Konichiwa~

Minna, ini fanfic pertama Shin. Mohon review untuk kritik dan sarannya, ne? Shin juga memohon dukungannya dari reader. Kalau begitu. Enjoy Reading ..~

Disclaimer: Kurobasu milik Fujimaki Tadatoshi. I don't own anything

Rated: K+

Genre: Fantasy, Supernatural, School Life.

Pair: Akashi, OC.

.

.

Adorable Story from Gakuen

.

.

Story 1: About me

Silver Gakuen. Pernahkah kau mendengar tentang asrama di atas bukit? Bagimu asrama adalah sekolah dengan fungsi ganda yang sudah mainstream. Tapi, tarik kembali persepsimu itu. beri pengecualian untuk asrama yang satu ini, Silver Gakuen.

Silver Gakuen. Populasi lebih kurang 2000 murid. Memiliki lima gedung super-besar, tiga halaman super-luas, satu gedung perpustakaan super-lengkap, satu gedung pangan super-besar. Ada juga beberapa gedung lain, walaupun tidak utama. Bicara soal gedung, lima gedung yang disebutkan tadi terdiri dari dua gedung asrama (pria dan wanita dibedakan), satu gedung siswa, satu gedung guru, dan satu gedung aula utama. Sampingkan yang utama, fasilitas yang diberikan sangat lengkap. Sampingkan semua itu. asrama ini memiliki peraturan yang tidak main-main. Tentu saja, peraturan yang dibuat sangat bermacam-macam dan banyak. Asrama ini berisikan murid-murid yang berbeda. Asramanya saja berbeda, tentu muridnya juga berbeda. Mereka semua Supernatural.

Sekian dulu untuk asramanya. Mari putar otak untuk tokoh OC asli milik Author.

Yuuki Amano. Gadis remaja yang merupakan salah satu dari murid Silver Gakuen. Ciri-ciri fisiknya adalah rambut pendek berwarna coklat ketuaan, matanya berwarna light-zamrud, pipinya lesung, bibirnya tipis, jika tersenyum terlihat semburat merah di pipi dan ulasan senyum di pipi. Kulitnya putih. Tingginya sekitar 158. Golongan darah A. Zodiak, Aries.

Yuuki merupakan salah satu murid di Silver Gakuen itu. ayahnya adalah kepala sekolah asrama tersebut. Ibunya jauh telah meninggal karena kecelakaan saat dia berumur delapan tahun. Efek dari ayahnya yang merupakan seorang kepala sekolah tidak memperngaruhi kehidupannya. Yuuki gadis biasa yang menjalani kehidupan sekolahnya seperti biasa. Tidak ada beban dan tekana dari keluarganya. Tapi, bukan berarti Yuuki tidak dipedulikan oleh ayahnya. Dia biasa, itu saja. Tidak ada yang super atau luar biasa dari kehidupannya. Mungkin sebatas hoki tentang mendapat paket makanan ukuran jumbo atau hoki dalam menebak, etc.

Ayahnya, Hoshiya Amano. Seorang kepala sekolah di Silver Gakuen. Cenderung tertutup dan pendiam. Mungkin, sepeninggal istrinya dia jadi pendiam. Walaupun begitu, Hoshiya tetap mencintai putrinya, Yuuki. Layaknya seorang ayah, Hoshiya selalu memerhatikan perkembangan putrinya. Terkadang, Hoshiya melirik putrinya dari jendela ruangannya.

Yuuki juga punya sahabat. Namanya Sena Mitsukawa. Ciri-ciri Sena adalah rambut panjang bergelombang dan berwarna coklat lebih muda dari Yuuki. Matanya berwarna coklat. Sena merupakan sahabat Yuuki dan teman sekamar Yuuki. Sifat Sena yang tomboy dan Yuuki yang cheer-up memang patut berjalan. Yeah, walaupun sering berdebat. Itulah sahabat.

Ability yang dimiliki tiap murid tentu saja berbeda. Adapun sama tapi terbatas. Yuuki adalah summoner. Dia cenderung berada di tipikal support dan defend dalam berkelompok. Sena adalah witch. Dia tipikal penyerang jarak jauh. Ability yang dimiliki tiap murid tentu bisa berkembang seiring murid itu berkembang. Murid-murid itu memiliki peringkat tersendiri. Sena peringkat dua puluh. Bicara tentang Yuuki, dia peringkat 1154. Wow, lumayan jauh.

Walaupun begitu, peringkat hanya mempengaruhi popularitas, derajat, kekuatan. Yuuki tetap berusaha sebaik mungkin agar bisa masuk kedalam Top Ranked.

.

.

Daily School

Sorak keramaian kelas mengisi lorong-lorong yang sepi. Suara guru-guru yang menjelaskan sesuatu sambil menulis di papan putih. Tangannya menari diatas papan putih itu. membuat noda ilmu di tiap jalan yang dilewatinya. Bisik-bisikan murid bisa didengar, sekecil apapun itu. beberapa siswa melempar kertas satu sama lain. Menciptakan komunikasi dengan tulisan.

Di kelas itu. I-C.

Seseorang gadis duduk di bangku dekat jendela. Tangan kirinya menahan dagu gadis itu, sedangkan tangan kanannya menghimpit dengan tangan kiri. Pandanga gadis itu menuju luar jendela. Tepatnya pohon sakura yang terlihat jelas dari kelas itu. sesekali, gadis itu melihat beberapa burung yang bertengger di pohon itu. sesekali dia melihat kelopak sakura yang bertebaran dipermainkan oleh angin.

BAM. Suara hentakan tangan yang memukul meja gadis itu. cukup keras, dan cukup membuat lamunan gadis itu berhenti. Dia menoleh ke asal suara. Ditatapnya gadis yang berdiri di sebelahnya.

"Sena..." gumamnya lirih.

"Yuu-chan, istirahat sudah tiba. Kenapa kamu melamun terus sih? Bukannya kamu mengincar roti paket A di kantin. Nanti keburu habis lho." Kata Sena. Yuuki buru-buru berdiri dari bangkunya.

"Ah, iya ya. Aku lupa." Kata gadis yang baru melamun tadi. Yuuki cepat-cepat membereskan buku di atas mejanya. Begitu selesai, Yuuki dan Sena segera keluar kelas dan pergi menuju kantin.

"Ngomong-ngomong, kamu dengar penjelasan Hyuuga-senpai tadi?" tanya Sena. Yuuki menggeleng kepala. "Sudah kuduga, berhentilah melamun. Hyuuga-senpai memberi pengumuman agar besok berkumpul di gedung utama. Katanya ada pengumuman dari Komite asrama." Kata Sena. Yuki mengangguk pelan.

"Ah, iya. Sena, pulang sekolah nanti kamu bisa kembali ke asrama dulu. Yuuki ada keperluan sebentar." Pinta Yuuki. Gayanya dia berbicara seperti anak kecil. Tapi, jangan harap bisa diubah dengan mudah. Hal ini sudah tertanam jelas di kebiasaannya.

"Karena Yuu-chan manis, okelah. Tapi, jangan lama-lama. Kamu gak mau kan jatah makan malammu kuhabiskan?" balas Sena. Yuuki menggeleng kepalanya.

"Iya. Yuuki janji." Kata Yuuki. Batin Sena, 'she is too damn adorable'.

Istirahat berlalu. Apalah daya, Yuuki hanya mampu membeli roti paket C. Apalagi kalau bukan habis roti kesukaannya. Seperti biasa, Sena membeli susu kotak dan sandwhich.

Jam-jam selanjutnya adalah pelajaran seperti biasa. Yuuki kembali melamun menatap kerindangan pohon sakura. Angin semilir yang menerbangkan kelopak sakura terlihat cantik jika dilukis. Lalu lalang burung yang bertengger di cabang pohon sangat menarik untuk direkam. Melihatnya saja sudah membuat Yuuki damai. Sorak keramaian kelas terlihat hampar di telinga Yuuki. Dia hanya fokus pada pemandangan yang dipandangnya.

"Yang piket hari ini adalah Akito, Yusa, Ai, Miura, dan Amano." Seru ketua kelas direspon oleh keluhan dan sorak siswa-siswa. Mengakhiri pelajaran, siswa yang tidak piket segera keluar kelas. Ada juga yang masih berbincang di kelas. Ada juga yang masih membereskan meja nya. Beberapa siswa yang piket mengambil peralatan kebersihan. Yuuki? Masih melamun saja gadis ini.

"Yuu-chan!" seru Sena. Yuuki terbangun dan lamunannya kembali. Dia menoleh panik ke sekitarnya dan mendapati Sena berdiri di sampingnya sambil merangkul tasnya sendiri.

"A—apa, Sena?" tanya Yuuki.

"Apanya yang apa? ini sudah jam pulang, dan kamu piket!" tukas Sena. Yuuki cepat-cepat membereskan mejanya kembali. "seharian ini, kamu melamun terus. Ada apa?" tanya Sena kembali.

"eeum.. tidak ada. Hanya menikmati rindangnya pohon sakura itu." jawab Yuuki sambil melirik pohon itu.

"hm.. memang sih. Aku juga tertarik dengan rindangnya pohon sakura itu. tapi, gak kelewatan seperti ini." Tukas Sena."sebaiknya kau cepat-cepat piket. Bukannya kamu ada keperluan?".

Sena pergi untuk kembali ke asrama. Yuuki segera mengambil sapu untuk membersihkan lantai kelas.

"Amano-san, bisa tolong bawakan ini ke meja wali kelas? Ini dokumen harian kelas." Pinta Miura. Salah satu teman sekelas Yuuki.

Yuuki mengangguk dan mengambil sebuah dokumen biru di meja."Iya, Yuuki bisa kok." Jawab Yuuki. Semua teman sekelas Yuuki sudah mengenal gaya bicara Yuuki. So childish, batin mereka.

"Tenang saja, urusan piket kelas biar kami yang mengurusi. Amano-san cukup membawakan dokumen ini kepada wali kelas." Lanjut Miura.

"Um. Arigatou, Miura-san." Balas Yuuki sambil tersenyum polos. Kawaii~, batin mereka.

Yuuki segera membawa dokumen itu dengan kedua tangannya. Ia melangkah keluar kelas sekaligus keluar gedung siswa menuju gedung guru. Menyusuri jalan setapak dengan pohon-pohon rindang di sekelilingnya. Beberapa siswa berlalu lalang disana. Gedung guru tidak terlalu jauh, cukup melewati jalan setapak. Ini sedikit sulit bagi seorang Amano. Yuuki mudah terpengaruh suasananya. Yuuki melambatkan jalannya, menikmati rindangnya pohon sakura. Angin semilir yang mempermainkan kelopak sakura, menari-nari di udara. Begitu angin itu hilang. Kelopak sakura bertebaran di jalan setapak. Ditambah mata Yuuki yang sudah memancarkan cahaya. Yuuki berjalan sambil memperhatikan rindangnya pohon sakura. Dia lupa dengan nasihat Sena selama ini,'kalau jalan lihat-lihat dulu.'.

BRUK. Yuuki menabrak sesuatu di depan. Untunglah dia berjalan dengan pelan. Kalau tidak, mungkin Yuuki sudah menabrak dengan keras. Fortunately, dokumen yang dibawah Yuuki tidak terpengaruh. Tapi, Yuuki memegang jidatnya yang terantuk lebih dulu.

Yuuki melirik siapa atau apa yang menabraknya. Ditatapnya lekat-lekat seorang siswa yang berada didepannya. Pemuda bersurai merah dengan kedua mata heterokromnya tengah memandang Yuuki.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pemuda itu. Yuuki mengangguk.

"Um. Yuuki tidak apa-apa." balas Yuuki. "Yuuki minta maaf, karena berjalan sambil tidak memperhatikan lingkungan sekitar.." lanjutnya.

"Begitu." Pemuda itu menatap lekat-lekat Yuuki yang tengah mengelus jidatnya.

"Kalau begitu, Yuuki permisi dulu. Maaf menganggu." Kata Yuuki sembari pergi begitu saja. Pemuda itu terus menatap Yuuki hingga keberadaannya hilang.

Cklek. Pintu ruangan wali kelas terbuka.

"Permisi." Ujar Yuuki. "Kiyoshi-senpai, ini dokumen ... eum.. dokumen harian kelas." Lanjut Yuuki.

"Ah, Amano-san. Terima kasih." Balas wali kelas Yuuki, Kiyoshi-senpai.

"Kalau begitu, Yuuki permisi dulu." Kata Yuuki sembari keluar ruangan. Kiyoshi tersenyum kecil melihat tingkah kekanakan muridnya yang satu ini.

Yuuki segera pergi ke lantai paling atas. Lebih tepatnya, ruangan kepala sekolah. Terkadang, beberapa guru menyapa Yuuki. Terkadang Yuuki melirik sejenak keluar jendela. Terkadang Yuuki melirik beberapa lukisan artik.

Tok Tok. Bunyi Yuuki mengetuk pintu.

"Kepala sekolah, ini Yuuki." Ujar Yuuki. Dibalas oleh suara dari dalam untuk menyuruh Yuuki masuk. Begitu pintu dibuka, Yuuki melihat dua pemuda yang tengah duduk di sofa. Mereka baru saja berbincang sesuatu. Yang satu bertubuh tinggi, yang satu bertubuh pendek.

"Yuuki. Ada apa?" tanya pemuda bertubuh tinggi yang tidak lain adalah ayahnya.

"Eum ... kepala sekolah bisa melanjutkan dulu urusannya. Yuuki aka menunggu disini." Balas Yuuki sambil duduk di kursi yang tidak jauh dari sofa. Dibalas dengan anggukan kepala sekolah alias ayahnya. Sementara mereka berbincang, Yuuki melirik ke pemuda yang berbincang dengan ayahnya.

Pemuda bersurai merah. Sepertinya Yuuki pernah bertemu dengan pemuda seperti dia. Tapi, dimana? Yuuki yang polos. Wajar saja, anak yang polos mudah lupa.

"sekian." Kata pemuda bersurai merah itu.

"Bagus. Aku setuju dengan rencana ini. Aku serahkan soal ini padamu." Kata kepala sekolah. Menyadari putrinya menatap pemuda surai merah itu. kepala sekolah memanggil Yuuki. "Yuuki."

Yuuki segera berdiri, dan membalas. "I—iya?".

"Kemarilah, Yuuki." Pinta kepala sekolah. Yuuki anak yang patuh, oleh karena itu dia segera menuju sofa. Mata heterokrom pemuda itu menatap Yuuki dengan tatapan tajam. Yuuki sedikit takut disini. Tapi, Yuuki berusaha kuat karena ada ayahnya. "Ini. Perkenalkan. " ujar ayahnya sambil menunjuk pemuda bersurai merah itu. "Akashi Seijurou, Ketua OSIS di asrama kita."

Akashi membungkuk sedikit pada Yuuki.

"Aku Yuuki Amano. Salam kenal, Akashi-san." Kata Yuuki sembari membungkuk pada Akashi.

"Akashi, dia satu-satunya putriku. Yuuki. Aku berharap, kalian bisa berteman lebih baik." Kata ayah Yuuki. Dibalas dengan anggukan Yuuki.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Kata Akashi sembari keluar ruangan.

Ruangan itu menyisakan Yuuki dan ayahnya.

"Nah, ada apa Yuuki?" tanya ayahnya.

"Yuuki ingin tahu. Besok ada pengumuman penting apa?" tanya Yuuki.

"oh, soal itu. sekolah akan menyelenggarakan festival lusa depan. Rencana festival itu sudah kuserahkan pada Akashi, ketua OSIS sekolah kita. Untuk ke depannya, nanti Yuuki tahu sendiri." Jawab kepala sekolah.

Polos seperti anak kecil. Rasa ingin tahu yang besar. Itu ciri khas Yuuki. Ayahnya selalu mengajarkan hal yang baik padanya. Yuuki sendiri juga tahu dan sadar akan hal itu. tapi, ciri khas sulit dihilangkan.

.

"Hee, festival ya?" tukas Sena sambil menyisir rambut Yuuki.

"Iya. Otou-san bilang akan ada festival lusa depan." Dilanjutkan oleh Yuuki.

"Festival apa, Yuu-chan?" tanya Sena.

"eum, Yuuki gak tahu. Yuuki akan tahu begitu mendengar pengumumannya besok. Itu kata Otou-san." Balas Yuuki. Dibalas dengan senyuma Sena.

"Nah, sudah. Rambut Yuu-chan sudah kurapikan. Sekarang, tidur untuk besok. Kalau terlambat ada hukuman sendiri lho." Kata Sena. Cepat-cepat Yuuki mengambil selimutnya. Dan bergegas tidur di ranjangnya sendiri. Ciri khas Sena adalah mengisengi. Tapi, kalau pun iseng tidak keterlaluan.

.

Yuuki POV's

Hari ini. Yuuki senang dan menikmati sekali. Seharian pelajaran tadi, Yuuki terus berlabuh dalam kerindangan pohon sakura. Walaupun banyak yang harus Yuuki lakukan. Tapi, Yuuki sangat bersyukur.

Hari ini juga, Yuuki diperkenalkan oleh Otou-san oleh seorang ketua OSIS. Namanya, Akashi Seijuro. Yuuki sangat penasaran dengan kedua matanya yang berbeda. Kata teman-teman yang kutanya, itu namanya heterokrom. Tapi, mata Akashi-san sangat indah dan tajam. Yuuki ingin cepat-cepat bertemu dengannya dan bertanya yang banyak sekali.

Kalau begitu, Yuuki permisi dulu. Cukup sekian berita POV Yuuki. Besok, akan ada pengumuman di aula utama. Yuuki doki-doki yang tahu festival apa nantinya. Kalau begitu, selamat malam. Bersambung ke chapter berikutnya. Ah, Yuuki lupa. Yuuki minta Review, kritik, dan saran dari reader. Kalau pun ada kalimat yang salah, Yuuki, sebagai wakil Author, mohon maaf sebesarnya. Dan berterima kasih atas dukungannya.

Yuuki—TBC~

.

Jadi, bagaimana Minna? Shin harap minna-san mempunyai banyak review, kritik, dan saran untuk fanfic pertama Shin. sungguh, Shin berharap sekali lho~ Shin juga berharap banyak untuk belajar dari Minna-san. Bye, Onto next chapter~