungcheol.. D-E-M-O-N"

Tawa garing Seungcheol langsung terhenti, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal menahan malu.

"jadi mau ngomongin apa sebenerya?" tanya Jisoo langsung to the point.

Gerakan tubuh Seungcheol langsung kaku, dan Jisoo dapat melihat itu dengan jelas.

Iyalah, Jisoo itu peka! Gak kayak cowok lain yang biasanya cuek dan bahkan gak perduli akan apa yang terjadi disekiling atau sekitarnya.

"oh i-itu" Seungcheol diam sesaat, bola matanya tak bisa berhenti bergerak kesana kemari dan membuat Jisoo bingung.

Sebenarnya Seungcheol kenapa? Bukankah tadi dia ingin berbicara mengenai bisnis dengan Bandnya? Apa ia butuh tampilan band untuk perlombaan basket sebelum libur musim panas nanti atau apa?

Dan kini Jisoo juga malah sibuk mengira-ngira, karna baginya tampil bersama bandnya itu sesuatu hal yang menakjubkan didalam hidupnya dan mejadi kebanggan tersendiri untuknya , terserah mau dia dibayar nantinya atau pun tidak, bandnya pasti akan bersedia.

Namun tanpa disangka, tiba-tiba saja Seungcheol langsung mencengkram kedua pundaknya yang sempit dan langsung saja ia dorong tubuh mungil Jisoo menabrak tembok yang berada tepat dibelakangnya.

Sejujurnya Jisoo masih kaget atas perlakuan Seungcheol tadi, bahkan Jisoo baru saja bereaksi dengan meringis pelan karena tubuhnya baru saja menubuk tembok. Dan kini rasa kagetnya harus bertambah lagi ketika Seungcheol yang awalnya menatapnya intens langsung memiringkan kepalanya untuk menyapu bibir plum Jisoo.

Lewat 10 detik Jisoo habiskan untuk melamun, namun saat dirasa ciuman lembut itu mulai berubah menjadi lumatan kecil, Jisoo langsung tersadar dari lamuannya.

Ia berusaha mendorong dada bidang Jisoo sekuat tenaga, namun tenaganya tidak sebanding dengan tenang milik Seungcheol yang bertubuh atletis dan juga berotot.

Karena Jisoo mulai melawan, maka Seungcheol pun mulai bermain kasar, ia berusaha melumat bibir Jisoo yang terkatup rapat. Hanya itu yang dapat Jisoo pertahankan sekarang, karna tenaganya sudah habis dipakai berfikir.

'Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?!'

Dan pertahanan Jisoo langsung runtuh begitu Seungcheol melepaskan ciumannya sesaat untuk meniup telinganya, Damn! Tau dari mana dia kalau telinga adalah kelemahan Jisoo? Bahkan ketiga temannya saja tidak tahu.

Kini Seungcheol dapat dengan bebas bermain dengan bibir plum Jisoo yang terasa manis seperti madu, bahkan lebih manis dari itu. Walau Jisoo tak mebalas dan malah terus mendorong dada bidang Seungcheol, ia sangat menyukai bibir manis Jisoo.

Dan terlalu naif untuk Jisoo jika ia harus berbohong kepada dirinya sendiri bahwa ia sama sekali tidak menikmati ciuman yang Seungcheol lakukan kepadanya. Jujur saja Jisoo mulai menikmati ciuman tersebut.

Tangannya yang ia pakainya untuk mendorong tubuh Seungcheol berubah menjadi cengkraman kecil pada kemeja putih yang Seungcheol kenakan, dan perlahan namun pasti(?) Jisoo mulai membalas lumatan yang Seungcheol lakukan kepadanya, memang tidak sebanding, itu hanya sebuah pertanda bahwa Jisoo menikmati permainan Seungcheol.

Sesaat ujung bibir Seungcheol tertarik, ia senang karna pada akhirnya Jisoo mulai menerima perlakukannya, jadi tidak apa kan jika Seungcheol melakukannya lebih?

Cengkraman tangan Seungcheol turun menjadi memeluk pinggang ramping Jisoo. Ia menarik Jisoo lebih dekat kepadanya sehingga tidak ada jarak diantara keduanya.

Oh ya, Jisoo perlu bersyukur akan sesuatu, ini adalah first kissnya. Dan first kissnya ini sungguh istimewa karna bukan hanya kecupan singkat saja.

Seungcheol semakin memeperdalam ciumannya, bahkan ia kini mengigit bibir bawah Jisoo nafsu.

Setelah berselang beberpa menit, akhirnya Seungcheol melepas ciumannya, ia menatap wajah Jisoo. Matanya sedikit sayu, pipinya dipenuhi oleh rona merah terutama dibagian pipi dan hidungnya, bibirnya sedikit membengkak akibat gigitannya tadi.

Tangannya naik untuk mengusap air liur yang hampir menetes jatuh diujung bibir Jisoo, kemudian mengusap pipi apel Jisoo lembut.

"Sorry" lirih Seungcheol menarik Jisoo kedalam pelukannya.

Jisoo yang sedang mengubur kepalanya pada dada bindang Jisoo langsung mengangkat sebelah alisnya "Hmm?" tanyna Jisoo meminta pengulangan dari Seungcheol.

"So-sorry"

Langsung saja Jisoo mengakat wajahnya bingung, ia mundur agar dapat menatap wajah Seungcheol dengan jelas, Seungcheol sama sekali tidak mau menatap wajah Jisoo entah kenapa.

Dan Jisoo nampak menunggu penjelasan dari Seungcheol dari tatapan matanya yang begitu menuntut.

"sejujurnya aku gak ada perlu untuk bisnis sama band kamu, dan ciuman tadi Cuma Dare aja"

Mata Jisoo langsung membulat sempurna, masih antara percaya atupun tidak, tapi itu kenyataannya.

"Dare?"

"iya, Mingyu nyuruh aku buat ngecup bibir kamu tadi"

Darah Jisoo mulai mendidih, mata teduh kucingnya sudah berubah menjadi mata kucing menyeramkan, ia hendak meninju Seungcheol, tapi ia tahu kalau ini adalah sekolah.

"kalau Cuma disuruh dikecup gak perlu di cumbu segala!" bentak Jisoo penuh amarah dan menubruk bahu Seungcheol dan meninggalkan Seungcheol yang mematung sendiri ditempatnya.

"Bastard!" umpat Jisoo namun masih terdengar oleh Seungcheol.

Flashback Off

.

.

.

Salahkah kalau Jisoo marah kepada Seungcheol? Jika ia pikir sendiri, itu bukanlah suatu kesalahan yang besar, bahkan bukan kesalahan sama sekali karna yang memulai duluan adalah Seungcheol.

Ini tuh seperti Seungcheol telah memberinya harapan yang sungguh besar, ia sudah menerbangkan Jisoo tinggi sampai keangkasa sana, namun ia merebut semua balon udara yang Jisoo pakai untuk terbang, sehingga ia sekarang terjatuh. Bukan ke tanah, ia jatuh kedalam jurang yang dalam dan sedang menunggu seseorang untuk membantunya kembali ke tanah.

Padahal kejadian itu sudah lewat 2 minggu, tapi Jisoo masih tidak dapat memaafkan seorang pemberi harapan palsu, yang sudah merebut first kissnya dengan mudahnya.

Masalahnya, Jisoo bukan tipe orang seperti itu, ia dapat dengan mudah memaafkan siapapun dengan kesalah sebesar apapun, namun untuk masalah ini, maaf saja.. Jisoo udah memblacklist dalam daftar sesuatu yang harus Jisoo maafkan.

Dan oh ya, kalian harus tahu sesuatu lagi! Jisoo baru pertama kali diseperti itukan! Makanya dia terlalu sensi sekarang.

[ Jisoo: yyenass, bisa gak gak usah bongkar rahasia orang lagi?
Yyenass: yah.. udah terlanjur jiss, gimana dong?
Jisoo: au ahh ngambek -_-
Yyenass: ih! Dasar ambekan!
Jisoo: ihh dasar tukang gosip!
/^tolong abaikan percakapan diatas, trms .-./]

Mata tajam Jisoo melirik ponselnya yang baru saja berbunyi, ia mendapat pesan Line dari temannya.

Yunhyeong

Jis, kau mau balas dendam gak? Kalau mau.. aku bakalan bantu

8.24 P.M (read by 3)

Senyum licik Jisoo langsung terkembang, ia pun langsung menutup buku pelajarannnya kemudian mengambil ponselnya, dan sesegera mungkin menelfon orang yang pantas.

"Hallo? Sejeong, kau sibuk?"

TBC

Yyenass note:

Ya ampun.. astaga.. eh gila gila gila.. aku gak nyangka banget bisa nulis di ffn ;AAA; !

Hueeeeee makasih banget buat kak Fikaaa yang udah dukung dan bantuin aku buat nerbitin ff di ffn ;-; bahkan sampai diajak bikin ff kolaborasi gini duh terharu bangett ;-;

Btw hallo semuanya! Warga ffn semua! Para Carat-deul, Monbebe, Ikonic, ect semuanya salam kenal ya.. ini postingan pertama aku di ffn dan it's was nice to meet and know you lets's do it again.. /malah nanyi -_,-/ salam kenal ya.. aku Yena, panggil apa pun boleh xD hehehe

Maaf ff ini masih panas dari oven, dan pasti banyak typonya nih..

Karna ini ff pertama ku di ffn, aku mau minta kritik dan sarannya.. so thanks for reading this story..

Aku gak maksa buar review sebenernya, karna kamu baca ff ini aku udah kebanggan tersendiri buat aku..

Maaf banyak kekurangannya ya..

Segini dulu dari Yena, aku bakan balik lagi di Chap 3 xD

Annyeong!

Yyenass present, 28 april 2016.