Standar Disclaimer Applied
.
.
Tsuki ga taiyō o daku © Tsurugi De Lelouch
-Part 1-
.
.
[Sasuke Uchiha & Sakura Haruno]
.
.
*Enjoying Reading & Reviewing*
-I don't get any profit from this fict-
.
.
.
.
.
*1*
Konohakagure, 200 SM
Gugur bunga sakura bermekaran dengan indahnya serta kelopak-kelopak menyentuh tanah dengan hamparan luas padangan rumput. Angin semilir menyambut sosok matahari bersinar untuk menemani langit setiap harinya. Hembusan awan ke sana kemari mendorong awan lainnya untuk berkumpul dan bercanda ria satu sama lain, seolah itulah kebahagiaan mereka bermain diatas langit.
Ada sebuah kerajaan yang menguasai Konohagakure adalah Uchiha. Kerajaan Uchiha sudah memimpin kota itu sudah berlangsung generasi ke generasi. Kekuasaannya sangat kokoh dan tidak tergantikan bahkan beberapa kali pemberontak yang menginginkan Raja yang memimpin untuk turun dari tahta. Kerajaan Uchiha terkenal dengan lambang kipas dengan warna merah diatasnya mengartikan ketegasan dan warna putih mengartikan kesucian dan keagungan.
.
.
.
Trang…Trang…
Bunyi gesekan pedang beradu dengan kencang seiring dengan keseriusan wajah kedua laki-laki dengan pakaian bangsawan kerajaan. Ketika pedang salah satu pemegang terlepas seketika pemegang lainnya mengacuhkan pedang itu tepat wajah pemegang yang pedangnya terjatuh.
"Kemampuanmu menguasai pedang sudah sempurna—" pemegang itu dengan iris Onyx-nya menatap iris yang sama dengan dirinya, "ne, Sasuke. Aku rasa kau bisa menjadi raja menggantikan Yang Mulia."
Laki-laki berambut dark blue itu mendengus, "Nii-san mengejekku…"
"Tidak, kakak tidak mengejekmu. Kekalahanmu hari ini pasti ada sesuatu yang kau pikirkan? Benarkah pertanyaan kakakmu ini?" tanya seorang laki-laki yang lebih tua dari seseorang bernama Sasuke.
"Sudahlah Itachi-nii, berhentilah memasang raut memelasmu. Aku tidak suka!" gerutu Sasuke mengacak pinggang seolah menantang kakak sepupu didepannya.
Itachi dan Sasuke adalah keturunan murni kerajaan Uchiha, mereka berdua diwarisi wajah ketampanan yang luar biasa dan bisa disebut sebagai keturunan dewa langit. Serta iris kelam nan tajam membuat yang melihat mereka berdua akan terpana. Itachi Uchiha lahir dari rahim seorang bernama Ny. Chi Uchiha—kakak dari Raja sekaligus ayahnya Sasuke bernama Fugaku Uchiha.
Sasuke sendiri tak peduli dengan status sebagai adik sepupu Itachi, dirinya tetap akan memanggil Itachi dengan "nii-san" bukan memanggil "itoko". Walau mereka tidak berasal dari orang tua yang sama tetapi mereka dianggap saudara kembar. Ya, mereka memang memiliki ikatan darah yang sama walaupun beda orang tua tapi darah Uchiha yang mengalir di pembuluh nadi mereka berasal dari leluhur terdahulu. Umur mereka hanya berbeda lima tahun, Itachi berumur delapan belas tahun sedangkan Sasuke berumur tiga belas tahun.
Mereka juga dianggap dua matahari yang berdiri tegap dilangit begitulah sebutannya…
"Itachi-ooji… Sasuke-ooji, kalian berdua dipanggil oleh Yang Mulia," tutur seorang pelayan sekaligus pengasuh kedua dua pangeran tampan itu.
"Hn, kami akan segera menyusul," sahut keduanya dengan serempak.
Lalu mereka berdua segera meletakkan pedang dibelakang punggung masing-masing, setelah itu keduanya berjalan menuju ruangan dimana Raja telah menunggu. Tak ada yang berbicara ketika mereka sampai di ruangan tersebut, semua menteri menunduk kepalanya ketika dua pewaris kerajaan Uchiha telah berdiri gagah dan membungkukkan badan mereka ke hadapan sang Raja.
"Ada yang ingin saya sampaikan kepada kalian berdua..." sejenak Raja menghembuskan napas perlahan, "tetapi sebelum itu, saya bertanya kepada kalian berdua masing-masing… apakah diantara kalian ingin menjadi seorang Raja?"
Itachi menjawab, "Yang Mulia, saya rasa… saya tidak cocok menjadi seorang Raja dan yang pantas menyandang status itu adalah Sasuke…"
Sontak Raja kaget mendengar penuturan Itachi—anak dari kakaknya ini. Dia berpikir untuk menyerahkan kekuasaan ini pada Itachi karena dedikasi sebagai pangeran cukup mampu untuk menata kerajaan Uchiha, bukan tidak menyayangi anak kandungnya sendiri. Akan tetapi dirinya tetap menerima apapun yang menjadi keputusan Itachi.
Sasuke sendiri agak shock dan menyela, "Maaf Yang Mulia, yang pantas sebagai Raja menggantikan anda adalah Itachi."
"Sasuke-ooji, aku sangat senang kau menghargaiku tapi hanya kau. Kau yang pantas menjadi Raja," ucap Itachi. Tersirat nada getir dari bibir Itachi, dia tidak membayangkan untuk mengatakan ini tapi demi keselamatan ibunda. Dia harus rela menyerahkan status Raja di pundak Sasuke. Dia harus menahan segala kebencian nantinya akan menimpanya, karena dia tahu dua matahari tidak pantas untuk bersanding menjadi Raja. Hanya satu matahari yang bisa berkuasa dan memimpin kerajaan.
Sang Raja mengumumkan sesuatu yang membuat Sasuke dan Itachi terkejut mendengar perkataannya,"kalau memang itu keputusan anda, Itachi. Sekarang status Raja ini akan bersemat pada Sasuke Uchiha, tapi sebelum menjadi seorang Raja… dia harus menikah dengan seseorang—"
Krieett…
"Masuklah…" seorang berparas cantik dengan surai warna pirang pucat dengan langkah pelan membungkukkan badannya, "hamba menerima permohonan anda, Yang Mulia."
"Sasuke, dialah yang akan menjadi pemaisurimu dan menemanimu sebagai seorang raja… Shion—anak dari menteri Danzo."
Sang ibu suri sekaligus nenek Sasuke dan Itachi berbicara, "dia adalah rekomendasiku. Karena Shion masih ada hubungan erat dengan kita. Jadi, Sasuke… Obaasan harap—"
"Aku menolak…"
Setelah Sasuke mengucapkan itu dia berharap ini bukanlah bencana bagi hidupnya, dia segera keluar dengan hormat dan disusul Itachi dari belakang. Sekilas Itachi menangkap gelagat mencurigakan dari menteri Danzo, akan tetapi dia harus menenangkan emosi adik sepupunya terlebih dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Nii-san… coba tangkap aku…" pekik seorang gadis bersurai merah muda dengan iris Emerlad-nya menantang kakaknya yang mengejarnya.
"Awas kau, Sakura. Kemari kau…" jerit laki-laki berambut merah pucat dengan mata hazelnut serta wajah yang baby face mengejar adik perempuan dengan kencang.
Keceriaan terlihat kakak beradik dua berbeda gender ini, sang adik bernama Sakura berasal dari nama bunga musim semi dan disebut Tsuki oleh kakaknya karena iris hijau yang teduh itu menyiratkan sinar berkilauan. Terkadang kakaknya akan menyebut nama julukan itu kepada adiknya ketika malam hari di bulan purnama, tubuh adiknya akan bersinar seindah bulan. Namun dia tidak menggubris celotehan ibunda kalau nama panggilan adiknya itu Sakura bukan Tsuki.
"Sasori-nii menyerah ya…"ucap Sakura berkacak pinggang melihat kakaknya dari kejauhan tapi berselang lama.
Hupp…
"Tertangkap kau, Sakura," seringai Sasori menerkam Sakura dari belakang.
Sakura mengerucutkan bibirnya, "yaaah, kakak menang lagi."
Mereka berdua adalah anak dari Nyonya Rin, keluarga bangsawan Sabaku. Mereka sangat beruntung memiliki hubungan erat dengan keluarga bangsawan Uchiha yang sekarang menduduki tahta kepemimpinan karena salah satu anggota Sabaku menikah dengan putri dari keluarga Uchiha yang secara langsung menggabungkan kedua bangsawan itu. Nama dari laki-laki berwajah tampan itu adalah Sabaku no Sasori, dialah pewaris utama dari keluarga bangsawan Sabaku dan rencananya—dia akan dijodohkan oleh seseorang yang masih seumuran dengan adiknya, Sabaku no Tsuki Sakura.
Sakura adalah adik perempuan satu-satunya dan kesayangan Sasori karena dia juga memiliki saudara lelaki tapi adik satu itu berlatih ilmu samurai entah kemana.
Antara Sasori dan Sakura, umur mereka terpaut cukup jauh namun, tak menghilangkan rasa kasih sayang mereka berdua yang membuat iri orang-orang melihat mereka. Dia lahir pada tanggal 28 Maret pada musim semi dan bertepatan dengan bulan purnama bersinar terang, seolah menandakan anak yang lahir pada hari itu akan menjadi penopang dua matahari yang berdiri tegap di langit.
Mereka berdua selalu ramah dengan penduduk sekitar tak memperdulikan dirinya sebagai anak bangsawan, dan menganggap semua adalah sama tidak ada yang membedakan mereka.
"Nii-san, katanya dijodohkan oleh gadis berusia sama denganku?"
Sasori mencubit pipi Sakura, "kalau iya kenapa? Cemburu kalau kakakmu menikah ya," ejeknya.
"Ti-tidak, hanya saja kalau kakak sudah menikah. Sakura akan kesepian… dan—jangan seenaknya mencubit pipiku!" geram Sakura.
Tanpa sadar seorang lelaki menepuk pundak Sasori, "lama tidak bertemu, Tsuki… Sasori-nii."
Kedua kakak beradik itu menoleh ke belakang, "Shikamaru-nii…" pekik Sakura menghamburkan pelukan ke Shikamaru.
"Darimana saja kau, mendokusai-ototou?" tanya Sasori.
"Tentu saja berlatih, baka!" sahut Shikamaru memukul pelan bahu Sasori.
Sakura—adik dari mereka menyela, "sudah… sudah hentikan kakak-kakakku."
Shikamaru dan Sasori hanya memutar bola matanya, "h-hai, Tsuki-chan~"
Ya, mereka berdua adalah kakak laki Sakura. Dari fisik mereka, orang tidak mengetahui kalau adalah kakak beradik. Sabaku no Shikamaru memiliki ciri fisik iris mata Onyx, sedangkan Sasori bermata hazelnut karena mereka berdua adalah saudara se-ayah. Ayah mereka memiliki dua istri, akan tetapi ibunda Shikamaru meninggal dunia saat dia melahirkan Shikamaru dan Sasori baru berumur tiga tahun itu tak menampik adanya rasa kasih sayang diantara mereka.
Seketika wajah Sakura memerah dengan sebutan kedua kakaknya dan memukul pelan bahunya, "dasar Saso-chan…Shika-chan," kemudian seringai terpampang dari bibir tipis Sakura.
"S-sakura, jangan memanggil nama menjijikan itu," geram Shikamaru.
"H-hentikan sebutan itu, Tsuki-chan…" ucap Sasori merapikan Hakama kebangsawaannya akibat terlalu asyik dengan berkejar-kejaran dengan adiknya.
Namun tiba-tiba, iris Emerlad terpaku dengan sekelebat emosi yang terpancar dari iris Onyx kakaknya. "Nii-san, aku melihatmu menikah dengan gadis bersurai pirang, lalu kalian hidup penuh rintangan ke-kemudian kau bersedih k-karena…" Sakura memegang kepalanya pusing sekali membuat Shikamaru dan Sasori mendengar ucapan adiknya, padahal Sakura belum bertemu sekalipun dengan gadis dikatakannya. Bahkan sedikit kata yang terputus,"ke-kemudian kau bersedih…", Sasori mencoba menenangkan pundak adiknya dan penasaran kemampuan apa yang dimiliki Sakura.
Sakura mendongak dan menatap kakaknya, "Sasori-nii, apakah aku seorang cenayang? A-aku tidak mau nanti semua orang menjauhiku…" lirihnya.
Shikamaru terdiam menatap iris Emerlad milik adiknya,"Ini tidak mungkin, Sakura seorang cenayang," gumamnya dalam hati.
Sasori berusaha menepuk pelan pundak Sakura agar—cairan hangat yang meleleh dari paras ayu milik adiknya bisa mereda. "Ne, Sakura. Jangan bersedih, mungkin ini warisan dari Baa-san menurunkan kepadamu."
"B-baiklah, Sasori-niisan dan—eh, Shikamaru-nii mau kemana?" tanya Sakura mendapati Shikamaru meninggalkan mereka berdua.
Langkah Shikamaru terhenti, "aku kangen dengan Kaa san… janee minna."
"Kalau bertemu dengan Kaa san, bilang kalau kami ingin sup kari pedas," pesan Sasori.
"H-hai, Sasori-nii."
Setelah Shikamaru menjauh, Sasori mengajak Sakura pergi ke suatu tempat.
"Kita mau kemana, nii-san?" tanya Sakura kebingungan dengan ajakan kakaknya tiba-tiba.
Sasori menyimpulkan senyuman tipis,"kau lihat nanti, Tsuki-chan~"
Sebernanya Sasori merasa hatinya agak goyah mendapati adiknya akan bernasib sama dengan Oba-san yang meninggal karena kemampuan cenayang. Lalu kekuatan itu tiba-tiba tidak bisa dikendalikan dan membunuhnya seketika tanpa sebab. Kemudian yang juga menjadi pikiran Sasori adalah umur Sakura baru berusia dua belas tahun—tapi… bagaimana bisa kemampuan itu bisa muncul dan tertuju pada adiknya.
Hanya pada diri Sakura, bukan dirinya ataupun Shikamaru. Apakah suatu pertanda akan kejadian yang menimpa mereka semua. Namun, Sasori berusaha menampik hal tersebut dan dia inginkan adalah—senyuman adiknya. Itu saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku tidak mau menikah dengan dia, Itachi -nii," lirih Sasuke bersedekap lutut di hamparan rumput yang luas dan— hanya mereka berdua disana tanpa pengawal yang mengiringi.
Itachi sendiri sedih mendengar kepiluan adik sepupunya, dia mencoba merengkuh tubuh Sasuke karena dia tahu pewaris resmi kerajaan ini menolak mentah-mentah perjodohan dari Raja sekaligus ayahanda Sasuke. Terdengar senggukan pelan dan berangsur mereda, "aku akan menuruti perintah ayahanda menjadi Raja tapi—tidak dengan menikah dengan orang yang tidak kukenal. Aku takut nii-san…"
"Cobalah untuk menghadapi apa yang menjadi takdirmu, Sasuke. Aku tahu kau sulit menerimanya, tapi aku tahu kau pasti bisa…" ucap Itachi melepas rengkuhannya.
"Tapi nii-san, aku tidak mau—"
"Dijodohkan bukan berarti langsung menikah, ada proses pendekatan. Jika kau tidak setuju, bilang sama Ibu Suri kalau kau menolaknya dan mengadakan seleksi puteri mahkota. Ne, Sasuke."
Sasuke memandang tak percaya dengan penjelasan kakak sepupunya, "Arigatou… Nii-san"
Seakan takjub dengan pemandangan siang ini, tanpa sadar gadis bersurai merah muda menghampiri mereka berdua, "ne, sedang apa kalian?" tanyanya
Itachi dan Sasuke terperangah dengan kecantikan gadis di hadapan mereka, waktu seakan berhenti untuk mereka mendalami sesuatu yang terikat sebuah takdir sekejap mengundang untuk dipahami. Iris mata yang bertolak belakang dengan iris teduh milik gadis itu— seolah memberikan emosi-emosi yang terpancar dan menguar tanpa kuasa alih untuk menahannya.
"Kau siapa?" tanya Sasuke masih fokus dengan iris Emerlad milik gadis itu.
Tangan gadis itu mengadahkan ke arah laki-laki yang menatapnya intens, "Hajimenmasihite, watashi wa Sabaku no Sakura. Dozo yoroshiku,"
Itachi menyambut tangan Sakura terlebih dulu, "watashi wa Uchiha Itachi. Dozo yoroshiku."
Iris Emerlad beralih kepada laki-laki berambut Dark Blue, "Anata no onamaehanandesuka?"
"Uchiha Sasuke, dozo yoroshiku."
Mata kedua laki-laki tidak dapat berkutik dengan keindahan iris teduh milik Sakura, tanpa sadar langit yang menemani mereka menggambarkan dua matahari bersinar dan satu bulan yang menemani dua matahari itu.
"Kalian sedang beristirahat disini? Bolehkah aku menemani kalian…" suara lembut menggetarkan hati kedua laki-laki tampan itu.
"Ya, boleh saja. Kalau boleh tahu darimana asalmu?" tanya Sasuke menahan emosi bahagia yang membuncah dalam hatinya.
Sakura tersenyum tipis, "aku—" tak sempat dirinya memberitahu asalnya, dia sudah dipanggil oleh kakaknya. "Sasori-nii, kemari!" panggil Sakura kepada Sasori.
Laki-laki bermata Hazelnut tengah mengatur napasnya yang terengah-engah dan menatap garang adiknya—yang tanpa dosa menyuruhnya kemari lalu, tanpa sadar iris Onyx milik Itachi menatap dia penuh tanda tanya.
"Kau ini menyusahkanku saja bagaimana kalau Kaa san mengomeliku?" dengus Sasori mengacak rambut adiknya—Sakura.
"Aku hanya istirahat sebentar saja dan perkenalkan mereka—" lagi ucapan Sakura disela, tapi yang menyelanya adalah Itachi.
"Ogenki desuka, Sasori?" ucap Itachi membuat Sasuke dan Sakura kaget karena mereka tidak mengetahui Sasori dan Itachi sudah saling mengenal satu sama lain.
Sasori tersenyum simpul, "genki desu, Itachi-ojii. Bagaimana dengan kemampuan samurai-mu? Aku dengar nanti ada pengangkatan samurai terbaik, kau mengikutinya? Kalau kau ikut, aku juga ikut andil."
Samurai…
Sekelumit pertanyaan muncul di pikiran Sakura, sejak kapan kakaknya mendalami ahli Samurai, bukankah itu akan dipakai untuk mempertaruhkan nyawa. Dia takut kalau kakaknya akan menjadi korban selanjutnya jika nanti ada pemberontakan terjadi di Konohagakure.
"Aku rasa kita nilai nanti, Sasori. Perkenalkan—" arah mata mengarah ke Sasuke, "dia adalah adik sepupuku namanya Sasuke."
"Dozo Yoroshiku, Sasuke-ooji," ucap Sasori ditanggapi dengan kata "Hn" oleh Sasuke.
Tanpa sadar di dalam pikiran Sakura melihat masa depan kedua laki-laki keturunan Uchiha tersebut, "ti-tidak mungkin… ada pertumpahan darah… pernikahan… dan mati…" seketika dia terhuyung dan ambruk tepat di tubuh Sasuke lalu menyerahkan kepada Sasori.
Lalu Itachi menyimpan perkataan yang tidak sengaja keluar dari mulut Sakura, dan dirinya menyimpulkan suatu saat terdekat ini akan terjadi sesuatu yang akan mengubah ikatan dan menguji mereka.
"Gomen, Itachi-ooji… Sasuke-ooji. Aku harus pulang," pamit Sasori sambil menggendong adiknya.
"Sasori, apakah adikmu memiliki kemampuan lebih?" tanya Itachi.
Sasori terpaku sejenak, "menurutku iya, tapi aku belum mempercayainya dan menanyakan pada Ibu kami, mungkin dia tahu. Jaa minna." Dia pun meninggalkan kedua lelaki itu.
Sakura…
Mungkin dia adalah cahaya yang akan merengkuh mereka ketika dalam terbalut kesedihan. Itachi sendiri tahu kalau pertemuan mereka dan Sakura adalah takdir Kami-sama, tapi sesudah itu mereka tidak tahu apa yang akan terjadi,hanya Kami-sama yang mengetahuinya. Kemudian mereka pun meninggalkan hamparan indah rumput kehijauan yang menjadi saksi pertemuan mereka…
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di lain tempat.
"Bagaimana dengan persiapan sabotase kita?" tanya seorang wanita ber-kimono merah dipadu dengan hijau muda dan hiasan bunga teratai menambah kesan anggun—menatap laki-laki di sampingnya sambil meminum Ocha.
Laki-laki itu hanya mengulas seringai tipis, "semua sudah lengkap. Kau tenang saja, menunggu waktu yang tepat."
"Kuharap jangan berlama-lama, nantinya akan ketahuan oleh mata-mata," sejenak matanya mengarah kesana kemari melihat situasi tempat mereka berbincang.
Tanpa sadar pembicaraan mereka berdua didengar oleh wanita berambut cokelat muda iris Jade. Dirinya mengatupkan mulutnya tidak percaya bahwa orang yang selama ini dipercayainya akan melakukan perbuatan keji itu.
"A-aku akan membicarakan pada Yang Mulia…" gumam dalam hatinya dan meninggalkan tempat itu perlahan.
Sejenak wanita berambut hitam itu dengan iris Onyx-nya menghela napas, "sudah kuduga ada yang mendengar pembicaraan kita."
"Biarkan dia bertindak, toh dia tidak memiliki bukti apa-apa mengenai kita. Kau tenang saja, Nyonya Uchiha." Ucap laki-laki itu seraya meninggalkan Ibu Suri Raja Uchiha yang menggumamkan bahwa pemberontakan dimulai.
"Sayonara, Fugaku. Kekuasaanmu akan kuambil alih."
.
.
.
.
.
.
.
Ruangan berisikan Tatami mewah dan meja mengadahkan minuman Ocha hangat, ada celotehan bahkan candaan menguar hingga tercipta kehangatan. Sang ibunda dan tiga anak saling bertukar cerita, sebuah peristiwa tidak akan tergantikan dengan harta sekalipun.
Tap... tap...
Suara kaki menghentikan pembicaraan mereka, dan menatap bingung wanita berambut cokelat muda dengan napas terengah-engah seraya membungkukkan badan. "Gomen, Rin menganggu kenyamanan kalian," ucapnya
"Ada apa Rie-nee san?"tanya Rin menyuruh kakaknya duduk di Tatami sebelah Sakura.
Setelah Rie duduk menghempaskan tubuhnya di Tatami, dia menceritakan perihal apa yang dilihat membuat seisi ruangan itu terdiam.
"Be-benarkah itu Obasan?" tanya Sasori.
Shikamaru tampak tak terkejut dengan perihal bibinya, karena kedatangan dia kemari untuk menyelidiki sesuatu yang ganjil. Dirinya juga tidak merasa ada yang tidak beres setiap latihan samurai berlangsung… pasti ada yang akan terjadi
Rie mengangguk kepalanya, "itu benar Sasori. Tapi Obasan takut karena mungkin—" Rie menggigit bibir bawahnya, "nyawa Obasan terancam…"
Seketika, dengan kemampuan yang dimiliki Sakura. Dia kembali melihat tanpa sengaja masa depan yang akan dialami Obasan. "ti-tidak… ti-tidak… ja-jangan… i-ini tidak b-boleh terjadi…" jerit frustasi Sakura menjambak rambutnya.
Sasori langsung merengkuh tubuh mungil Sakura "tenangkan dirimu Sakura…"
"Ada apa dengan Sakura?" tanya Rin mencemaskan keadaan putri bungsunya.
"Kaa san, sepertinya dia memiliki kemampuan cenayang," jawab Sasori.
"A-apa?" ucap kaget Rin.
Rin—sang ibunda Sakura sangat takut apa yang dialami oleh Sakura akan berdampak buruk bagi kesehatannya, dan jika tidak dikendalikan kemampuan itu maka dia akan mati. Rin tidak ingin hal yang buruk terjadi pada anaknya.
"Sasori, ibu minta padamu. Jangan pertemukan Sakura dengan Itachi-ojii dan Sasuke-ojii…" pinta Rin.
Lidah Sasori kelu mendengar permintaan Kaa-san-nya karena adik kesayangan sudah bertemu dengan kedua pangeran Uchiha, maka ikatan takdir sudah mengikat erat tanpa ada yang bisa mengekang mereka sekalipun, dan hanya Kami sama yang mengatur semuanya. Dia tidak mengerti maksud kenapa adik kesayangan tidak boleh bertemu dengan teman sekaligus pangeran kerajaan Uchiha—ketika mempunyai kemampuan mengerikan ini, coba saja dirinya yang menggantikan adiknya, tapi itu mustahil.
Kakak tertua bangsawan Sabaku itu mengangguk paham dan membawa tubuh adiknya ke kamar tak jauh dari Washitsu tetapi dicegah Shikamaru,"biar aku saja, nii-san."
"Wakaata, aku serahkan Sakura. Segera baringkan dia diatas futon," perintah Sasori.
Shikamaru langsung melengos pergi meninggalkan mereka, namun Sasori kemudian bangkit dari duduknya dan segera keluar dari ruangan itu.
"Kau mau kemana, Sasori?" tanya ibunda.
"Hanya keluar sebentar," jawab Sasori seadanya.
Dan—mereka meninggalkan ibunda dan bibi hanya menggumamkan apa yang di pikiran masing-masing.
Ini tidak boleh terjadi…
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari seperti biasa di Kerajaan Uchiha, tampak ada yang berbeda dengan salah satu tempat dimana selalu mengadakan Upacara. Terlihat ramai para samurai-samurai yang terlatih dengan baik tak terkecuali ada Sabaku no Sasori, Itachi Uchiha dan Sabaku no Shikamaru ikut andil dalam peresmian samurai itu. Bahkan dari kejauhan juga ada Sakura dan teman sekaligus adik dari Itachi Uchiha bernama Ino berusia lebih muda dari Sakura terlihat sangat simpatik dengan upacara resmi itu.
"Eh, lihat itu Sakura-neesan. Kakakku tampan kan?" cengir Ino kecil menggoyangkan bahu Sakura berulang kali,"—dan lihat itu siapa, Sakura-neesan?" tanyanya dengan menunjukkan tangan ke arah Shikamaru.
"Itu kakakku, namanya Shikamaru-nii…" sahut Sakura singkat.
Iris mata Ino berbinar-binar, "wah, kau harus memperkenalkan denganku…"
Sakura sambil memutar matanya bosan, "iya, aku tahu Ino." Dirinya tidak menghiraukan ucapan Ino malahan kaget dengan kehadiran seseorang yang dikenalnya beberapa hari yang lalu, "S-sasuke-sama…"
"Sakura, dia itu kakak sepupuku loh. Dia sangat tampan dan berwibawa, namun tak ada yang bisa mengalahkan kakakku—Itachi hihihi...," seru Ino menjelaskan keduanya.
Namun, Sakura tidak menyimak perkataan Ino—melainkan menatap calon Raja masa depan disana. Sebaliknya, Sasuke sendiri menatap balik seseorang yang telah tertangkap meliriknya. Dan, dia tersenyum tipis ketika gadis bersurai merah muda yang melihatnya.
Bunyi gong berbunyi menandakan upacara peresmian samurai dimulai dari berbagai tarian-tarian pembukaan sampai peresmian berlangsung. Tampak Sasuke bosan dan meninggalkan upacara itu, sang kakak sepupu—Itachi hanya menghela napas dengan tingkah laku tak sopan Sasuke. "Dasar…"
Sakura pun demikian dia memilih kabur dan meninggalkan temannya, dia sudah puas melihat kedua kakaknya telah menjadi samurai tapi, sekelebat memori menghujam otaknya membuat sedikit pusing dan hampir terhuyung ke belakang. Beruntung tangan kekar memegangnya dan tak sengaja sandal Sakura terlepas hingga mereka berdua kehilangan keseimbangan.
Drakk…brakk…
Mereka terjatuh ke tanah dan saling menatap satu sama lain, iris mata berbeda tarik menarik. Tanpa sadar banyak kelopak bunga sakura mengiringi serta kupu-kupu berwarna emas menemani mereka dalam kebisuan.
"Ah—eh, Sasuke-sama…" ucap Sakura bangkit dari tanah dan membuang muka.
Perlahan tangan kekar itu menarik wajah Sakura agar berhadapan langsung dengan iris Onyxnya. "Sakura, akhirnya kita bertemu lagi."
Sekelumit emosi-emosi serta perasaan membuncah dari Pangeran Uchiha satu itu, tak menyangka bertemu dengan takdir-nya. Dia memimpikan suatu saat akan menikah dengan gadis musim semi itu dan menolak gadis yang dijodohkan olehnya, sempat otaknya berpikir—
"Sasuke-sama tidak ingin dijodohkan oleh Yang Mulia, bukan?"
Sedikit menaikkan alisnya, "Bagaimana kau bisa tahu,Sakura?" tanya Sasuke.
Sakura tidak menjelaskan perihal dia mengetahui hal itu kemudian dia melanjutkan pembicaraan, "Jalani sebagai pangeran… turuti kemauan Yang Mulia dan—"
Sasuke menyela, "Sakura, aku punya kehidupan sendiri. Aku tidak mau hidup dalam keteraturan apalagi memilih calon pendamping hidupku. Cukup menjadi Raja diatur, namun masalah calon peimasuriku—tidak."
"Jangan bercanda, Sasuke-sama. Anda akan menjadi seorang Raja, kalau hidup tidak memiliki keteraturan, semuanya akan kacau."
"Aku mengerti perkataanmu, tapi—" sejenak bibir Sasuke berdesir di telinga Sakura, "aku akan menolak Shion dan mengadakan pemilihan puteri mahkota? Kau harus ikut."
Sakura agak gugup mengenai perihal yang dipinta oleh Sasuke, "Sasuke-sama, diriku tidak pantas mendampingimu. Dan kurasa Shion-sama cocok denganmu, kita bahkan belum mengenal satu sama lain."
"Jangan merendahkan dirimu, Sakura. Aku akan bicara pada Yang Mulia—" tangan Sakura menahan Sasuke, "dan jangan halangi aku untuk melakukan ini."
Sakura terperangah mendengar ucapan Sasuke dan menampilkan senyumannya. "Err—Sasuke sama, arti dari namamu itu adalah—"
Sasuke menyela lagi, "arti namamu apa, Sakura?"
"Arti namaku Bunga Sakura di bulan purnama…" . entah apa yang diartikan oleh Sakura, Sasuke sendiri merasa dialah penangguh kesedihan dirinya… cahaya yang akan menuntun dalam kebahagiaan dan takdirnya.
"Sakura…"
"Hmm…"
Sasuke mengadahkan tangannya, "temani aku ke padang bunga, Sakura."
Dengan sekali anggukan, mereka berdua pun ke sana tanpa sedikit pengawalan di belakang mereka.
.
.
.
.
.
.
.
"Otousan, pokoknya Sasuke-ooji harus jadi milikku…" pinta seorang gadis bersurai pirang pucat dengan Kimono putih gading serta hiasan bunga-bunga kecil yang terjahit disana.
Sang ayah menghentikan sejenak pekerjaannya, "kau tenang saja, Shion… dia memang milikmu. Jika ada yang menghalangimu, singkirkan apapun itu."
Seketika Shion mengulas senyuman "arigatou, Otousan…"
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Keep for Delete?
Tsurugi De Lelouch
Saturday, 16 Juni 2012, 05.18 a.m
