"Hai, Namaku Uzumaki Naruto."
"Umurku? 27 tahun, ne!"
"Aku bekerja. Hanya bisnis keluarga yang dijalankan ayah, lalu di lanjutkan oleh kakakku. Aku hanya membantu, anggap saja begitu. Hahaha!"
"Err... Aku masih single. Ja-jangan menatapku seperti itu, aku tidak bohong."
"Apa? Cinta pertama? Te-tentu saja aku pernah mengalaminya, ttebayo~!"
"Kenapa kalian bertanya begitu? Jangan paksa aku bercerita, oke?!"
"Tidak."
"Ayolah~, jangan melihatku seperti itu. Aku sudah lupa bagaimana ceritanya, sungguh!"
"Aku tidak bohong. sudahlah, aku tidak mau ditanya lagi."
"Hei! Hei! Nanti aku bisa dimarahi."
"Baiklah~, duduk saja biar aku ingat-ingat dulu. Aku bercerita di mulai dari mana dulu, ya~?!"
"Baiklah, dengar baik-baik saat aku bercerita, ya~?!"
"Aku mulai~!"
Naruto Belongs to Masashi Kishimoto
by: Amach cuka'tomat-jeruk
Spesial for: Dhiya-chan
SasuNaru fanfic
DON'T LIKE DON'T READ
Enjoy~
Naruto Stories.
"HEI, TUNGGU AKU. STOP! STOP! TUNGGU AKU!"
Sebuah bis sekolah yang biasa menjemput murid-murid untuk bersekolah, terpaksa harus tertahan beberapa menit yang menuai ocehan para murid karena takut terlambat.
"Hah~, Terima kasih~! Hah, hah..!" Seorang pemuda terengah-engah setelah berlari selama sepuluh menit mengejar bus yang biasa menjemput Ia untuk kesekolah. Ia yang terbiasa telat hanya bisa mengatur nafas saat sudah berdiri di dalam bus yang telah berjalan kembali secara perlahan.
"Kau ini hanya menyusahkan saja, Naruto. Awas saja kalau sampai kami semua terlambat. Habis kau!" Seorang gadis berambut merah jambu yang berada di barisan kursi sebelah kanan berseru dengan bunyi gemeretak tangan yang mampu membuat sang pemuda bernama Naruto menelan ludah dengan tubuh gemetar, tidak ingin lagi merasakan bogeman si gadis pink yang sudah terkenal mampu meretakan tembok cina. oke, yang itu bohong.
"Iya, setiap hari kau selalu saja telat. Memang kau pikir kau begitu penting sampai membuat kami selalu menunggu." Gelak tawa, dan sorakan menggema saat seorang pemuda dengan tato segitiga di pipinya berseru.
Naruto, pemuda yang sedari tadi di bully karena keterlambatannya-yang-sudah-sangat-biasa itu pun hanya tersenyum paksa dengan perasaan bersalah. "Maaf, ya, teman-teman?! Jam alarm di rumahku tidak berpungsi dengan benar." Sorakan lagi-lagi menggema ketika si pirang melempar cengiran tak berdosa pada para penumpang.
"Sudah anak-anak! Sebaiknya kau cari tempat duduk untukmu Naruto." Seorang guru bermasker yang sedari tadi hanya membaca bukunya di sebelah sopir pun menengahi. Jika tidak murid-muridnya hanya akan ribut, dan ia akan terganggu untuk membaca buku bersampul orange tersebut.
Sang pemuda pirang itu pun berjalan menuju kursi kosong di dalam bus. Saat ia menemukan kursi kosong yang berada paling belakang, matanya melirik pada sosok pemuda raven yang tengah tertidur di sudut paling ujung bus dengan buku menutup wajahnya.
wajah berkulit tannya tiba-tiba merona. Ia menggelengkan kepalanya, merasa malu dengan debaran jantungnya yang berdetak cepat. Apa-apaan jantungnya ini. Pasti karena banyak berlari tadi. pikirnya mencoba mengusir perasaan tidak normal yang tadi di alaminya.
Naruto lebih memilih melihat kearah jalan dengan membuka jendela di sebelahnya, rambut pirangnya berkibar tertiup angin pagi yang segar. Si pirang tidak menyadari jika sosok raven yang sempat diliriknya telah membuka mata, dan menatapnya tak berkedip hingga bus tiba di parkiran sekolah.
Jam istirahat berdering, semua murid dengan background taburan berhamburan berhamburan segera menuju tempat yang dapat mengganjal perut mereka, setelah otak terasa beku akibat mata pelajaran.
Si pirang dengan leluasa duduk di bawah pohon, dan sekotak bekal yang tadi di selipkan Sang ibunda kedalam tas miliknya. Ia hampir memikirkan Ramen jika saja dirinya tidak membuka tas lalu mendapati sekotak bekal yang bila tidak ia makan, maka ia tinggal nama setelahnya. Benar-benar pemikiran hyperbolis. Tapi tentu itu akibat nyata yang akan di dapatnya. Oke, jangan bahas kotak bekalnya.
Naruto mau tak mau puasa Ramen untuk jam istirahatnya, dan ia berniat membelinya setelah pulang sekolah. /Doeng
Sedang asyik melahap Udon, manik biru langitnya melihat kearah dimana sedang begitu banyak gadis bergerumun. Apa ada pembagian beras gratis? Eh, emang pembagian sembako. Ini sekolah. Kepala pirang itu sepertinya perlu di benarkan lagi soal berpikir.
Tak ingin ambil pusing ia kembali menikmati bekal di hadapannya. Tapi, kok, suara ribut dari kerumunan itu makin nyaring? Naruto segera mengangkat wajahnya, bola matanya melebar ketika puluhan gadis datang menghampirinya. Atau lebih jelasnya ia sedang di datangi seotang pemuda raven dengan di iringi puluhan gadis yang terlihat menguarkan sejuta cinta pada Si raven. Lalu glare untuknya. Apa-apaan mereka. Mau membantainya gitu? Naruto sudah siap kabur jika pembantaian itu terjadi.
Jika Sang Uzumaki kelimpungan ketika merasa bahaya di depan mata. Sang pemuda dengan iris onyx tersebut, justru melenggang dengan santai. Berbekal wajah datar sedari lahir pemuda Uchiha itu duduk di samping si pirang yang melongo dengan tingkah si pantat ayam yang seenaknya.
Sret.
Dalam sekejab, kotak bekal Naruto yang isinya tinggal setengah, berada di tangan pemuda Uchiha tersebut. Ia adalah pemuda yang selalu jadi terpopuler dimana pun dirinya berada. Tanpa peduli pada apapun, ia memasukan tempura buatan ibu si blonde kedalam mulutnya. Seluruh siswi yang menyaksikan menganga dengan kotak bekal yang berhamburan milik mereka. Sedang putra bungsu dari Namikaze Minato tersebut hanya speechless dengan reaksi orang-orang di depannya.
Mereka pikir aku mau membagi bekalku, ketika aku sendiri masih lapar. Si Teme ini saja yang kurang ajar memakan bentoku tanpa permisi atau meminta. Grrr... Sial!
Belum sempat si pirang mengucapkan kata-kata yang ada di otaknya. Teriakan seluruh siswi mengurungkan niat sucinya untuk menyumpahi sang Uchiha. Seluruh siswi dengan teriakan hyperbolisnya menujuk-nunjuk Naruto, memyalahkam si pirang atas tindakan pemuda Uchiha yang lebih memilih memakan bento miliknya. Bahkan hanya tinggal setengah.
"NARUTO.. KENAPA KAU SELALU SAJA MEMBUAT KAMI KESAL? KEMBALIKAN SASUKE-KUN PADA KAMI, BODOH!" Teriakan gadis bersurai pink yang paling nyaring dari yang lain membuat para gaeis itu semakin gencar ingin menguliti si pirang karena setuju dengan ketua mereka dalam menjadi fanatiknya sang Uchiha.
Naruto yang tidak tau apa-apa akhirnya hanya menghela nafas lelah. Maunya apa coba? Ambil aja itu si Uchiha Sasuke yang membuat ia kehilangan selera makan meski lapar. Memang apa bagusnya si Sasuke ini. Si pirang melirik sinis Sasuke yang masih mengunyah makanan miliknya. Mata mereka bertemu sekejap, Naruto lekas melihat kearah depan dengan rona di pipinya. Delikan sekilas itu saja lagi-lagi membuat jantungnya berdebar. Memalukan jika si pantat ayam sampai melihat rona di pipi tannya. Ia mengutuk dirinya yang bersikap layaknya gadis-gadis labil di depan sana.
'benar-benar Teme Uchiha yang menyebalkan'
Haah~… maunya Sasuke apa sih? jangan-jangan dia…
~~~~~~~~~~~ Tomat-Jeruk ~~~~~~~~~~~~
Naruto berjalan di koridor sekolah yang sepi, sudah dari sekitar satu jam yang lalu sekolah usai dan ia tertidur tanpa ada yang membangunkannya. Bahkan sahabatnya yang pecinta anjing itu pun dengan jahatnya meninggalkan ia yang paranoid itu pun bergegas menyambar tas ketika membuka mata, lalu ia dengan tergesa berjalan sambil merutuk semua teman sekelasnya.
Ia begitu sial hari ini setelah tadi hampir jadi korban sembelih para siswi. Sedang biang dari deritanya dwngan tidak tau diri mengucap terima kasih lalu melenggang pergi.
ITU ORANG MAUNYA APA SIH?!
Naruto prustasi dengan keadaannya untuk hari ini.
Tiba-tiba, langkah sang Namikaze terhenti. Pendengarannya menangkap percakapan dua orang yang ia kenal salah satunya. Tanpa di sengaja olehnya ia diam ditempatnya berdiri yang berada di ujung belokan terakhir menuju tangga.
"Tapi Sasuke-kun. Aku adalah tunanganmu! Dan itu adalah mutlak."
suara gadis itu terdengar mengancam. Naruto bahkan membeku tanpa sebab.
"Hn, aku tidak peduli. Pergilah Karin, kau dan teman-temanmu itu mengganggu. Dan ingatlah jika aku selamanya tidak sudi bertunangan denganmu apa lagi kelak menikah."
Naruto yakin jika sekarang gadis berambut merah terswbut meneteskan airmata. Dan ia tetap pada posisinya- menguping.
"Dan kau?! sebaiknya jangan suka menguping, ne!" Tanpa disangka Sasuke telah berada di hadapannya dalam sekejap. Naruto mangap-mangap dalam keterkejutannya. Ia ingin protes saat tangannya ditarik paksa oleh pemuda raven di depannya, namun yang keluar hanya gumaman tak jelas karena begitu susahnya ia untuk bersuara.
TBC.
RnR plish..
