FREE FIRE : LOVE

Diantara berbatuan, diantara debu di tanah tandus ; bersatu dengan timah panas yang telah luruh, maupun burung nasar yang menanti makanannya, aku memandang paras tegasmu dengan segala tanya dalam pandangku. Maka jawab aku, Park Chanyeol, apakah mengatakan bahwa kau mencintaiku, hanyalah sebuah cara baru untuk bertahan hidup bagimu? [War, Angst]


"Roger, bos. Musuh terlihat. Koordinat dua, seluruh akses tertutup."

Aku memandang semua kekacauan, terdiam. Diantara kakiku, mengalir begitu banyak darah, begitu banyak mayat. Mereka semua bergelimpangan, seolah olah tidak pernah begitu berharga.

"Bunuh."

Aku menoleh padanya.

Dia berkata dengan rahangnya yang tegas, sementara tangan kanannya dengan cekatan membalut luka sayat yang membentang di pergelangan tangannya. Manik coklatnya yang selalu kupuja itu lantas menatapku, dalam sekali. Aku terlarut beberapa saat sampai kemudian aku sadar dia menungguku untuk meraih uluran tangannya.

"Ayo, Baekhyun. Tidak aman disini." Ujarnya, tekanan dalam suaranya membuatku menyadari bahwa dia sedang mencoba untuk berujar dengan lembut.

Mungkin dia lelah menunggu, sehingga ia segera memaksakan tangannya padaku—menyeretku untuk berdiri. Aku mengikuti langkahnya, keluar dari gedung penuh timah ini dengan terburu buru. Tapi kemudian di ujung sana, di balik semak belukar hijau yang mulai samar terlihat di malam yang gelap ini, gemuruh terdengar. Sekelompok orang melompat keluar dari sana, berteriak bar-bar, dalam sekejap menyerbu kami, mengepung berbagai sisi dengan wajah garang dan buas. Masing masing merangkul senjata di pundak, kami terkepung.

Kudengar dia berdecak.

Aku diam diam merogoh saku untuk mengeluarkan pistol. Bersiap untuk mendengar kekacauan. Kulihat dia meraih miliknya juga, menggenggamnya dengan nyaman walaupun memakai tangan kiri. Dia menarikku mundur dan berbisik, "Pergi."

".. Apa?" Sahutku terkejut.

"Pergi, beritahu Tim Bravo dan Echo, cepat."

Pergi..? Dan meninggalkanmu sendiri disini? Bagaimana aku bisa—

"Cepat!" Bentaknya.

Aku mengangguk segera, perlahan berbalik, melepaskan genggamannya yang sebelumnya hangat. Sekelompok itu menggeram, mungkin karena mereka tidak mengerti dengan apa yang kami bicarakan, mungkin juga karena tidak suka akan aku yang bersiap melarikan diri.

"Sekarang!"

Suara timah yang terlepas dari tempatnya terdengar keras sekali tapi aku tidak punya sedikit pun waktu untuk menutup telinga, maupun mengeluh. Aku berlari, terus berlari, melarikan diri dari sekelompok orang itu dan dia. Aku menjatuhkan lututku ketika semak belukar dimana pasukan lainnya menunggu terlihat, aku harus memberitahu mereka untuk menyelamatkan kekasihku.

Kekasihku, dia, Park Chanyeol.

Jika sebelumnya kalian berpikir bahwa kami sedang dalam kencan malam dengan ibu kami sebagai mata mata, kalian salah. Sesungguhnya, aku juga tidak pernah menyangka bahwa aku akan menjatuhkan hatiku di pulau terpencil ini, pada seorang pemimpin pasukan khusus yang selalu melindungiku.

Namanya Park Chanyeol.

Dan kami, sesungguhnya sedang berada dalam suatu skenario yang tidak pernah kubayangkan ; perang.


Free Fire : Love


Semua bermula ketika ayah murka padaku.

Jenderal separuh baya itu murka padaku, katanya karena aku tidak dewasa dan tidak becus dalam membebaskan sepuluh buah tahanan perang. Dia sangat marah dan memakiku anak yang tidak tahu diri, aku anak salah kirim, atau apalah itu—dia murka padaku.

Aku tidak tahu harus menenangkannya dengan cara apa, bagaimana caraku meredakan amarahnya? Aku memang tidak pernah sekalipun berbakat dalam memegang senjata senjataku, tidak sekalipun cekatan dalam membalut segala lukaku, tidak sekalipun berminat untuk membunuh seseorang dan menambah lencana di setiap bahuku. Tidak sama sekali. Aku bukan seorang yang bercita cita untuk membela negara dengan mengangkat senjata, bukan.

Tapi aku putra tunggalnya, aku putra tunggal Jenderal tersohor Korea Selatan yang prestasinya mencapai langit langit.

Putra tunggalnya yang tidak bisa ia banggakan.

"Kau benar benar mempermalukanku, anak sialan! Apa yang kau pikir kau lakukan, huh? Lihat dirimu, tanpa aku, apa yang bisa kau lakukan selain menjadi prajurit pesuruh disini?!"

"Maafkan aku." Aku membungkuk, "Maafkan aku."

"Lupakan, aku muak. Benar benar muak." Dia menghempaskan punggungnya pada kursi, menghela nafas keras keras. "Aku akan mengirimmu ke daerah sengketa."

"A—Apa?" Aku terkesiap.

"Kau bukan wanita, jangan memasang tampang ketakutan seperti itu, bocah sialan." Ia mengumpat lagi, tapi aku tidak peduli, tidak juga tersinggung.

Apa katanya? Mengirimku ke daerah sengketa..?

Itu berarti. Perang, dan darah.

"Kau harus belajar untuk bertahan hidup, agar kau tidak mempermalukan aku."

Tubuhku membatu.

Maka disinilah aku akhirnya, berada di pulau kecil penuh dengan pemberontak dengan perbekalan sederhana yang dikirimkan oleh pusat sebulan sekali. Kami harus menetralkan daerah ini dari pemberontak yang datang entah dari mana—mereka berbahasa asing dan tidak bisa diajak berbahasa Inggris. Disini jugalah, aku bertemu dengan dia. Park Chanyeol yang mana selalu melindungi dan membalut setiap jengkal lukaku, aku jatuh cinta dengannya. Amat jatuh cinta.

—Kau mencintaiku sama dalamnya bukan, Park Chanyeol..

"A—Aku tidak mengerti..—"

"Bagaimana kau akan mengerti? Kau hanyalah seorang beruntung, memiliki jenderal sebagai ayahmu, huh? Kau sangat beruntung."

Tubuhku bergetar, mundur teratur hingga tertabrak batu karang yang berdiri kokoh di belakang punggungku. Aku menatap paras tegasnya yang tidak lagi sama. Penuh kebencian, kebencian yang tidak pernah kulihat. Dia terkekeh kecil dan mengelus wajahku, penuh perasaan. Perasaan palsu.

"C—Chanyeol, hentikan—"

"Kau sangat mudah untuk menangis, ya." Dia tersenyum lembut, menyentuh pipiku untuk menghapus air mata yang tanpa sadar memenuhi wajahku. Tapi sorot lembut itu tidak bertahan lama. Aku merasakan sebuah besi dingin menyentuh permukaan kulitku, meringsek masuk ke kulit tubuh.

"Aku tidak menyukai saat saat dimana kau menangis, jadi kulakukan secara cepat saja, ya? Sayang." Bisiknya penuh ejekan.

"Selamat tinggal, Baekhyun."

.. Ataukah, selama ini kau tidak?


TO BE CONTINUED


Yup, aku kembali dengan ff baru, ngeheheh. Yang main game survival semacem PUBG pasti nggak asing, ya, sama judulnya WKWKWK.

((Judulnya memang sengaja diambil dari nama game kaporit aku, Free Fire.))

Next? Leave your review below, please.