Kuroko no Kindergarten
Epilogue.
Namaku [Y/N], seorang gadis lulusan SMA biasa yang mencoba mencari pekerjaan untuk waktu-waktu penggangguranku. Aku yang terdampar disini, melakukannya secara sukarela. Karena alasan 'Tidak suka belajar' membuatku terdampar di dunia 'NoLife' tanpa 'NoGame'.
Orang tua, saudara, dan yang lebih utama lagi 'AKU'. Mendorong tubuh kosong yang sudah lama ditinggalkan jiwanya ini(dalam artian Konotasi), untuk pergi keluar setelah 4 tahun lamanya telah menjadi seorang Hikikomori(pengurung). Dengan harapan, ADA yang mau menerima latar belakang kelamku(menurutku). Dengan berbekal Map yang didalamnya terdapat CV kerja dan ijasah SMA, aku dapat menatap langit biru setelah sekian lamanya setelah 4 tahun ini hanya bisa menatap bias cahaya dari balik tirai kamar.
"DITOLAK!"
"Maaf anda tidak memenuhi kriteria kami"
"Batas pendidikan terakhir anda untuk bekerja disini itu harus S1, maaf anda tidak memenuhi para pelamar kerja disini"
"Jadi Hikikomori selama 4 tahun? Hahaha..!"
"Maaf.."
"IYA! BAGUS JUGA UNTUK 89 PERCOBAAN PERTAMA!", teriakku diatas atap gedung kantor yang terakhir kali aku lamar. Sempat-sempatnya aku membeli sekaleng bir dingin dari mesin penjual minuman otomatis di kantor ini, dan kupikir satu-satunya yang menerima Feedback setelah kuberi alasan adalah mesin penjual minuman otomatis itu.
Lagipula kantor? Benar, meskipun sudah 4 tahun lamanya Stay in di depan laptop, aku ini tidak lebih dari sekedar 'Buta Informasi' tapi juga bodoh. Setelah 89 kali percobaan pertama yang telah kulakukan, aku baru sadar kalau nilai-nilai di ijasahku itu biasa saja. Tidak ada istimewanya. Walaupun aku sudah lebih dari 100 kali mengerjakan PR, lebih dari 100 kali tidur larut malam hanya untuk ujian, lebih dari 100 kali untuk menghapalkan materi. Tetap saja semua nilai itu terangkum dan membuat semua usaha dan kerja kerasku hanya diwakilkan oleh satu buah huruf saja. Dan semua itu tercetak di kertas HVS dengan ukuran huruf ukuran font 12.
Sebuah lawakan anekdot yang lucu. Baru kali ini aku tertawa untuk Dark Humour yang baru saja kupikirkan di otakku saat ini.
Langit biru dari atap ini memang kelihatan cerah dan itu membuatku muak. Seakan-akan langit tengah tersenyum ditengah kelelahan dan keputus asaanku saat ini. Lagi-lagi sindrom Hikikomoriku bangkit, salah satunya adalah menjadi seorang Delusional. Kalau saja salah satu episode yang sempat tayang di Gintama ada, Hello work benar-benar ada di Negara ini. Maka para pencari kerja yang ketinggalan informasi dan harapan akan segera musnah. Benar, orang-orang seperti diriku ini.. Kalau saja dari kecil aku sudah punya bakat menggambar seperti Eromanga sensei.. Aku pasti bisa hidup selamanya menjadi seorang Hikikomori.
"Kamisama? Kenapa kau harus membuka mataku saat ini?", ucapku sambil berjalan terhuyung-huyung kesana kemari. Setelah itu aku terus berjalan-jalan dan meracau sesuatu yang tidak jelas sambil terus menatap langit. Aku lemah terhadap alkohol tapi tetap saja aku ingin meminumnya. Aku bukanlah pengangguran elit, hanya penggangguran biasa yang selama 4 tahun baru membuka mata.
.
.
Sampai tiba-tiba saja, aku membuka mata. Mendapatiku berada diatas sebuah futon dengan tumpukan boneka yang menindih tubuhku, dan baru kusadari aku merasakan sesuatu di tangan kananku. Sesuatu yang tajam, dan tekstur benda keras yang terasa familiar.
'Gunting?!', batinku setelah melihat ada sebuah gunting jahit dengan gagang berwarna merah di tanganku.
'Apa yang baru saja kulakukan..?', aku melihat keseliling, rasanya seperti aku tengah berada di sebuah sekolahan.. Seperti sebuah TK?
Tapi apa yang kulakukan sampai aku bisa terdampar disini? Lebih tepatnya.. APA YANG DILAKUKAN ORANG MABUK SEPERTIKU DI TEMPAT SUCI SEPERTI INI?!
"Aku harus pergi!", kataku sambil berusaha mencari-cari map yang tadi kubawa bersamaku. Namun hasilnya nihil, aku tidak menemukannya. Apa tertinggal di atap gedung itu? Dan lagipula siapa yang membawaku kesini? Aku semakin penasaran tentang apa yang sebenarnya kulakukan di tempat ini..
"Kau sudah sadar rupanya", sebuah suara mengintrupsi aktivitasku. Dari balik teddy bear besar yang menghalangi pandanganku, seorang laki-laki atau lebih tepatnya seorang pria berjalan kearah futon yang tengah kududuki. Ia menatapku dengan tatapan tajam dan alis gandanya nampak menekan. First Impression darinya itu menyeramkan! Seluruh ruangan yang berada dibelakang tubuhnya nampak tidak kelihatan dimataku karena auranya yang begitu mencekam. Sedikit saja, perutku terasa mual. Entah ini akibat auranya yang luar biasa atau kadar alkoholku yang belum tercerna dengan sempurna.
Aku speechless untuk waktu yang lama, dan aku tidak menanggapi perkataannya. Akibat tenggorokanku yang sedari tadi terus mengeluarkan affection ingin muntah di tempat. Pria itu terlihat menyadari keganjilan dariku, ia berjalan dengan cepat dan duduk di pinggiran futon yang sama denganku.
Astaga..
Aku sepertinya harus menelan muntahku kembali untuk menyadari pria yang tadi aku pikir menyeramkan sebenarnya kelihatan tampan!
"Anda baik-baik saja?", ucapnya terdengar khawatir, tangan besarnya menyentuh dahiku. Suhu tangannya benar-benar hangat.. dan lagi suara baritonnya itu.. Ada apa dengan pria ini? Feromonnya terlalu besar untukku!
Aku hanya mengganggukkan kepala, lalu sedikit menjauh darinya. Mencoba mendapatkan kembali akal sehatku dan menyembunyikan salah satu sindrom Delusional akutku darinya.
"Mungkin kamu masih mual akibat mabukmu.. Sebentar, akan kubuatkan obat pengar untukmu",
"Tu-Tunggu dulu!", cegahku, aku menarik lengan bajunya sedikit, sampai akhirnya aku menarik kembali tanganku.
Tatapanku seketika horror, "Apa.. yang 'telah' aku lakukan disini?",
Pria itu terdiam, kelihatan sulit untuk mencari kata. Namun ia tiba-tiba saja bangkit berdiri, sedikit membungkuk dengan menaruh telapak tangan dan bertumpu pada lutut untuk melihat wajahku. "Saat ini.. Kau harus hilangkan pengarmu dulu",
Entah kenapa.. kata-katanya terdengar romantic sekali di telingaku.
'Apa sekarang aku berada di Manga Shoujo?',
.
.
"APA?!", teriakku setelah mendengar kronologis alasan kenapa aku bisa terdampar disini.
"Te-Tenang dulu, [Y/N] san..", ucap pria ini berusaha menenangkanku. Saat ini aku tengah memakan makanan yang telah ia buat untuk mengatasi pengarku akibat mabuk. And skill cooking pria ini benar-benar High level dariku, yang kalau sedang malas hanya mampu memasak ramen instan.
"Ja-Jadi maksud anda.. Aku muntah dari ketinggian 600 kaki dari tanah.. membuat kekacauan di kantor itu, lari dan membuat anda dalam masalah karena bertanggung jawab terhadap tindakanku?!", jelasku mengulang kembali cerita 'Pelan-pelan' yang ia sampaikan padaku sambil menyuguhkan makanan ini di hadapanku.
"Kenapa?", tanyaku. Bukannya menjawab, ia hanya menatapku. Bukan dalam artian yang intens, ia hanya menatapku bingung. Seperti tidak mengerti tujuan dari pertanyaanku.
"Kenapa.. anda bertanggung jawab atas tindakanku?", tegasku.
"Err.. Apa kau bisa percaya kalau aku melakukannya tanpa alasan?", balasnya polos. Seakan tidak percaya, aku menatapnya aneh. Ada apa dengan pandangannya?
"Tanpa alasan?", ulangku, seperti mencari ulasan tentang apa yang baru saja ia katakan.
"Maaf, aku tahu ini tidak sopan.. 'Sangat tidak sopan'.. Tapi anda tahu 'Give and Take' bukan? Anda tidak punya alasan lain.. setelah menolongku?", kataku. Tidak mungkin ada orang sepolos ini..
Ia hanya menggeleng, dan aku pun menyerah untuk menanyainya. Aku melihat sisi lain darinya.
"Lalu apa yang kulakukan disini? Kenapa anda membawaku ke TK? Apa(haha) TK ini milik anda?", tanyaku. Dalam hati aku sedikit tertawa, pria segagah ini.. pemilik sebuah TK dengan romansa 'Cute' dimana-mana?!
Namun ia menggangguk lagi, dan aku pun merasa tertampar atas pradugaku yang semena-mena. Tapi ia belum menjawab pertanyaanku yang pertama, saat ini ia malah kelihatan kesusahan lagi dalam menjawab pertanyaanku. Apa sebenarnya aku masih menyimpan cerita konyol lagi? Kenapa aku masih belum bisa mengingatnya? Lain kali, mau seberapa gilanya aku.. Bir, Sake atau alkohol apapun takkan mampir lagi di tenggorokan dan perutku!
"Aku sudah siap.. jadi ceritakan saja..", kataku meskipun terasa berat. Namun sepertinya ia menyadari keberatan hati dari nadaku, ia hanya balas tersenyum.
"Lain kali akan saya ceritakan", katanya dan itu membuatku semakin penasaran. Apa maksud kata dari 'Lain kali' yang ia ucapkan tadi?
Sambil berfikir begitu, ia bangkit berdiri dari meja makan yang telah di taruh di samping futon.
"Aku tahu benar apa itu 'Give and Take' yang [Y/N] san bicarakan tadi.. Makanya aku mengambil CV anda dan membacanya", lanjutnya sambil membawa teko gelas kosong kearah dapur.
'Aku malah lupa menanyakan Point terpenting!',
"Bagaimana.. Kalau 'Give' nya.. anda bekerja di TK ini? Lagipula.. CV yang sudah berada ditangan atasan, tidak bisa kembali lagi ke tangan bawahan yang tengah berhutang, kan?", katanya, seketika saja kurasakan sifatnya dan appreancenya berubah di mataku. Apa ini? Absolute prince?
"Sebelum itu.. Perkenalkan, namaku Kagami Taiga. Pemilik sekaligus kepala sekolah TK, yoroshiku ne, [Y/N] san..",
.
.
Dan aku pun terjebak dengan ulasan 'Give and Take' dengan artian rasional kearah 'HUTANG', dan bekerja sebagai Guru TK secara sukarela.
.
.
...Continued
Excelword's Note:
"Wow it is a late night already! Here I am, feeling some horror situation, like shadow flashing in front of me or that is just like fatamorgana or my delusional because of my owl eye! Haha.. Kali ini aku buat cerita berlanjut dan aku yakin sekali aku sedang memasuki neraka 'Cepetan Update' astaga.. aku yakin banget ceritanya bakalan dibaca -_-. Aku malah bersyukur kalau tidak ada satupun yang mengatakan hal tersebut. Banyak yang nggak suka dengan cerita yang dibuat kayak planning game otome, kan? Tapi aku tetep nekat buatnya, habis udah keburu suka duluan. Sebenernya FF Knb malah lebih banyak di laptopku ketimbang FF Naruto, tapi banyaknya FF lanjutan dan itu belum selesai. Berhubung aku tuh hobinya aneh banget.. kayak nyimpen gambar dari pinterest ke laptop sampe laptop penuh ama gambar anime ketimbang foto sendiri, makanya aku buang fotonya disini sekalian dibuat FFnya. Ps aja sih sebagai salam curcol di malam hari.. Semoga menikmati ceritanya^^"
