Rating: T
Desclaimer: Kurobasu hanya milik Tadatoshi-sensei, bukan milik Author
Warnigs: Shonen-Ai, typos, dll
Like? review
Title: Confession
Enjoy yourself
Malam di musim dingin ini tidak tidak terlalu buruk untuk pemikiran seorang Akashi Seijurou. Dia sedang menunggu di sebuah taman sambil menyandarkan diri dibawah pohon yang besar. Di sampingnya banyak warna-warni lampu dari pusat kota. Dengan coat hitam musim dingin dengan memakai celana hitam dan sepatu hitam pula. Saat ini dia sedang menunggu seseorang yang begitu spesial dimatanya. Dia tersenyum saat melihat sosok yang ditunggunya berlari kearahnya.
"Haah...hah..Akashi-kun, maaf aku terlambat..haah." Pemuda surai biru langit mencoba mengatur nafasnya setiba di depan Akashi.
"Hari ini aku maafkan, tetapi lain waktu tidak akan, Tetsuya." jawabnya. Kuroko hanya mengangguk pelan mengerti.
Akhirnya mereka berdua berjalan-jalan kesetiap sudut kota, belum ada dari mereka yang mau buka perbincangan, Akashi melirik ke sampingnya, melihat wajah Kuroko berwajah datar seperti biasanya. Malam ini dia berencana untuk mengajaknya kencan namun mungkin Kuroko tidak menganggap ini sebuah kencan melainkan hanya pertemuan teman lama saja.
"Tetsuya, mau makan di sana?" tawar Akashi menunjuk kedai Udon.
"Boleh, Akashi-kun." jawab Kuroko tersenyum.
Mereka berjalan mendekati kedai tersebut dan mereka berdua masuk ke dalam menempati meja yang kosong. Posisi mereka berhadap-hadapan, Akashi bisa memperhatikan sosok Kuroko didepannya. Merasa diperhatikan Kurokopun ikut menatap datar Akashi. Mereka saling bertatapan sampai akhirnya Kuroko menyerah, akan ada sesuatu yang bahaya kalau berani menatap lama mantan kapten tim basketnya saat SMP . Dia melirik kearah bawah dan memainkan tangan, Kuroko tidak tahu ingin berbicara apa dengan mantan kaptennya. Walaupun Akashi sudah tidak lagi menjadi kaptennya tapi dia tetap menghormatinya.
"Irasaimasse! Boleh saya catat pesanan Anda?" tanya seorang pelayan kedai Udon.
Akashi dan Kuroko melihatnya dan mulai memesan makanan, dalam diri Akashi dia juga belum pernah memakan makanan pinggiran seperti ini. Dia biasanya akan pergi kerestoran yang berbintang, namun ini demi Kuroko. Dia orang yang tidak terlalu suka dengan menghamburkan uang, Akashi saat ini bersyukur bisa berduaan dengan Kuroko. Dia awalnya agak ragu untuk mengajaknya keluar, tapi akhirnya dirinya sangat senang saat Kuroko menerima ajakannya. Dan malam ini juga, dia berniat mengungkapkan perasaannya pada surai langit didepannya itu.
"Tetsuya, bagaimana perasaanmu di klub basket Seirin?" tanya Akashi membuka suasana yang canggung ini.
Kuroko menatapnya dan berhenti memainkan jari-jari tangannya yang ada di bawah meja, Akashi tahu kalau daritadi Kuroko bingung untuk berbicara sesuatu, makanya dia mencoba membukanya.
"Umm..aku senang disana, Akashi-kun. Kagami-kun dan yang lainnya sangat mencintai basket."kata Kuroko senang.
Akashi tahu kalau Kuroko akan senang dengan klub barunya itu, tapi dia tidak senang kalau Kuroko begitu senangnya dibandingkan dengan klub lamanya saat di Teiko.
"Tapi, aku tidak akan lupa kesenangan saat di klub kita dulu, Akashi-kun. Saat itu, kita selalu memenangkan beberapa kejuaraan dan kita merayakannya bersama. Hal itu tidak bisa kulupakan dengan mudah." lanjut Kuroko tersenyum manis didepannya.
Akashi mendengarnya langsung menyeringai menakutkan, jika dia sudah mendapatkan Kuroko-nya dia akan membuatnya melihat hanya Akashi dimatanya selamanya. Dia tidak mau surai biru langit itu dekat dengan siapapun kecuali dirinya seorang. Apalagi saat ini mereka bersekolah di tempat yang terpisah jauh, tapi hal itu tidak menjadi masalah bagi Akashi. Dia bisa melakukan apapun sesukanya layaknya dia seorang Raja yang berkuasa. Akashi akan terus membuat Kuroko menjadi miliknya, mau tidak mau harus Akashi lakukan. Tapi, dia juga tidak bisa memaksa perasaan Kuroko sendiri. Dia membenci membuat Kuroko sedih apalagi membuatnya menangis. Akashi akan menjadi pria yang gentleman, dia tidak mau menyakiti Kuroko nantinya.
Sesaat beberapa lama kemudian mereka telah selesai makan malam dan beranjak keluar dari kedai. Saat ini, pasangan surai Merah dan biru berjalan beriringan di pinggir-pinggir laut. Akashi mencoba mengambil tangan Kuroko dan mengajaknya ke suatu tempat. Pemuda biru hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh pemuda merah di depannya. Mereka berdua telah sampai di sebuah puncak dan disitu ada kuil, disana juga dapat melihat pemandangan pernak-pernik cahaya dari atas. Kuroko melihatnya sangat terpukau, matanya tidak lepas dari pemandangan tersebut. Akashi hanya bisa tersenyum menatap sosok surai biru muda di depannya, sekarang mereka hanya berdua dan suasana begitu sepi. Terlihat nafas-nafas mereka mengeluarkan uap dingin. Akashi menelan ludah, momen ini tidak boleh di sia-siakan. Akashi mendekatkan jaraknya dengan Kuroko, pemuda surai biru merasa kalau Akashi mendekat dia segera menoleh ke pemuda merah itu. Dimatanya terlihat kalau dia ingin mengatakan sesuatu, Kuroko diam dan mencoba mendengarkan apa yang ingin di katakan mantan kaptennya itu.
"Tetsuya, aku tidak suka dengan basa-basi. Dan aku hanya bilang ini sekali. Jadi, dengarkan dengan baik." kata Akashi dengan nada memerintah.
Kuroko masih dengan tatapan datarnya melihat pemuda merah didepannya, dia juga tidak tahu apa yang mau dikatakan orang yang di depannya ini. Angin dingin mengusap kulit dan rambut mereka, Kuroko mengangkat syal hangatnya menutup mulutnya. Dia sudah kedinginan, tapi dia tidak mau mengecewakan sang Emperor.
Akashi mengambil kedua tangan Kuroko dan menggenggamnya dengan erat, dia tidak mau Kuroko pergi atau kemana, dia harus tahu perasaannya terlebih dahulu. Mata heterokromatik miliknya menatap tajam ke arah manik biru milik Kuroko. Uap dingin saling beradu dari mulut mereka.
"Aku mencintaimu, Tetsuya. Aku ingin kau menjadi milikku. Jangan pernah lari dariku, karena kemanapun kau lari aku masih bisa mengejarmu. Dan juga bila kau menghindar dariku aku dengan senangnya makin mengejarmu dan mendapatkanmu." ungkap Akashi sambil menyeringai kejam. Tapi dia tidak bohong dengan perasaannya, Akashi bisa melihat ekspresi terkejut dari Kuroko. Mungkin dia tidak menyangka kalau sang Emperor bisa jatuh cinta padanya.
Kuroko menunduk dan menatap tanah, dia tidak tahu harus mengatakan apa. kedua tangannya masih tergenggam oleh tangan Akashi. Saat ini, perasaanya masih belum sama dengan perasaan yang Akashi punya.
"Gomen Akashi-kun, tapi aku tidak tahu perasaanku kepada Akashi-kun. Aku hanya merasa kau itu teman yang baik dan selalu peduli. Itu saja Akashi-kun." jawab Kuroko datar.
Pemuda merah tidak melepaskan pandangannya dari sosok biru, dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia akan membuat Kuroko juga mencintainya! Harus! Dia seorang Akashi, tidak ada yang mustahil di hidupnya.
"Aku hanya peduli padamu saja, Tetsuya."kata Akashi dingin.
Kuroko bingung mau menjawab pernyataan itu, dia tidak bisa mengelak perasaan mantan kaptennya. Dia hanya bingung dan tidak tahu harus melakukan apa. Akashi begitu baik dan bertanggung jawab, dia orang yang tidak mengenal kalah. Kuroko tidak percaya kalau Akashi akan menyatakan peraasaan itu padanya.
"Aku tidak akan memaksamu, tetapi ada yang ingin aku lakukan padamu, Tetsuya."
Kuroko mengangkat wajahnya dan melihat wajah Akashi yang sudah menyeringai, dia juga sedikit takut. Tapi dia harus bisa memendam rasa takut itu, dia yakin Akashi tidak akan melakukan hal yang mengerikan.
"Melakukan apa, Akashi-kun?"tanyanya.
Senyumannya semakin melebar, Kuroko masih saja terlihat datar. Tapi Akashi tidak peduli, mungkin di dalam dirinya dia sangat ketakutan.
"Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, Tetsuya. Kau tahu aku bisa melakukannya. Dan kau tidak bisa mengelaknya, kau harus terima itu. Disaat aku sedang berusaha membuatmu jatuh cinta, aku melarangmu untuk dekat dengan siapapun. Sebab kau adalah milikku." terang Akashi menarik tangannya dan mendekatkan wajah mereka.
"Eh? Akashi-kun?" manik biru beradu dengan manik heterokromatik milik Akashi.
Dalam benak Akashi ingin sekali memiliki bibir Kuroko saat ini, tapi dia harus bersabar dan menahan nafsu buasnya itu. Dia tidak boleh menodai kepolosan pemuda biru ini, yang dia harus lakukan adalah menunggu saat itu tiba.
Akashi melepaskan tangan Kuroko dan mengusap pinggir kepala Kuroko dengan lembut dan tersenyum.
"Ne, Tetsuya apa kau keberatan?"tanya Akashi lembut.
Kuroko baru pertama kalinya melihat rasa perhatian Akashi terhadapnya seperti ini, ingin sekali menjawab kalau dia tidak keberatan tapi kata-kata itu tidak keluar dan akhirnya dia hanya mengangguk pelan. Dan dalam pikirannya yang masih sadar kenapa dia menerimanya, atau dengan kata lain dia juga menginginkan jatuh cinta dengan Akashi. Kuroko malam ini benar-benar senang bercampur bingung. Dia menjadi gelagapan kalau dekat denga sang Emperor, pemuda merah hanya diam melihat ekspresi yang kebingungan milik Kuroko dan dia juga bercampur dengan bahagia.
"Ayo, sebaiknya kita pulang."ajak Akashi menarik lagi tangan kanan Kuroko.
Tangannya menggenggam tangan Kuroko. Tanpa sadar Kurokopun membalas genggamannya, entah itu membuatnya terasa hangat.
"Ano..Akashi-kun, aku akan mengantarmu ke stasiun." ucap Kuroko dengan sopan.
"Hmm, tidak perlu. Aku akan dijemput nanti."jawab Akashi senang mengenggam tangan Kuroko dan berjalan berdampingan.
Mereka berdua telah berdiri di depan taman bermain, yang tertumpuk dengan salju. Tangan mereka sudah terlepas dan mereka berdua saling berhadap-hadapan. Kuroko melepas syalnya dan melilitkannya di leher Akashi. Pemuda merah terkejut dengan perlakuan pemuda biru ini, tapi dia senang bukan main. Dirasanya kehangatan dan aroma khas milik Kuroko di syal tersebut.
"Jaa~ Akashi-kun. Sampai ketemu lagi."ucap Kuroko beranjak berlari kearah rumahnya.
Akashi melihat kepergian Kuroko yang sudah berlari jauh, masih disentuhnya syal Kuroko yang hangat itu. Benda berharga yang tidak mau dia lepas, bisa dia lihat sebelum kepergian Kuroko, semu merah yang terlukis di pipinya yang putih. Dia tersenyum mengingat itu semua, kenangan untuk malam ini adalah sesuatu yang sangat spesial dibanding malam lainnya. Dia harus menyusun rencana untuk di lain hari untuk Kuroko selanjutnya, dia harus mendapatkan hatinya secepat mungkin.
"Akashi-sama."ucap sopirnya yang sudah mengisyaratkan Akashi untuk masuk ke dalam.
Dia duduk sambil melihat keluar jendela, pernak-pernik lampu di kota Tokyo sangat sesuai dengan pernak-pernik dihatinya. Syal yang tadinya berada di lehernya sekarang ada digenggam erat, seringaian muncul di mulutnya.
"Kau akan menjadi milikku sebentar lagi, Tetsuya." bisiknya.
Dia akan membuat Kuroko jatuh ketangannya, tidak ada yang tidak bisa Akashi lakukan. Dia mengingat kembali wajah Kuroko yang saat itu sedang melihat pemandangan malam dari atas. Dan memandang dekat wajah polosnya dari kedekatan, senyumnya yang menenangkan. Mendapatkan mungkin akan sangat mudah, dia cukup mempersiapkan sesuatu dan juga harus berurusan dengan sekolahnya dulu. Dia juga tidak mau rencananya ada sedikit pengganggu.
.
.
.
TBC
A/N: ini adalah debut pertama Author mengambil cerita Kurobasu. ^^
Gomen, kalau ceritanya masih gaje... m(_ _)m
Thank you for reading!
