Standar disclaimer: applied
.
.
.
Hyuuga Hinata, gadis sulung dari keluarga Hyuuga yang terhormat itu tampak memasuki sebuah toko musik dan VCD yang cukup besar yang terletak di salah satu jalan besar kota Tokyo. Didorongnya pelan pintu yang ada di hadapannya, lalu matanya berputar mengelilingi seluruh sudut toko tersebut.
Bukan tanpa alasan ia berada di sini sekarang sampai harus rela untuk pulang terlambat hari ini. Sejak kemarin malam, adik perempuannya satu-satunya, Hanabi, memohon –jika tidak ingin dikatakan merengek- meminta kepada Hinata untuk mencarikannya VCD drama Jepang yang berjudul 'Kiss, Kiss, Kiss!' Hanabi sangat tertarik dengan drama itu setelah melihat cuplikan dramanya di salah satu situs internet. Lalu, kenapa Hanabi tidak mencari sendiri saja? Salahkan sifatnya yang tidak sabaran itu. Karena ia harus pergi berkemah mulai hari ini hingga besok, sang kakaklah yang akhirnya terkena imbasnya. Dan tentu saja, Hinata tidak akan bisa menolak keinginan adiknya itu.
Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul empat sore. Sudah lima belas menit ia mengelilingi toko ini, tapi ia belum juga menemukan apa yang dicarinya. Gadis itu mulai gelisah. Ia takut ayahnya akan marah jika ia pulang terlalu lama. Mendadak pandangan matanya tertuju pada meja kasir yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Mungkin lebih baik ia bertanya pada pelayan di meja kasir itu, agar ia dapat lebih cepat mendapat VCD yang dicarinya.
Dilangkahkan kakinya menuju meja kasir itu. Dilihatnya seorang pemuda berambut pirang yang sepertinya adalah petugas kasir tersebut sedang membereskan beberapa kaset dengan posisi membelakanginya. Entah mengapa, Hinata merasa sangat familiar dengan rambut pirang yang jabrik itu, namun ia mencoba menghiraukannya dan memberanikan diri untuk bertanya.
"A-Ano… Maaf…"
Sang pemuda yang merasa dipanggil membalikkan tubuhnya. Dan saat itu pula, Hinata merasakan wajahnya memanas hingga rona merah menguasai seluruh wajahnya.
"Ah, Hinata-chan! Selamat datang! Aku tidak menyangka kau akan datang ke sini!"
Cengiran lebar nan khas milik pemuda yang ternyata adalah Uzumaki Naruto itu semakin membuat Hinata memanas, seakan seluruh darahnya naik hingga ke ubun-ubun kepala. Jantungnya pun berdetak semakin kencang tidak karuan. Ya, memang seperti itulah Hinata saat berhadapan dengan Naruto, pemuda yang selama ini diam-diam ia cintai dan kagumi itu.
"Na-Naruto-kun… Ke-Kenapa kau… bi-bisa ada di sini?"
Naruto tersenyum lebar sambil menggaruk pipinya yang sebenarnya tidak gatal. "Hehehe. Sebenarnya toko ini adalah toko milik pamanku, paman Iruka. Tadinya aku hanya sekedar berkunjung ke sini, tapi mendadak salah satu pegawai toko ini harus pulang. Jadi kupikir tidak ada salahnya aku membantu di sini menggantikan pegawai itu."
Hinata terdiam. Mendadak lidahnya terasa kelu. Ini benar-benar terlalu mendadak! Ia tidak harus harus bicara apa lagi. Ia malah menundukkan wajahnya dan mencoba menetralkan perasaannya saat mendadak dirasakannya sebuah tangan kecoklatan menyentuh keningnya.
"Kau kenapa, Hinata-chan? Mukamu merah. Apa kau sakit?"
BLUSH!
Menyadari jarak wajah mereka yang tidak lebih dari sepuluh centi, Hinata segera menjauhkan tubuhnya. Dan tentu saja, hal itu malah membuat perasaan Hinata semakin meledak-ledak tidak karuan.
Naruto mengerutkan keningnya. "Kau baik-baik saja, Hinata-chan?
Hinata menggelengkan kepalanya. "A-Aku ti-tidak apa-apa Na-Naruto-kun…"
Namun malang bagi Hinata, Naruto justru kembali mendekatkan tubuhnya dan mempersempit jarak di antara mereka. Bahkan Hinata dapat melihat pantulan dirinya di sepasang mata sapphire itu.
Sungguh, rasanya ia ingin pingsan sekarang juga!
"Lalu kenapa kau tadi memanggilku, Hinata-chan? Apa kau sedang butuh bantuan?"
"A- A…A-ku…"
"Hmm?"
"A-A…A-ku…"
"Bicaralah lebih jelas, Hinata-chan. Aku tidak mengerti."
"A-A…A-ku... i..ingin…
"Ya?"
"A-A… A-ku…i..ingin…"
"Ya, ampun! Cepat katakan Hinata-chan! Sebenarnya apa yang kau inginkan?"
Mendengar nada suara Naruto yang meninggi, malah membuat Hinata semakin gugup hingga mencapai batas maksimum.
"A-A… A-ku…i…ingin… ingin Kiss, Kiss, Kiss…."
Hening.
Hening.
Hening.
Eh?
Apa yang baru saja ia katakan?
Kiss?
BLUSSSH!
Sekarang, wajah Hinata benar-benar memerah sempurna. Sementara Naruto terdiam, terkejut mendengar jawaban yang dikeluarkan oleh Hinata. Namun tidak lama, seringai muncul di wajah kecoklatan pemuda itu.
"Jadi, kau ingin 'kiss' Hinata-chan? Kenapa tidak bilang dari tadi, hmm?"
Hinata semakin panik. "Bu-Bukan itu… Mak-Maksudku.. I… Itu… Drama… Hmmpphh?"
Tidak mau lebih lama menunggu jawaban Hinata, Naruto sudah menutup bibir mungil kemerahan itu dengan bibirnya. Dikecupnya bibir itu dengan lembut. Membuat Hinata yang awalnya memberontak akhirnya pasrah dan menutup matanya, mencoba meresapi rasa manis dan menyenangkan yang tersalur melalui bibir Naruto. Naruto menjilat dan menghisap bibir bawah Hinata, seakan meminta izin kepada sang pemilik. Hinata yang mengerti akhirnya sedikit membuka mulutnya dan membiarkan lidah Naruto membelai lembut bagian dalam mulutnya. Disentuhnya lidah milik Hinata dengan lidahnya, mengajaknya untuk bergerak bersama dalam satu irama. Tangan kiri Naruto bergerak perlahan ke bagian belakang tubuh Hinata. Membelai lembut punggung sang gadis sementara tangan kanan Naruto menyisiri helaian rambut indigonya dan menekan lembut kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka. Hingga membuat keduanya semakin hanyut dalam ciuman mereka yang semakin dalam dan intens itu.
Dan tanpa mereka sadari, mereka telah menjadi tontonan gratis beribu pasang mata di toko tersebut. Tidak hanya mereka yang telah mengantri sedari tadi di meja kasir, bahkan seluruh pengunjung toko itu ikut menyaksikan mereka berdua yang telah tenggelam dalam dunia mereka sendiri.
.
.
.
FIN
Please go to next chapter before you close ^^
