WAYS TO CLOSE WITH MY SON

Summary : Luhan tidak pernah menyangka bahwa Ia ternyata memiliki seorang anak berusia 15 tahun. Atas saran sahabatnya, Xiumin, Luhan menyamar menjadi siswa SHS agar bisa dekat dengan anaknya. Tak disangka Ia malah terjebak dengan seorang namja tampan yang tergila-gila padanya.

.

Main Pair : HunHan

Other Pair : KaiHan, KaiSoo

Genre : Romance/Drama

Rated : T AJAH

.

Anyyeong chingudeullll….

Saya balik lagi nih bawa FF Oneshoot baru kkkk…

Semoga bisa dinikmati, walaupun FFnya abal dan ceritanya pasaran hehehe…

Jangan lupa reviewnya oke?

.

Xiao Luhan, seorang pria berumur 30 tahun keturunan China yang menetap di Korea sejak kecil. Sebagai namja, wajahnya termasuk kategori pria cantik karena bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mungil dan mancung, bermata rusa dan bibir merah yang tipis. Wajahnya sangat baby face, membuat Luhan terlihat seperti siswa SHS daripada Direktur yang sudah menginjak umur kepala tiga.

Hidup Xiao Luhan benar-benar sempurna. Di umurnya yang 30, Ia telah menjabat sebagai direktur di perusahaan ternama yang bergerak di bidang otomotif, yaitu PT XIANG JUAN. Perusahaan itu adalah milik Babanya yang berdarah china dan sekarang dipercayakan kepadanya.

Selain itu, Ia juga menjalankan bisnis majalah fashion yang akhir-akhir ini banyak peminatnya. Ya, siapa yang tidak kenal dengan majalah ARTENA. Bahkan, banyak model yang berebut untuk bergabung dengan perusahaan itu.

Walaupun bergelimang harta, Xiao Luhan tidak suka berfoya-foya dan menghabiskan uangnya untuk sesuatu yang tidak perlu. Tidak seperti teman-temannya yang hobi clubbing, Ia lebih suka menenangkan diri di apartemennya yang sepi setelah lelah bekerja.

Setiap harinya, Ia akan bangun pagi, lalu sarapan, berangkat ke kantor kecuali sabtu dan minggu, pulang ke apartemen, makan malam dan tidur. Terlalu monoton memang. Tapi, baginya hidup seperti ini adalah pilihan.

Ya, begitulah hidup Xiao Luhan selama ini. Sampai seseorang datang ke apartemennya di minggu pagi awal bulan Desember dan mengubah semua hidup Luhan dalam sekejap.

XXX

Minggu, 7 Desember 2014

Ting Tong Ting Tong

Tepat pukul 06.30 pagi, bel apartemen Luhan berbunyi yang membuat sang empunya terbangun dan dengan malas berjalan ke pintu apartemennya. Tanpa melihat layar intercom, Luhan langsung membuka pintu apartemennya dengan mata setengah terpejam.

"Halo, Direktur Luhan. Kau masih ingat padaku?" sapa seseorang yang sekarang berada di hadapan Luhan.

.

DEG

.

Suara itu seperti….

"Kim Seena Noona? Kau, benarkah ini kau?" balas Luhan dengan wajah terkejut.

"Baguslah kau masih ingat aku. Bolehkah aku masuk?" Izin seseorang tadi yang ternyata bernama Kim Seena.

Luhan hanya mengangguk dan mempersilahkan Kim Seena untuk masuk. Ia membawa Seena ke ruang tamu apartemennya yang sangat rapi dan tersedia sofa merah darah berpadu dengan gold yang terlihat sangat empuk dan mahal.

"Duduklah." Ucap Luhan yang sudah tenang.

Kini, Luhan dan Seena duduk bersebelahan namun agak jauh sehingga mereka bisa saling berhadapan.

"Setelah 15 tahun Noona menghilang, Hal apa yang membuat Noona menemuiku?" lanjut Luhan dengan serius.

"Aku akan menikah dan setelah itu aku akan pindah ke Paris bersama suamiku." Jawab Seena .

"Lalu?" Tanya Luhan yang masih bingung kemana arah pembicaraan Seena.

"Suamiku tidak mau mengurus anak yang bukan darah daginya sendiri. Maka dari itu, aku ke sini untuk meminta pertanggung jawaban." Jelas Seena membuat Luhan semakin bingung.

"Maksud Noona bagaimana sih? Aku tidak mengerti."

"Aku ingin kau menggantikanku merawat Kim Jongin, anakku. Maksudku anak kita Luhan." Lanjut Seena dengan jelas dan yakin membuat Luhan menganga tak percaya.

"MWO? Anak kita? Tapi… bagaimana mungkin" Luhan masih belum mempercayainya.

"Kau ingat saat SHS, kita pernah menjadi sepasang kekasih. Dan malam itu, dimana kau dan aku, yah kau ingatlah apa yang sudah kita lakukan. Setelah kejadian itu aku hamil. Aku takut dan akhirnya aku memutuskan untuk mengasingkan diri ke negeri orang. Untung saja Eomma dan Appaku selalu memberiku kekuatan sampai akhirnya aku bisa melewati 9 bulan itu dan akhirnya aku melahirkan seorang namja bernama Kim Jongin."

Mendengar penjelasan Kim Seena, kepala Luhan tiba-tiba pusing. Ia memijat kepalanya dan beberapa kali mendesah berat dan tertahan.

"Jadi, itu alasan Noona menghilang tiba-tiba dari sekolah bahkan dari Korea? Kenapa Noona tidak langsung memberitahuku? Aku akan bertanggung jawab!" ucap Luhan dengan sedikit membentak di akhir.

"Bertanggung jawab katamu? Kau hanya seorang bocah lelaki berumur 15 tahun. Memangnya kau punya apa saat itu? Bahkan kau masih suka menangis Luhan." balas Kim Seena dengan telak.

"Maafkan aku, Noona. Kalau begitu, untuk menebusnya, aku mau merawat anakmu. Emm, maksudku anak kita." Putus Luhan pada akhirnya.

"Itu memang sudah kewajibanmu bukan. Terhitung sebulan dari sekarang, Jongin akan pindah dan tinggal bersamamu." pamit Kim Seena dengan datar lalu melenggang pergi tanpa mendengar jawaban Luhan yang terlihat mematung.

Setelah Kim Seena pergi, Luhan hanya mengangguk dengan wajah linglung. Ya, Luhan memang sudah percaya sepenuhnya dan berusaha menerima semua kebenaran ini. Tapi, tetap saja ini bagai mimpi bagi Luhan. Ini terlalu mendadak. Kedatangan Kim Seena sudah mengubah hidup Luhan. Mengubah status luhan dari lelaki single menjadi seorang single parent.

"Huft,,, kau bisa Luhan!" gumamnya memberi semangat pada dirinya sendiri.

XXX

Malamnya Luhan mondar mandir tanpa tujuan di dalam kamarnya. Ia masih memikirkan nasibnya yang akan mengurus anaknya sebulan lagi. Bagaimana kalau anaknya nakal dan sulit diatur? Apalagi Ia seorang namja berumur 15 tahun yang beranjak dewasa dan biasanya suka berontak. Seperti Luhan dulu.

Luhan pun memutuskan untuk menelpon Xiumin, sahabatnya untuk berkonsultasi.

.

"Yeobseo."

"Umin Hyung…."

"Wae? Kau ini mengganggu hariku yang indah saja!"

"Ya! Kau jahat sekali padaku…"

"Aku bercanda, bodoh. Katakan! Pasti kau ingin memberitahu sesuatu padaku kan?"

"Hmm begitulah… kau pasti tidak akan percaya…"

"Memangnya ada apasih? Jangan berbelit-belit…"

"Jadi begini…. Bla bla bla (Luhan menceritakan perihal kedatangan Kim Seena dan keberadaan anaknya)"

"MWO?"

"Sudah kuduga kau akan bereaksi seperti itu."

"Ani, bukan begitu. Hanya saja aku tidak percaya bahwa namja seperti dirimu bisa menghasilkan anak saat berumur 15 tahun. Ckckck"

"YA! Namja yang bagaimana maksudmu?"

"Kau mengertilah maksudku hehehe…"

"Terserahlah, yang jelas aku minta saranmu! Aku harus bagaimana?"

"Aku punya ide yang bagus lu…"

"Apa?"

"Kau bilang anakmu itu siswa SHS kan? Dan kau akan bertemu dengannya 1 bulan lagi kan?"

"Hmm, lalu bagaimana Umin Hyung?" geram Luhan yang sudah kesal terhadap Xiumin.

" Jadi Begini…. …."

XXX

Xiumin tidak berhenti tertawa sekaligus kagum melihat penampilan Luhan saat ini.

"Sialan Kau!" umpat Luhan karena mau-maunya mengikuti ide aneh dari Xiumin.

"Kau sangat cocok jadi siswa SHS, Lu. Tidak, kau bahkan lebih terlihat seperti siswa JHS."

"Diamlah!"

"Baiklah, jangan marah begitu."

Ya benar. Luhan akan menyamar menjadi siswa SHS dan masuk ke sekolah yang sama dengan anaknya, Kim Jongin. Untung saja, sekolah tersebut milik sahabatnya yang bernama Kim Junmyeon alias Suho. Jadi Luhan tak perlu ambil pusing mengenai izin masuk ke sekolah tersebut. Dan masalah kantor sudah Ia serahkan pada wakil direktur sekaligus sahabatnya, Wu Yi Fan.

Dan hari ini juga Luhan akan menuju Cheongnam High School sebagai siswa pindahan dari China.

"Selamat bersenang-senang Luhanku yang cantik kkkk…" goda Xiumin saat mereka sudah sampai di depan gerbang Cheongnam High School.

Luhan hanya mendengus dan segera keluar dari mobil Xiumin.

Ia menatap kagum bangunan sekolah milik sahabatnya itu. Ia pun mulai berjalan memasuki sekolah yang terlihat sepi karena jam pertama memang sudah di mulai.

Dengan santainya dia melenggang menuju ke ruangan sahabatnya, Suho, si pemilik sekolah sekaligus kepala sekolah di sana.

.

TOK TOK TOK

.

"Masuk." Perintah suara dari dalam.

"Hai, Kepala sekolah yang tampan." Sapa Luhan dengan senyum selebar mungkin.

"Kau terlambat, Lu."

"Aku kan siswa pindahan, lagipula aku hanya menyamar." Balas Luhan seenaknya.

"Kau ini! Tetap saja kau harus mengikuti peraturan." Ujar Suho dengan sok galak.

"Ya, ya. Jangan galak begitu padaku."

"Terserah kau sajalah. Kau akan masuk ke kelas 10 B. Lay akan mengantarmu nanti."

"Lay? Bukankah dia kekasihmu?"

"Hmm, dia mengajar matematika di sini."

"Oh Begitu rupanya." Ujar Luhan sambil tersenyum.

.

TOK TOK TOK

.

"Oh, hai sayang." Sapa Suho sambil tersenyum cerah.

Sementara itu, orang yang di sapa malah terdiam di depan pintu. Luhan terkikik melihatnya. Luhan mengerti kalau kekasih Suho itu malu karena dipanggil sayang di depan murid baru.

"Kenapa diam si situ? Masuklah sayang!"

Lay masih terdiam di depan pintu, antara ingin memarahi Suho tapi Ia tidak bisa karena ada Luhan.

"Santai saja. Aku teman Suho, kekasihmu yang tampan ini." Ujar Luhan sambil tersenyum ramah pada Lay.

"Hah?" Lay terlihat tidak mengerti maksud perkataan Luhan.

"Aku bukan benar-benar murid baru. Aku hanya menyamar untuk alasan tertentu." Tambah Luhan agar Lay mengerti.

"Jadi kau bukan benar-benar siswa baru?" Tanya Lay lalu masuk dan duduk di kursi sebelah Luhan.

"Hmm bisa dibilang begitu."

"Tapi, kau terlihat seperti siswa." Ungkap Lay dengan polosnya membuat Suho menahan tawanya dan melunturkan senyum di wajah Luhan.

"Jangan menghinaku begitu dong." Balas Luhan sambil merenggut sebal.

"Ah mianhe, aku tidak bermaksud begitu. Kau hanya terlihat muda."

"Tak apa. Aku sudah biasa."

"Kalau begitu, aku antar kau ke kelas mmm.."

"Luhan. Namaku Luhan."

"Kalau begitu, ayo Luhan!" ajak Lay tanpa memperdulikan kekasihnya yang sejak tadi terabaikan.

Suho menganga tak percaya, melihat kekasihnya yang nyelenong keluar begitu saja diikuti Luhan yang menatapnya dengan senyum mengejek.

"Dasar rusa sialan!" umpat Suho saat Luhan menghilang di balik pintu ruang kerjanya.

XXX

Kini Luhan sudah berada di depan kelas diiringi tatapan kagum dan penasaran dari calon teman-teman sekelasnya, terutama namja tampan berkulit albino yang sejak tadi menatapnya dengan intens seakan mengklaim bahwa Luhan adalah incarannya.

"Annyeonghaseo, naneun Luhan imnida. Aku pindahan dari China. Mohon bantuannya."

"Wahhh…" semua murid kagum karena Bahasa Korea Luhan yang lancar dan tentu saja karena Luhan sangat imut, tampan tapi cantik dan auranya benar-benar terpancar.

"Baiklah, kau boleh duduk." Ujar Song songsaenim, pengajar Bahasa inggris yang memiliki jadwal mengajar saat Luhan datang diantar Lay.

"Ne, Saem."

Luhan pun menatap seluruh teman sekelasnya yang menatapnya penuh harap. Namun di antara semuanya, tidak ada yang mirip dengan foto Jongin yang dikirim Seena tadi malam. Entah kenapa tiba-tiba pandangan Luhan tertuju pada namja yang sejak tadi memperhatikannya dengan intens.

"Boleh aku duduk di sini?" izin Luhan sambil menunjuk bangku kosong di sebelah namja tersebut.

Namja itu menatap Luhan tak percaya. Ia hanya tidak menyangka Luhan akan memilihnya.

"N..Ne.. Tentu saja." Jawab namja itu dengan gugup.

Luhan pun tersenyum sangat manis lalu duduk di samping namja itu membuat temannya yang lain menghela napas kecewa.

"Siapa namamu?" Tanya Luhan tiba-tiba.

"Hah?" kaget namja itu saat Luhan tiba-tiba memutar kepala menghadapnya yang memang sejak tadi menatap Luhan.

"Namamu?" Luhan mengulang pertanyaannya sambil tersenyum geli melihat tingkah remaja di sebelahnya ini.

"Sehun. Oh Sehun."

"Baiklah, Sehun-sii. Mari kita berteman baik." Ujar Luhan lalu berbalik ke depan untuk memperhatikan gurunya tanpa tahu bahwa namja di sebelahnya tidak pernah bisa berhenti menatapnya.

Sebenarnya Luhan tahu, namja bernama Sehun itu tertarik padanya. Tentu saja Ia tahu karena Ia sudah dewasa dan berpengalaman.

'Dasar anak sekolah.'

XXX

Luhan dan Sehun ke kantin bersama. Dan yang mengajak adalah Luhan. Sehun tentu saja senang bukan kepalang.

"Lu, kau mau pesan apa? Biar aku yang pesan." Ujar Sehun sok gentle.

"Samakan saja denganmu." Balas Luhan sambil tersenyum.

"Baiklah." Sehun pun segera berlalu untuk memesan.

'Tenangkan dirimu, Sehun.' Batin Sehun yang masih merasakan efek senyuman Luhan.

Saat menunggu Sehun, tiba-tiba saja mata Luhan menangkap sesosok makhluk hitam yang menyerupai Jongin.

'Apa benar itu anakku? Mengapa tidak ada mirip-miripnya? Apa yang terjadi pada kulit dan hidungnya? Apa dia mengalami kecelakaan hingga harus operasi?' batin Luhan tidak jelas sambil pandangannya terus mengikuti sosok tadi.

Luhan tidak menyadari Sehun sudah kembali dengan membawa pesanan dan senyum merekah di bibirnya. Namun senyuman Sehun menghilang saat melihat arah pandang Luhan.

"Hey, Sehun. Aku duduk di sini ya." Sapa sosok yang sejak tadi diperhatikan oleh Luhan.

Sehun tidak menjawab karena kesal mungkin. Entah kenapa hatinya resah. Ia takut sepertinya Luhan menyukai sahabatnya, Jongin.

"Ah Sehun, sejak kapan kau sampai?" Tanya Luhan yang kaget ternyata Sehun sudah ada di depannya bersama sosok tadi.

"Baru saja, Lu." Jawab Sehun lembut, karena bagaimana pun Sehun tidak akan mengabaikan seorang Luhan.

"Siapa dia? Cantik sekali." Bisik Jongin pada Sehun.

Sehun menahan kesabarannya dan memutuskan untuk memperkenal sahabatnya pada Luhan.

"Lu, kenalkan ini sahabatku, Kim Jongin." Ucap Sehun pada akhirnya.

"Annyeong Jongin, aku Luhan. Murid pindahan." Balas Luhan dengan penuh pancaran kebahagiaan membuat Sehun menatapnya tidak suka.

Tentu saja Luhan senang bisa bertemu dengan anak kandungnya sendiri.

"Annyeong, panggil Kai saja. Oke cantik?" balas Jongin sambil mengedipkan sebelah matanya.

Luhan langsung tertawa saat melihatnya. Entah kenapa sifat Jongin mengingatkan pada sifatnya yang dulu.

Jongin dan Luhan rupanya cepat akrab hingga mengabaikan namja tampan di antara mereka yang menatap Luhan dengan pandangan sedih.

'Sabar Sehun, kau pasti akan mendapatkannya nanti.'

XXX

Entah kenapa akhir-akhir ini Sehun tidak suka mengobrol dengan Luhan. Karena topic yang mereka bahas selalu saja Jongin. Bahkan Luhan akan mengikuti ekskul dance karena Sehun bilang bahwa Ia dan Jongin mengikutinya.

Seperti saat ini, Luhan menatap kagum saat Jongin memperlihatkan tarian solonya tanpa menyadari raut penuh kesedihan dari Sehun. Bahkan saat Sehun menari solo, Luhan malah memberikan minum pada Jongin dan mengobrol dengannya.

Luhan tentu saja senang bisa dekat dengan anaknya. Apalagi ternyata bakat menarinya dulu menurun pada sang anak.

Jongin juga senang dengan Luhan. Siapa juga yang akan melewatkan namja secantik dan sesempurna Luhan? Dan Jongin rasa Luhan juga menyukainya.

'Apa benar-benar tidak ada kesempatan untukku, Lu?'

XXX

"Sehun-ah, tunggu!" panggil Luhan membuat Sehun yang sedang berjalan menuju gerbang berhenti dan membalikan tubuhnya.

"Ada apa, Lu?" Tanya Sehun dengan lembut, sampai kapanpun dalam kondisi apapun Sehun akan selalu bersikap sama terhadap Luhan.

"Kenapa kau meninggalkanku?" Tanya Luhan sambil mempoutkan bibirnya membuat Sehun tersenyum.

Sehun akui, saat-saat berdua dengan Luhan adalah yang terbaik walaupun pada akhirnya Luhan pasti akan membicarakan Jongin.

"Kupikir kau akan pulang bersama Jongin." Balas Sehun sebiasa mungkin.

"Mana mungkin aku membiarkanmu pulang sendiri." Ujar Luhan dengan serius membuat Sehun terus berharap kalau Luhan akan membalas perasaannya.

Dari awal masuk sekolah, Luhan memang selalu pulang bersama Sehun naik bis karena rumah mereka searah, hanya berbeda kompleks.

"Wae?" Tanya Sehun penuh harap.

"Hah? Apanya?"

"Kenapa kau tidak bisa membiarkanku pulang sendiri?"

"Karena aku… karena kau temanku." Jawab Luhan pada akhirnya membuat Sehun menampakan wajah kecewa.

'Rupanya hanya teman…'

Luhan tahu Sehun kecewa. Luhan tahu Sehun cemburu melihatnya dekat dengan Jongin. Luhan tahu Sehun mengira bahwa dirinya menyukai Jongin. Dan Luhan tahu bahwa Sehun sudah menyukainya dari awal. Tapi Luhan belum bisa membalasnya. Ia masih bingung pada perasaannya sendiri. Karena sebelumnya Ia tidak pernah menyukai seorang namja apalagi namja yang seumuran dengan anak kandungnya. Apa ini normal?

Jadi untuk saat ini Luhan hanya bisa menganggap Sehun sebagai temannya.

"Baiklah, ayo kita pulang." Ajak Sehun membuyarkan lamunan Luhan.

Luhan pun mengangguk dan berjalan beriringan bersama Sehun tanpa sepatah kata pun. Dan seperti biasa, Sehun tidak pernah bisa melepaskan pandangannya sedetik pun dari Luhan. Saat seperti ini hanya sebentar, jadi Sehun tak akan menyiakan waktunya begitu saja.

'Kapan kau akan melihatku, Lu?'

XXX

Sehun merebahkan dirinya di ranjang. Hari ini begitu lelah karena ada latihan dance. Tapi hari ini lebih lelah dari biasanya. Karena bukan hanya fisiknya tapi juga hatinya. Ia lelah melihat Luhan hanya memperhatikan Jongin. Ia juga ingin setidaknya Luhan melihat penampilan solonya tadi. Padahal Sehun ingin menunjukan dance terbaiknya hanya untuk Luhan. Tapi mau bagaimana lagI? Luhan hanya melihat Jongin.

.

Drrttt Drrrttt Drrttt

.

From : Kim Jongin

Sepertinya kau menyukai Luhan.

.

Sehun langsung mengerutkan keningnya bingung. Kenapa tiba-tiba Jongin berbicara seperti itu? Entah kenapa firasatnya tidak baik. Apa Jongin ingin meminta izin padanya untuk menembak Luhan? Tidak tidak tidak, ini tidak boleh terjadi.

.

To : Kim Jongin

Lebih dari itu, Jong. Aku bahkan sudah mencintainya dari awal.

.

From : Kim Jongin

Kalau begitu, ayo bersaing secara sehat!

.

To : Kim Jongin

Baiklah, siapa takut?

.

Jujur saja Sehun sangat takut kehilangan Luhan. Karena Sehun tahu bahwa Luhan juga menyukai Jongin dan sekarang Jongin juga menyukainya. Apa yang harus Sehun lakukan? Ia tidak akan rela menyerahkan Luhan begitu saja.

.

Drttt Drrttt Drrttt Drrttt

.

Tiba-tiba handphonenya bergetar lagi, kali ini ada sebuah pangilan. Sehun sedikit terkejut saat melihat nama Calon Istriku terpampang di layar handphonenya. Itu berarti…

"Yeobseo, Luhan?"

"Hai Sehun, iya ini aku."

"Tumben, kau menelponku." Ujar Sehun masih tidak percaya.

"Memang tidak boleh?" goda Luhan sambil mempoutkan bibirnya walau tidak bisa dilihat Sehun.

"Ah bukan begitu, tentu saja kau boleh melakukannya kapanpun."

"Benarkah?"

"Iya, rusaku yang cantik."

"Ishh jangan memanggilku begitu! Ngomong-ngomong kau sangat tampan dan keren saat menari." Puji Luhan sambil terkikik.

"Memang kau melihat? Kau kan hanya asik bersama Jongin tadi." Balas Sehun dengan nada sedih sungguhan.

"Jimin merekamnya. Aku minta video saat kau menari padanya."

"Jinja? Tapi aku lebih keren kalau dilihat langsung kkkk…" ujar Sehun terdengar sangat bahagia karena Luhan sampai meminta videonya menari pada orang lain.

"Justru itu aku takut tidak kuat jika melihatnya langsung kkk…" goda Luhan membuat Sehun berdebar saking bahagianya.

"Aishh jangan menggodaku…" balas Sehun sambil tersenyum malu, untung saja mereka bicara via telepon, jadi Luhan tidak akan melihat Sehun yang sedang memerah seperti saat ini.

"Oh iya, Hun. Aku ingin mengucapkan terima kasih padamu."

"Untuk?"

"Menjadi temanku 2 minggu ini dan membuatku bisa dekat dengan Jongin."

.

DEG

.

Luhan bagai menghempaskan Sehun dari langit sampai ke dasar bumi.

"Jongin mengajakku bertemu di sungai Han besok."

"…"

"Hun? Kau masih di sana?"

Sehun mengerti sekarang, jadi alasan Luhan menelpon adalah karena Jongin. Selalu Jongin. Dan akan selamanya tentang Jongin. Di hati dan pikiran Luhan hanya ada Jongin. Tidak ada Sehun di sana.

"Ah mianhe, Luhan-ah. Sinyalnya agak jelek tadi. Hmm semoga hubunganmu dengannya berjalan dengan baik. Aku.. sepertinya aku dipanggil oleh Eomma. Sampai jumpa Luhan."

.

KLIK

.

Tanpa menunggu jawaban dari Luhan, Sehun langsung menutup teleponnya. Entah mengapa dirinya tidak sanggup lagi menengar suara sang pujaan hati. Rasanya menyakitkan.

"Apa Jongin akan menyatakan cintanya pada Luhan besok?" gumam Sehun frustasi lalu menenggelamkan wajahnya di bantal.

XXX

Esoknya Sehun ternyata mengikuti Luhan dan Jongin ke sungai Han. Sehun tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi dilihat dari gelagatnya, sepertinya Jongin sedang meminta Luhan menjadi kekasihnya.

Luhan mengatakan sesuatu yang sangat panjang. Sungguh Sehun sangat penasaran. Andai saja Ia bisa membaca gerak bibir. Setelahnya, raut wajah Jongin seperti terkejut dan terdiam sebentar sebelum akhirnya…

.

GREB

.

Jongin memeluk Luhan. Apa ini? Apa artinya Luhan menerima Jongin jadi kekasihnya? Mata Sehun mulai memanas, dadanya turun naik dengan cepat, dan tangannya mengepal.

'Apa ini sudah berakhir untukku?'

XXX

Setelah kejadian di sungai Han tersebut, Sehun tidak masuk sekolah selama 3 hari membuat Luhan khawatir. Bahkan pesan Luhan tidak dibalas dan telepon pun tidak diangkat. Kabar Sehun sakit pun Ia dengar dari temannya, Jungkook yang kebetulan bertetangga dengan Sehun.

'Ada apa denganmu Sehun? Apa karena aku?' batin Luhan sambil menatap bangku sebelahnya yang kosong dengan sendu.

Dan rencananya Luhan akan menjenguk Sehun sepulang sekolah nanti. Tidak peduli reaksi Sehun nanti. Yang penting Luhan hanya ingin memastikan bahwa Sehun baik-baik saja.

XXX

TING TONG TING TONG

.

Luhan memencet bel rumah Sehun. Ia nebeng dengan jemputan Jungkook tadi. Karena Ia benar-benar ingin segera sampai di rumah Sehun dan melihat keadaannya.

.

CKLEK

.

Seorang yeoja setengah baya yang cantik membukakan pintunya untuk Luhan. Luhan menebak, ini pasti Eomma Sehun.

"Annyeonghaseo, ahjumma. Aku Luhan, teman sekolah Sehun."

Yeoja di depannya terlihat terkejut saat mendengar nama Luhan.

"Kau Luhan? Luhan teman sebangku Sehun?"

"Ne, ahjumma. Bagaimana Ahjumma bisa tahu?"

"Dia sering menceritakanmu padaku." Jawab Eomma Sehun sambil tersenyum.

"Benarkah? Hehehe" Luhan tersenyum canggung.

"Ayo masuk. Sehun ada di kamarnya. Dia pasti senang kau datang." Ujar Eomma Sehun yang sepertinya sangat senang Luhan datang.

Luhan pun mengekori Eomma Sehun menuju ke kamar Sehun yang berada di lantai 2.

"Masuklah. Nanti Eomma buatkan minum." Tutur Eomma Sehun dengan lembut dan terus tersenyum.

"Ne. Kamsahamnida Ahjumma."

"Eomma saja."

"Ne Eomma."

Eomma Sehun pun langsung turun ke lantai bawah meninggalkan Luhan yang berdiri dengan gamang di depan pintu kamar Sehun. Ia pun menghela napas berkali-kali. Sebelumnya Luhan tidak pernah segugup ini jika menjenguk temannya yang sakit. Tentu saja, karena Sehun berbeda. Luhan kini sudah yakin. Sehun bukan sekedar temannya.

.

TOK TOK TOK

.

"Masuk." Ujar suara khas yang dirindukan Luhan 3 hari ini.

.

CKLEK

.

Sehun yang sedang bermain game di handphonenya langsung mendongak kala mendengar pintunya dibuka oleh seseorang.

"Lu.. Luhan?" ujar Sehun yang kaget karena Luhan ada di rumahnya lebih tepatnya di kamarnya.

Luhan pun menghampiri Sehun yang sedang berbaring di ranjang. Ia pun menatap Sehun dengan khawatir.

"Gwenchana? Kau sakit apa, Hun? Mengapa tak balas pesanku? Teleponku juga tidak diangkat? Bahkan aku tahu dari orang lain kalau kau sakit. Kau ini kenapa? Kau marah padaku? Kau tahu tidak aku ini sangat khawatir padamu." Ungkap Luhan dengan satu napas dan sedikit bergetar kemudian menangis membuat Sehun tertegun.

Apa yang kau lakukan Sehun? Padahal sebelumnya Sehun sudah berjanji kalau Ia tidak akan menyakiti Luhan, sikapnya pada Luhan tidak akan berubah apapun yang terjadi, tapi baru saja Luhan menangis karenanya.

"Mi..Mianhe Luhan-ah. Uljima, aku tidak suka melihatnya." Balas Sehun lalu menarik Luhan ke pelukannya membuat Luhan terduduk di pangkuan Sehun.

Tiba-tiba Luhan terdiam saat Sehun memeluknya. Posisi seperti ini benar-benar membuatnya berdebar.

"Se..Sehun?" gugup Luhan lalu melepaskan pelukan Sehun dan menatap wajah Sehun yang tepat berada di depan wajahnya.

Sehun tersenyum lalu menghapus lembut sisa airmata Luhan di pipinya.

Entah hanya perasaan Luhan atau memang Sehun mendekatkan wajahnya. Napas Sehun menerpa kulit wajahnya. Jantungnya berdebar tak karuan. Sehun sepertinya akan…

.

CUP

.

Sehun menempelkan bibirnya dengan lembut ke bibir Luhan. Sehun hanya ingin menyampaikan bahwa Ia sangat mencintai Luhan. Sehun hanya ingin merasakan jantungnya berdebar sangat kencang dengan hanya bersentuhan dengan Luhan. Dan Sehun hanya ingin Luhan yang menjadi ciuman pertamanya.

Luhan sedikit tertegun. Ini memang bukan ciuman pertamanya. Ia sudah sering berciuman dengan banyak Yeoja. Namun ini ciuman pertamanya dengan seorang namja dan rasanya mendebarkan. Karena merasa sudah berpengalaman, Luhan menggerakan bibirnya duluan melumat bibir Sehun.

Sehun terkejut dengan reaksi Luhan. Namun Sehun ingin egois sekali saja. Untuk kali ini Sehun tidak peduli status Luhan kekasih Jongin atau bukan? Yang Sehun pikirkan hanya Luhan, Luhan dan Luhan. Masalah Jongin akan Sehun pikirkan nanti.

Setelah Lumayan lama berciuman bahkan bibir Luhan sudah membengkak, Sehun pun melepaskan ciumannya. Sehun pun menempelkan dahinya ke dahi Luhan dan menatap namja cantik di depannya dengan penuh pemujaan.

"Kenapa, Hun?" Tanya Luhan ingin memastikan hipotesisnya.

Sehun yang tidak mengerti pertanyaan Luhan mengerutkan dahinya yang masih menempel dengan dahi Luhan.

"Kenapa kau menciumku?" Tanya Luhan lagi.

"Tentu saja karena aku mencintaimu, Lu. Saranghae, Jeongmal Saranghae." Jawab Sehun dengan cepat dan yakin.

Luhan sudah mengira akan begini jadinya. Luhan pun menjauhkan sedikit wajahnya.

"Hun… Aku…"

"Tidak, Lu. Aku tidak mau mendengarnya. Shireo. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Itu saja."

Luhan tertawa melihat Sehun menutup telinga dengan kedua tangannya seperti anak kecil.

"Kenapa tertawa?" Tanya Sehun dengan sebal.

"Aigoo, Sehunnie sangat lucu." Balas Luhan sambil mencubit gemas kedua pipi Sehun membuat pipi Sehun memerah entah karena malu atau sakit.

"Padahal tadinya aku mau bilang kalau aku juga mencintaimu, Sehun."

"Apa?"

"Nado Saranghae, Oh Sehun."

Sehun terdiam antara tidak percaya dan akan pingsan.

"Jeongmalyeo?"

Luhan mengangguk dengan imut lalu mengecup kilat bibir Sehun. Sehun semakin membulatkan matanya karena kelakuan Luhan.

"Ta..Tapi bagaimana dengan Jongin? Bukankah kau dengannya?"

Luhan tersenyum penuh misteri.

"Mana mungkin aku jadi kekasih Jongin?"

XXX

.

Ini FF Twoshoot, jadi kemungkinan FF ini akan tamat di Chap depan. Tapi kalau gaada yang minat juga gapapa -_-

FF yang saya upload kemaren juga sebenarnya belom end kok, coba liat aja itu kalimat Endnya pake tanda Tanya wkwkwk

.

MIND TO REVIEW?