Kalau ada yang bertanya seberapa banyak cintaku padamu….
Suruh dia menghitung hujan yang turun….
Sebanyak itulah cintaku padamu dan akan terus bertambah setiap harinya.
Bleach © Kubo Tite Sensei
..
Pretty Fat Girl by Shinigami Teru-chan
..
Pairing: Always Ichi X Ruki
Warning: OOC(banget), typo(s), AU, GaJe and many more
"Don't Like. Don't Read"
Einführung
Hah, lagi-lagi kota Karakura diselimuti awan tebal pertanda hujan besar akan segera datang.
Tes. Tes. Tes.
Benar dugaannya, gerimis sudah mulai membasahi rambut jingganya. Entah mengapa dirinya sangat benci hujan, mungkin karena suhu yang berubah dingin atau air yang membuatnya basah. Kaki panjang mempercepat langkahnya menuju tempat berteduh terdekat. Mata coklatnya memandang ke kanan dan ke kiri untuk mencari tempat berlindung.
Ketemu. Dengan cepat ia berlari ke sebuah bangunan tua bergaya Eropa.
"Sial, bajuku basah semua." ucapnya sambil berusaha mengeringkan baju seragamnya yang basah. Berkat itu, baju putihnya menempel ketat di kulit mulusnya. Terlihat sekali otot-otot dadanya tercetak sempurna.
Ternyata bukan hanya dia yang mencoba berlindung dari terpaan hujan, diliriknya gadis yang berdiri disampingnya. Tampak jelas sekali gadis berambut raven itu menikmati hujan. Tangan mungilnya terjulur, pasrah menerima serbuan tetes-tetes air. Raut mukanya terlihat gembira dan mata violetnya berbinar-binar―kagum―bagai melihat harta karun melimpah.
Gadis aneh, batinnya.
Bukannya reda, hujan turun semakin deras. Dengan nakal cipratan-cipratan kecil mengenai sepatu satu-satunya itu.
Ini memang hari sialnya.
"Cih! lama banget berhentinya," ia mendecih kesal.
Gadis yang sedari tadi bermain-main air, menghentikan aktifitasnya seraya menatap pemuda yang ada di sebelahnya itu. Dengan sekali lihat ia sudah tahu watak dari pemuda bersurai senja itu; sombong, arogan, kekanak-kanakan, keras kepala, egois, dan satu lagi bodoh.
'Hufft. Tenang, jangan kau memulai keributan lagi. Kau sudah janji dengan nee-san.' Batin gadis itu.
Segera ia membuang muka dan kembali menatap langit berwarna kelabu. Didongakkan kepalanya ke atas dan dihirupnya udara keras-keras. Aroma tanah―wangi favoritnya. Entah mengapa setiap kali ia menghirup aroma ini, pikirannya menjadi tenang, seolah-olah beban di pundaknya terangkat. Satu hal lagi yang membuatnya mencintai hujan.
Sementara itu pemuda bermanik hazel memandang gadis disampingnya dengan tatapan bingung. 'Gadis aneh' itulah kata yang dapat mendiskripsikan gadis asing itu. Kelakuan serta baju yang dikenakan gadis bersurai raven itu sangat unik. Berbeda dengan gadis yang pernah dijumpainya selama ini.
Gadis itu mengenakan sebuah jumper kebesaran berwarna putih dengan gambar kelinci di bagian depan, saking besarnya sampai mampu menutupi paha mungil gadis itu. Sebuah hoody besar menutupi kepalanya yang kecil. Kalau dari jauh, orang akan mengira melihat sebuah teru-teru bozu sedang berdiri disampingnya. Entah mengapa ketika membayangkan hal tersebut, bibirnya terulas senyum simpul. Senyum yang jarang sekali ia perlihatkan.
"Nee, hujannya sudah berhenti" gadis itu tiba-tiba mengajaknya berbicara.
Tangan mungil menunjuk ke atas. Benar, hujan sudah berhenti dan awan hitam mulai menyingkir setelah tanpa dosa menutupi sinar matahari.
Pemuda berambut jingga itu langsung bernafas lega, karena pada akhirnya ia bisa pulang ke rumah dan berendam di air panas. Ia langsung melangkahkan kakinya meninggalkan bangunan tua itu, namun langkahnya tiba-tiba berhenti. Ada sebuah tangan kecil menarik lengannya. Pemuda itu menoleh dan melihat gadis itu tersenyum padanya dan berkata,
"Hei, jangan pulang dulu, sebentar lagi 'itu' akan muncul,"
"Apa maksudmu?"
"Tunggu dan lihat saja," kata gadis itu sambil tersenyum samping.
"..." karena penasaran pemuda itu menunggu apa yang akan terjadi.
Satu menit. Dua menit ia menunggu namun tidak ada yang terjadi.
"Sebenarnya, apa sih yang kita tunggu?" pemuda itu bertanya dengan kesal karena tahu gadis berkulit porselen itu sengaja mempermainkannya.
"Emm…, sabarlah sebentar lagi," jawab gadis itu sambil mengedarkan matanya keseluruh penjuru langit. Seulas senyum muncul dari bibir mungilnya, "nah itu dia muncul…" katanya sambil menunjuk ke arah langit. Langit sudah berubah cerah dan mendung sudah digantikan dengan sinar mentari.
Ternyata yang ditunggu-tunggu oleh gadis itu adalah penampakan spektrum warna yang berasal dari pelangi. Pelangi itu memancarkan warna-warni yang indah. Baru pertama kali ia melihat pelangi sebesar itu. Matanya membulat―kagum melihat fenomena alam ini.
"Indah bukan?"tanya gadis disampingnya itu. Gadis itu langsung merogoh saku dan mengeluarkan ponsel flip-nya.
Klik!
Bunyi itu berasal dari ponsel yang digenggam gadis itu. Sebuah gambar langit yang dihiasi lengkung tujuh warna terpampang jelas di layar ponselnya.
"Hei! Kamu tidak mau mengabadikan momen yang jarang terjadi ini?" tanya gadis itu.
"Hm, baiklah," pemuda itu terpaksa menuruti perkataan gadis itu. Ia segera membuka tas sekolahnya, mengaduk-aduk isinya dan mengambil ponselnya.
Klik!
Sebuah gambar pelangi berhasil diambilnya. Dari ekor matanya ia melihat gadis itu tersenyum padanya. Senyum yang sangat manis.
Entah karena pelangi, aroma tanah sehabis hujan atau angin yang tiba-tiba berhembus, hatinya berdegup aneh dan wajahnya tiba-tiba memanas. Dipegangnya dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.
'Perasaan apa ini? Jangan-jangan aku―' pikirannya diliputi perasaan aneh.
"Akh… aku harus segera pulang, ya. Ja nee~" Gadis itu berkata sambil sebelumnya melihat jam berbentuk kelinci yang melingkar ditangannya dan melangkah pergi meninggalkan pemuda yang masih mematung di teras gedung tua itu.
'Haaah…., Ichigo sepertinya kamu baru saja jatuh cinta.' Gumam pemuda itu. Entah ini hari sialnya atau malah justru hari keberuntungannya karena jatuh cinta pada gadis yang namanya saja tidak ia ketahui.
Lanjut atau tidak ya minna~?
Pendek ya? Tenang, karena ini masih prolog.
Semoga kalian suka sama cerita ini.
Let me know what you think… alias Review please….. ~(_)~
