Disclaimer: Eyeshield 21 by Riichiro Inagaki &Yusuke Murata
Pair : HiruMamo XDD
Warning : OOC, typo(s), gaje, gak jelas dan lain-lain XDD *harap maklum/dooor*
A/N : FanFic ini merupakan sekuel dari FanFic saya sebelumnya XD, pada awalnya saya sangat ragu untuk membuat sekuel ini, tetapi saya penasarn mau coba #doooor# terimakasih pula untuk yang sudah me-review FanFic singkat itu _ Hontou ni arigatou minna (_ _)
Very bad FanFic for this fandom #plakkk# I hope you're enjoy minna~I need review, if you want, review please hehehhe sankyu XD lagi-lagi untuk judulnya abaikan saja =DDD
.
.
.
~Today ~
.
.
.
Disini musim dingin belum berakhir dan akhir pekan kembali datang menutup hari-hari singkat yang begitu melelahkan. Hari ini berbeda dengan kemarin dan kemarin pasti sangatlah berbeda dengan hari ini. Tetapi jika kau bertanya tentang perasaanku, tentu saja perasaanku ini tak akan berubah hingga hari-hari itu terlewati. Disini, di tempat ini aku dan dirimu pasti akan melewati hari-hari itu bersama sambil menanti indahnya musim semi yang akan datang setelah musim dingin ini berakhir.
Pukul 07.00 pm
Disini aku menanti dirimu yang ku yakin pasti akan segera muncul dihadapanku. Disini dingin, tetapi jika aku mengingatmu pastilah rasa dingin itu berganti menjadi hangat yang memeluk. Disini aku terus menatap lurus ke jalan itu berharap dirimu yang terpantulkan cahaya lampu akan segera datang menghampiriku disini. Aku yakin kau pasti akan datang karena aku selalu percaya padamu seperti saat aku mempercayakan cintaku ini padamu.
Pukul 07.10 pm
Saat itu salju kembali menanpakkan dirinya, bersamaan dengan salju itu kau muncul dihadapanmu dengan jaket hitam pekat yang bertengger indah ditubuhmu. Saat itu aku tersenyum menyambut salju serta tersenyum saat menatap sosokmu yang kian lama semakin mendekat padaku. Dekat, semakin dekat dan kini kau tengah berada tepat dihadapanku. Kau tersenyum, bahkan sesekali menyeringai seperti biasa saat kau menatap wajahku yang memerah karena sedikit sentuhan lembut dari jari-jarimu yang lentik itu.
"Apa kau sudah lama menunggu budak setiaku?" Dirinya meyeringai seperti biasa tetapi seringaian itu membuatku tersenyum dihadapannya.
"Aku sudah menunggu sejam loh disini." Dan saat itu aku tersenyum simpul padanya.
"Tch, uso."
"Hehehe, tidak kok aku baru menunggumu kurang lebih sepuluh menit di tempat ini." Aku kembali tersenyum padanya dan saat itu pula dirinya mengusap puncak kepalaku dengan lembut serta hangat.
"Maaf ya telah membuatmu menunggu disini." Kemudain setelah kata-kata itu terlontar kami kembali bergandengan tangan menyusuri gemerlap malam penuh salju.
Sepanjang perjalanan kami selalu bergandengan tangan seperti ini. Rasa dingin dari salju yang turun sama sekali tak terasa jika dirinya berada disampingku. Malam yang gelap seolah begitu bercahaya saat kita berjalan beriringan seperti ini. Aku senang, teramat senang bahkan aku tak dapat mengutarakannya dalam sebuah kata-kata singkat dihadapanmu. Saat ini aku hanya dapat menggenggam tangan hangatmu, berharap selamanya kau akan terus menjadi bagian dari kisah hidupku.
Pukul 08.15 pm
Malam tak terasa semakin larut, hawa dingin yang menemani putihnya salju semakin membuat diriku tak ingin terpisah darinya. Aku selalu ingin bersamanya, di tempat ini ataupun di tempat-tempat indah lainnya karena dimanapun kurasa sangat indah jika dirimu yang menemani langkahku ini. Malam ini bukanlah pertama kalinya kau berjalan beriringan deganku, tetapi malam ini adalah malam pertama dimana dirimu menggenggam tanganku hangat. Kau, dirimu yang seperti itu tak kusangka dapat memeluk hangat hatiku ini.
"Apa yang kau fikirkan?" Tiba-tiba saja dirimu bertanya demikian saat aku tengah menatap salju putih yang terus turun menemani langkah kita.
"Memikirkan apa?" Bukannya menjawab aku malah berbalik menanyainya.
"Tch, kau ini selalu saja begitu."
"Eh? Apanya?" Aku menatapnya, menatap mata emerald-nya yang indah.
"Lupakan saja, anggap saja aku tak berbicara apapun tadi." Mata emerald-nya kembali memalingkan pandangannya dari mataku.
"Nee, mana bisa begitu!"
Kesal, terkadang dengan mudahnya dirinya membuatku kesal seperti ini. Tetapi saat itu dirinya sama sekali tak menghiraukanku karena sibuk menatap gemerlap lampu yang ada di taman iitu. Saat itu pula sesekali aku menatap wajahnya dari samping dan ternyata aku baru menyadarinya bahwa dirinya sangat tampan jika kulihat dari jarak sedekat ini, walaupun terkadang dirinya sangat menyebalkan sih. Aku terus melakukannya, berulang kali menatap wajah tampannya itu tanpa dirinya ketahui tentunya.
"Kekekeke, kenapa? Aku tampan ya?"
Singgggg— tiba-tiba saja suara itu kembali terdengar dan dengan segera aku memalingkan wajahku yang sepertinya sangatlah memerah karena malu. Mungkinkah dirinya sadar jika aku tengah menatap wajahnya itu?
"Tentu saja aku sadar sejak tadi kau memperhatikanku seperti itu." Dirinya menyeringai indah, membuatku tak berani menatapnya saat itu.
"Ukh," Gumamku lirih tetapi tetap saja dirinya pasti mendengar suaraku itu.
"Sudahlah akui saja aku memang tampan kan? Kekeke." Lagi-lagi dirinya tertawa seperti itu dan terlebih lagi kali ini dirinya telah menghentikan langkahnya tepat di taman yang sejak tadi menarik perhatiannya.
"Kenapa berhenti disini?" Meskipun tak menatapnya aku mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada sosok itu.
"Kekekeke memangnya kenapa? Apa kau tak suka? Dan kenapa kau bertanya tanpa menatapku heh?"
"Ukh, sudahlah anggap saja aku tak berbicara apapun tadi." Aku kembali melangkah memasuki taman yang indah itu dan meninggalkannya di belakangku.
"Tch, itu kan perkataanku."
.
.
.
Saat ini kami tengah memasuki taman itu dan benar saja taman yang indah itu sangatlah ramai dipenuhi para pengunjung yang sepertinya terdiri dari berbagai macam kalangan. Sejenak kulihat dirinya yang berjalan di belakangku, dirinya yang masih sibuk menguyah permen karet less sugarnya kini tengah memperhatikan keramaian yang begitu terasa di tempat ini. Akupun sama seperti dirinya, disini aku tengah menatap keramaian itu serta sesekali menatap dirinya yang berjalan di belakangku.
"Hei, kuso mane apa kau mau meninggalkanku hah?" Dirinya yang berada dibelakangku sedikit berteriak kesal saat itu dan tentu saja saat itu dirinya mempercepat langkahnya agar kembali sejajar dengan langkahku..
"Hehehe gomen, habisnya sejak tadi kau terus meledekku seperti itu aku kan jadi tidak tenang berjalan disampingmu."
"Tch, baka."
.
.
.
Akhirnya kami kembali berjalan beriringan dan beberapa saat setelahnya dirinya kembali meraih telapak tanganku serta menggenggamnya hangat. Akupun tersenyum saat itu, kembali tersenyum saat menatap mata emerald-nya yang indah terpantulkan cahaya lampu di tempat ini. Disisi lain aku melihat raut wajahnya yang sedikit berubah, ya saat itu aku melihatnya tersenyum hangat padaku dan saat itu aku benar-benar senang karena dapat melihat senyuman langkanya itu.
"Nee, kuso mane ikut aku." Dengan sedikit pemaksaan dirinya menarik diriku ke suatu tempat yang tak ku ketahui.
"Eh? Kita mau kemana?" Tanyaku saat dirinya mempercepat langkah kakinya.
"Sudahlah ikut saja." Dengan nada memerintahnya ia berkata demikian dan anehnya aku sama sekali tak berkomentar setelah itu.
Tak lama kemudian kami telah sampai di suatu tempat, sebuah tempat yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Tempat ini sangatlah indah, seolah ini adalah tempat tersembunyi dimana hanya dirinya serta diriku yang mengetahuinya. Sejenak aku menatapnya dan dirinya juga menatapku dengan tatapan hangat itu. Hangat, entah mengapa aku menyukai tatapannya itu.
"Apa kau suka tempat ini?" Dirinya masih menatapku dan kali ini jarak diantara kami telah dipersempit oleh dirinya.
"Umm, aku sangat suka tempat ini." Aku menjawab sejujurnya dan kusadari saat ini wajahku kembali memerah dibuatnya.
Hug!
Sesaat setelah itu tanpa sadar aku telah jatuh ke dalam pelukan hangatnya. Saat itu berlangsung begitu cepat dan entah mengapa aku sama sekali tak keberatan jika tubuhku ditarik paksa oleh dirinya. Disini, di tempat ini aku dapat menghirup aroma maskulin yang kurasakan saat tengah memeluknya. Menenangkan, aku suka aroma itu, aku suka kehangatn ini dan tentu saja aku selalu menyukai dirimu yang kini tengah memelukku hangat.
"Aku mencitaimu Mamori."
Dirinya bergumam lirih disela-sela pelukan itu. Saat itu pula aku sedikit terkejut karena dirinya dengan tak biasa memanggil nama kecilku dan kali ini tidak dengan nada mengejek seperti biasa. Sungguh aku tak berani melihat wajahku saat ini karena kusadari pastilah wajahku ini tengah memerah hanya karena dirinya memanggil nama kecilku. Tetapi biarlah, biarlah aku tetap seperti ini, disini merasakan kehangatanmu.
"Aku juga sangat menyukaimu Hiruma, daisuki." Aku masih dalam pelukannya saat mengatakan kata-kata itu.
"Hontou ni daisuki Mamori."
Dan malam ini berakhir, berakhir dengan sebuah ciuman hangat saat dirinya perlahan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Ketika itu aku sama sekali tak menolak ciuman hangat darinya, lembut seolah dirinya menciumku dengan penuh rasa cinta. Ya, akupun mencintainya, amat mencintainya seperti aku mencintai diriku ini. Dan di tempat ini, saat waktu tak berhenti berputar malam pun semakin larut. Kencan singkat kita telah berakhir, berakhir dengan kehangatan yang selalu kau berikan padaku.
'Aku mencintamu.'
Saat itu pula aku kembali teringat kejadian di hari itu. Hari yang indah, saat-saat dimana kau dan aku sama-sama mengetahui perasaan ini.
.
.
.
Keep or Delete?
.
.
.
Arigatou ^_^ heheh *gaje*
