"Nggh…" lenguhan pelan itu keluar dari bibir manisnya. Seraya dengan tubuhnya menggeliat kecil. Perlahan, kedua kelopak mata miliknya perlahan terbuka dan tertutup beberapa kali, mencoba menyesuaikan intesitas cahaya dalam ruangan itu dengan matanya.

Ketika pandangannya yang semula kabur mulan jelas dan semakin jelas, satu pemandangan yang ia dapati adalah langit-langit kamar dengan sebuah lampu putih bersinar dengan terangnya. Membuat kedua matanya sakit.

Ini di mana? Ia membatin dalam hati sembari mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi. Apa ia ada di ruang kesehatan? Karena hanya ruang kesehatan yang memiliki bau menyengat dari obat-obatan seperti ini.

Tapi, kalau ia ada di ruang kesehatan, kenapa suasananya begitu sepi? Biasanya 'kan, para fans-nya yang kurang kerjaan itu akan berada di depan ruang kesehatan. Berteriak-teriak seraya mencoba menerobos masuk.

Lagi, kalau memang ia benar-benar ada di ruang kesehatan, pasti teman-teman baiknya ada di sini, minimal Sehun dan Chanyeol. Atau malah lebih baik lagi, Hakyeon-hyung –yang juga adalah pengurus ruang kesehatan karena dia sendiri adalah ketua PMR.

Tapi ini, ruangan ini benar-benar sepi sekali. Berwarna putih di mana-mana dan benar-benar berbau menyengat khas obat-obatan. Seingatnya, terakhir kali ia ada di sini saat bolos jam pelajaran Cho-songsaenim, ruang kesehatan tidak berbau semenyengat ini deh.

Lalu dia ada di mana? Apa ini di rumah sakit?

Ketika satu kenyataan itu melintas di kepalanya, sontak sang namja manis bangkit terdudu –

"Argh..." ia melenguh kesakitan ketika rasa pening langsung menyerangnya. Ditambah lagi dengan rasa sakit yang teramat sangat di bagian bawah perutnya menambah semua penderitaan tiba-tiba itu.

Ugh… sakit sekali! Apa yang terjadi?! Batinnnya lagi seraya memegangi kepalanya yang benar-benar terasa pusing. Di saat yang sama, ia menyadari adanya sebuah jarum infus yang tertancap di punggung tangan kanannya.

Melihat hal itu, namja yang bernama Jongin itu mengedarkan mata jade-nya ke seluruh ruangan. Mengabaikan rasa sakit tak tertahankan di kepalanya demi meyakinkan dirinya ada di mana.

Matanya pun langsung terbelalak.

Bagaimana tidak, seluruh penjuru ruangan ini benar-benar menampakkan sebuah kamar rumah sakit. Tidak hanya itu, melihat adanya pintu yang sepertinya menuju kamar mandi, sebuah tv, ruangan berpendingin dan hanya ada satu pasien di sana –yaitu dirinya sendiri- ruangan ini pasti adalah ruang VIP.

Atau malah ruang VVIP? Mengingat ruangan ini benar-benar sepi tapi luas. Ia bisa melihat, di sisi sebelah kanannya, di balik rak berisi buku-buku dan beberapa aksesoris dan vas bunga ada sebuah ruang tamu kecil lengkap dengan sofa, dispenser dan tv lainnya yang dari tempat ia memandang tampak mewah dan elegan.

Seketika itu juga, keningnya berkerut. Perasaan bingung menghapus keterkejutannya.

Bagaimana ia bisa ada di ruangan semewah ini? Orang tuanya mana mungkin sanggup membiayainya di ruangan ini...

Heol… orang tuanya bahkan tidak mau membawanya kerumah sakit ketika ia sedang sakit parah.

Apa ia terlibat kecelakaan dengan orang kaya raya? Kalau memang begitu, kenapa si orang kaya ini sampai rela-rela menempatkannya di ruangan semewah ini? Apa keadaannya saat itu benar-benar sangat parah? Atau mungkin si tersangka ini terlalu takut masuk penjara sampai menyogok seperti ini?

Hm... tidak mungkin… mengingat kelakuan dan bagaimana sifat kedua orang tuanya, cukup dengan memberi uang saja tanpa harus memasukkannya ke dalam rumah sakit sudah cukup untuk menyuap mereka agar diam.

Sudah begitu, belum tentu apa yang barusan ia pikirkan tadi itu benar,'kan? Mungkin saja ada alasan lain yang tidak bisa dia pikirkan. Seperti misalnya ia berganti tubuh dengan orang lain …

Sebentar…

Sontak, Jongin langsung menyingkap selimutnya. Membuat selimut tebal berwarna perpaduan merah maroon dan putih itu jatuh dengan suara kecil ke lantai.

Di pandanginya ujung kaki dari tubuh berkulit tan tersebut. Oke, ini kakinya. Mengingat ada bekas luka gores besar tepat melintang punggung kakinya. Tapi, kaki sebelah kirinya terbalut perban dan tidak bisa ia gerakkan –karena sakit dan pembalutannya benar-benar kencang- dan keduanya tampak membesar –mungkin efek dari sesuatu yang menimpanya? Selain itu, semuanya masih sama persis seperti terakhir kali ia lihat.

Setelah memandangi kakinya, Jongin beralih memeriksa tubuhnya dengan cara meraba-raba seluruh tubuhnya.

Dan keningnya langsung berkerut.

Aneh… rasa-rasanya, seingatnya, tubuhnya tidak sebesar ini. Yah... walaupun sepertinya hanya berbeda tipis, tapi, tidak mungkin sebesar ini. Sudah begitu, otot tangannya terasa tidak sekencang biasanya, dadanya terasa lebih 'besar' dan perutnya sedikit menggembung dan terasa sakit di bagian bawahnya.

Sontak saja, matanya langsung membelalak horror.

Apa-apa ini? Kenapa ia jadi 'slightly' lebih gemuk dari ia yang biasanya? Apa ia sedang dijadikan bahan percobaan atau semacamnya? Apa jangan-jangan ia sedang berada di tengah sebuah laboratorium besar tempat seorang professor gila merancang percobaan-percobaan yang sama gilanya dengan dirinya sendiri?

Oke… Jongin, sepertinya kau harus berhenti menonton film-film aneh yang sering Chanyeol tonton itu. Sebelum kepalamu dipenuhi oleh semua sci-fi tidak masuk akal itu.

Tapi, logika macam apa yang bisa menjelaskan ia bisa jadi tiba-tiba gemuk seperti ini?

Apa ia tadinya sedang koma? Koma dalam waktu yang panjang sampai jadi agak gemuk seperti ini?

Ah, malah tambah tidak masuk akal! Masa iya koma bisa bikin gemuk. Yang ada malah kurus cungkring tinggal tulang benulang!

Frustasi, jongin membawa kedua tangannya untuk mengacak-acak rambutnya. Argh! Kepalanya pusing memikirkan semua ini! Sebenarnya apa yang terjadi padanya sih?! Siapa saja, tolong jelaskan semua ini!

Ckek

Kriiieeet

Mendengar suara pintu dibuka, membuat Jongin langsung terdiam berhenti mengacak-acak rambutnya frustasi yang membuat kepalanya dan sekujur tubuhnya bertambah sakit. Kemudian, kepalanya terangkat dengan matanya sedikit terbelalak.

Siapa itu?

"Jongin-ah? Apa kau sudah bangun?" sebuah suara terdengar menyusul suara pintu di tutup. Sebuah suara yang terdengar begitu putus asa dan tak ada semangat sama sekali.

Sebentar, sepertinya, Jongin kenal dengan suara itu. Tapi, suara siapa, ya?

Seiring dengan derap kaki yang semakin mendekat, semakin dalam pula Jongin berusaha berfikir. Siapa orang ini? Siapa dia? Kenapa suaranya begitu lembut? Kenapa rasanya begitu nyaman sekali di panggil dengan nama aslinya dengan suara ini? Kenapa rasa takut dan tegangnya hilang begitu saja ketika mendengar suara lembut ini?

Aneh... ini aneh.

Terlalu hanyut dalam pikirannya sendiri, Jongin sampai tidak sadar bahwa seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangannya telah berdiri di samping tempat tidurnya. Mata orang itu terbebalak dan ekspresi terkejut tergambar jelas di wajahnya.

"Jongin-ah! Kau sudah sadar!" sontak, Jongin langsung tersentak kaget ketika tiba-tiba ia di peluk oleh seseorang. Refleks, ia pun mendorong orang tersebut sampai orang itu terdorong sedikit dari tubuhnya.

Dan seketika itu juga, mata Jongin, kembali, membelalak.

"Wow! Untuk seseorang yang baru saja sadar dari 'tidur panjang' selama 1 minggu, kau cukup kuat, ya?" ucapan bernada menggoda itu sepertinya sama sekali tidak membuat efek pada Jongin. Namja berkulit tan eksotis itu tetap membelalakkan matanya lebar. Membuat si namja yang baru saja menerjangnya menaikan sebelah alisnya.

"Jongin-ah –"

"YA! Unicorn-sunbae sialan! Apa yang kau lakukan padaku!" dengan perasaan kesal yang entah mengapa terasa begitu aneh dan jantung yang berdebar-debar, Jongin langsung mendorong si namja yang ia sebut dengan Unicorn-sunbae sialan itu. Sayangnya, tenaganya tidak ada sama sekali sehingga sang Unicorn-sunbae sialan itu tidak bergerak dari tempatnya.

Mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu, sontak, sang sunbae langsung pasang tameng.

"Ya! Ya! Tenang, Jongin-ah, tenang! Ada apa?" ucap sang namja seraya berusaha menangkis pukulan-pulukan yang dilancarkan oleh Jongin.

"Bagaimana aku bisa tenang! Kau! Ugh! Sunbae sialan! Apa yang kau lakukan padaku?!" sekali lagi, Jongin berteriak-teriak seraya memberi perlawanan pada si namja itu.

Ugh! Bisa-bisanya sunbae sialan yang kerjaannya menjahilinya ini tiba-tiba memeluknya seperti itu! Memangnya ia pikir ia siapa? Berani-beraninya memeluknya seperti itu!

Tidak sopan!

Melihat wajah Jongin yang tampak panik, kesal, takut dan –sepertinya- mau menangis, ditambah dengan panggilan spektakuler 'Unicorn-sunbae sialan', satu buah pemikiran pun akhirnya melintasi kepala si namja yang masih berusaha melawan serangan-serangan –yang sebenarnya- tak bertenaga dari Jongin.

"Jongin, tenang! Tenang! Kalau kau khawatir tentang –"

"Ugh! Diam dan enyahlah kau! Sunbae sialaaaaan!"

"Aku bilang tenang, Jongin, tenang!"

Jongin tersentak. Terkejut. Benar-benar terkejut. Ia tidak tau kalau sunbae yang biasanya santai dan tak pernah menaikan nada suaranya –bahkan padanya- itu tiba-tiba berteriak padanya. Ditambah lagi dengan genggaman tangannya yang mengunci rapat pergerakan tangan Jongin, lengkaplah sudah.

"Tenang, oke, tenang." Ujar si namja kali ini dengan nada dan pandangan mata yang lebih lembut. Membuat jantung jongin berdebar-debar kencang.

Sialan! Lagi-lagi seperti ini!

"Sialan! Lepaskan aku!" seru Jongin seraya berusaha melepaskan genggaman tangan si namja dari tangannya. Tapi sayang, tenaganya jauh di bawah tenaga si namja berkulit pucat seperti mayat hidup itu –karena tidak, vampire itu semuanya tampan dan mempesona, jauh dari si namja ini.

Aish! Sejak kapan sunbae sialan ini jadi tambah kuat sih? Batin Jongin. Memang dia kuat, tapi, seingatku tidak sekuat ini! Tambahnya masih berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan sang sunbae.

"Please, Jongin, tenang! Youngin baik-baik saja!"

"Aish! Lepaskan aku! Unicorn-sunbae sialaaaaaan!"

"Jongin! Youngin benar-benar baik-baik saja! Uri aegi benar-benar baik-baik saja –"

"Lepaskan ak –"

Sontak pergerakan melawan Jongin berhenti ketika ia menyadari adanya keanehan pada kalimat yang barusan diucapkan oleh si namja.

Uri aegi? Anak kita? Apa maksudnya?

"Apa kau bilang..." ujar Jongin dengan nada tidak menyangka. Anak kita?

Tipuan macam apa ini?

"Ne, anak kita baik-baik saja. Dokter terpaksa melakukan operasi padamu agar baik kau maupun Youngin selamat."

Jongin mengerutkan keningnya. Ekspresi bingung langsung tergambar diwajahnya.

Apa-apaan ini?

"Aku tidak mengerti..." mendengar gumaman kecil dari Jongin itu, sang namja menghela nafasnya, lalu mengelus rambut Jongin.

"Kecelakaan yang menimpamu membuat benturan yang hebat di perutmu. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, Youngin harus segera dilahirkan agar kalian berdua selamat. Aku tau Youngin masih 34 minggu tapi –"

"- sunbae... kau benar-benar delusional..."

Satu peryataan itu sukses membuat sang namja yang masih mengelus rambut Jongin mengerutkan keningnya dan lantas menatap Jongin dengan bingung.

"Maksudmu –" perkataan tersebut tersebut terpotong oleh tawa Jongin. Membuat sang namja berkulit pucat itu semakin mengerutkan keningnya.

"Ahahahahahaaa... Lay-sunbae... kau benar-benar delusional! Dan... ahahahaha... ini sama sekali tidak lucu! Kau fikir aku langsung hilang ingatan hanya karena kecelakaan? Kau salah! Aahahahaha!" ucap Jongin di sela-sela tawanya.

Astaga, seniornya yang punya nama menyusahkan lidah itu benar-benar pandai menghayal. Anak kita? Sejak kapan ada kata 'kita' dalam hubungan tom and jerry mereka? Kalau kita saja tidak ada, apa lagi anak.

Lagi pula, sejak kapan si Zhang Yixing ini putus dari Hyeoyeon-sunbae yang super duper centil tapi sexy itu? Mereka 'kan best-eu couple di sekolah. Mana mungkin putus secapat ini. Baru juga satu tahun jadian.

Aigoo~ jebakan sunbaenya kali ini benar-benar sangat amat lucu! Ahahaha!

Melihat Jongin yang malah tertawa, Yixing, nama si namja, langsung mengerutkan keningnya. Ekspresi bingung begitu jelas terpampang di wajahnya.

Ada apa dengan Jongin?

Sebentar..

Tadi Jongin memanggil dia apa?

Lay-sunbae?

Astaga! Jangan-jangan –

"Jongin-ah, berapa usiamu?" mendengar pertanyaan itu, tawa Jongin lantas semakin membahana.

Tanya usia katanya? Aigoo! Perutnya sakit! Ini lucu sekali!

"Aigooo~ sunbae! Aku sudah tau ini jebakan –"

"Aku tanya, berapa usiamu?!" sontak, Jongin langsung terdiam ketika lagi-lagi sang sunbae wakil ketua osis itu menaikan nada suaranya.

"17. Kenapa? Ulang tahunku sudah lewat dan kau tidak bisa –"

Kalimat Jongin terhenti ketika tiba-tiba Yixing jatuh ke lantai dalam posisi berlutut. Mata obsidian namja itu tampak membelalak. Mulutnya terbuka kecil dan sebelah tangannya memegangi keningnya. Ekspresinya tampak sangat amat terkejut. Membuat Jongin mengerutkan keningnya.

"Sunbae? Apa yang –"

"Astaga..."

"Apa?"

"Kau hilang ingatan..."

Dan seketika, ekspresi Jongin pun menjadi semakin bingung.

.

.

.

Petals Rain

Present

.

.

.

17 vs 24

Tell me it's just a dream

Disclaimer (c) God and Them self –I can't say it's SM because there will be other company's Idols-

Pairing: Just like usual, LayKai –its obvious right who is the seme. And another pair

Warning: au, boys love/YAOI/boyxboy, inspirasi dari drama 18 vs 29, typo(s), bunny time line alias time line lompat-lompat, aneh, gaje, gak nyambung sama dramanya, pair tidak main stream, umpatan, penyebutan nama panggilan yang didasarkan (?) pada hewan jadi sangat aneh –seperti Unicorn-sunbae sialan, Kitty pabo, Kodok menyebalkan, Naga-sunbae kesasar, Panda ajaib, Rusa-sunbae sok kecakepan, Puppy-hitam, singa setengah-setengah, de el el

Rate: T- sampai T+ or PG 15 (soalnya banyak banget umpatannya)

Genre : Romance, (Hopefuly) comedy and humor.

Enjoy

.

.

17 vs 24

.

.

.

Chapter One

17 again?

.

.

.

(Flash back mode: On)

Nara Senior High School, 11.00 am

Jam pelajaran kimia akhirnya berakhir seiring dengan berdentangnya bel pertanda istirahat makan siang akan di mulai. Jongin, serta sahabatnya, Sehun, yang kebetulan hari itu masuk ke kelas –biasanya Sehun akan selalu bolos setiap pelajaran kimia- segera bergegas merapihkan barang-barang mereka. Berniat segera meninggalkan kelas suram –menuru Sehun- tersebut dan bergegas pergi ke atap dan makan siang.

Setelah semuanya selesai, keduanya berjalan ke arah pintu hendak keluar. Niatnya sih begitu, hanya saja, begitu pintu kelas mereka buka, tanpa berpikir dua kali, mereka langsung menutup pintu geser itu lagi –dengan sangat kencang. Wajah mereka yang semula berseri-seri kini berubah menjadi pucat.

–Kalau Jongin sih tampak jelas karena begitu kontras. Sementara Sehun tidak begitu karena namja itu sudah berkulit pucat.

Loh ada apa?

"Kyaaaa! Jongin-Oppa! Kim Jongin-Oppa!"

"Oppa! Sehun-Oppa! Ayo makan siang bersamaku!"

"Ya! Sehun-Oppa hanya akan makan siang bersamaku!"

"Ya! Tidak! Dia akan makan bersamaku!"

"Terserahlah! Yang penting aku bisa dengan Jongin-Oppa!"

"Ya, Unnie! Jongin itu hoobaemu! Dan lagi! Dia hanya akan makan denganku karena aku yang paling cantik!"

"Ya! Jangan kege-eran deh!"

"Diam! Mereka berdua hanya akan makan denganku karena masakkanku lebih enak dari siapapun!"

"Apa kau bilang?!"

Yah... pokoknya... kurang lebih seperti itulah teriakan-teriakan yang bisa Jongin dan Sehun dengar dengan jelas. Sisanya, terdengar seperti suara video yang dipercepat 10 x. Benar-benar seperti orang kumur-kumur.

Ckckck... jadi ganteng dan terkenal itu tenyata ada gak enaknya ya?

"Aku rasa, kita terpaksa makan di sini deh." Ujar Jongin yang kini tampaknya sedang sweatdrop setelah mendengarkan perkataan aneh dari salah satu fangirl yang entah sedang bertengkar dengan berapa orang.

"Ne, aku rasa juga begitu." Ucap Sehun juga sama sweatdropnya dengan Jongin. Astaga, perempuan-perempuan ini benar-benar ganas juga ya kalau sedang bertengkar.

Ckckck... sepertinya, ia dan Jongin harus menghindari jejeran fans mereka untuk dijadikan pacar deh.

Mengerikan...

Beranjak dari pintu yang –syukurnya cukup kuat- memisahkan mereka dengan para fans kurang kerjaan mereka, Jongin dan Sehun pun berjalan menuju ke meja tempat mereka semula duduk. Meja di pojok ruangan, menghadap ke jendela.

"Aku tidak tau harus berapa lama lagi aku akan hidup seperti ini." Ujar Jongin seraya membuka bungkusan yang berisi kotak bekal makan siangnya yang disiapkan oleh hyungnya.

Sehun mendengus, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya seraya membuka bungkusan kotak bekal makan siangnya spesial buatan 'Dawn', secret admirer-nya –satu-satunya yang sama sekali tidak creepy alias menakutkan.

"Sabar saja, setelah kau lulus, fans kurang kerjaan itu juga pasti akan berhenti membututimu." Ujar Sehun seraya tangannya membuka tutup kotak bekal berwarna biru langit itu. Senyum langsung terpampang di wajahnya begitu ia lihat apa menu hari ini.

Yum... semuanya kesukaannya! Uaah... pasti lezat, seperti biasanya. Duh, ia jadi ingin tau siapa sebenarnya si Dawn ini!

"Tapi, bagaimana kalau mereka terlalu jatuh hati padaku dan terus membututiku bahkan setelah aku lulus?" Sehun hanya bisa menanggapi satu pertanyaan yang penuh dengan kepepercayaan diri yang terlalu tinggi itu dengan dengusan. Aigoo... ada-ada saja anak ini.

"Kepedean. Ingatlah, popularitasmu itu masih kalah dari pada para BBF keluar dari TV itu. Jadi, jangan berharap ketinggian." Jongin pun langsung mempoutkan bibirnya ketika ia mendengar hal itu.

Aish! Menyebalkan! Kenapa Sehun harus mengingatkannya soal para BBF keluar dari TV itu sih? Jongin 'kan jadi teringat kekesalannya pada sosok Unicorn jadi-jadian itu!

Ugh! Menyebalkan!

Apa? Tidak tau? Masa' drama Boys Before Flower tidak tau sih? Tau 'kan? Iya yang itu. Yang ada F4-nya itu. Bukan, bukan komputer, tapi drama. D-R-A-M-A. Oke? Ya udah.

Ya ampun... iya deh, dijelaskan dulu.

Maskudnya Sehun dan Jongin tentang para BBF keluar dari TV adalah si gank F4 –itu sebutan para fans mereka sih, merekanya sendiri lebih cocok di sebut sebagai perkumpulan hewan jadi-jadian (opini Jongin dan Sehun). Kumpulan cowok-cowok kelas 2 dan 3 –yang menurut para fans mereka sekali lagi- ganteng-ganteng dan berdompet tebal yang bisa membuat para fans pingsan hanya dengan sekali pandangan mata.

Mau kenalan? Haah... baiklah.

Pertama, ada si Naga kesasar –bahasanya sahabat Jongin dan Sehun, Tao- alias Wu Yifan alias Kris Wu alias Duizang alias blablabla terserah. Siswa kelas 3-A yang sialannya tidak hanya ganteng dan berdompet tebal, tapi juga berprestasi dalam bidang olahraga.

Sepertinya sih, tidak ada olahraga yang tidak bisa dimainkan oleh si human tower ini. Mulai dari bola besar sampai bola kecil. Dengan alat atau tanpa alat. Sendiri atau regu. Dimainkan di musim dingin sampai semi. Semua jenis olahraga bisa ia lakukan.

Makanya, Tao, yang juga ahli dan berprestasi dalam olahraga sangat amat super duper triple kesal padanya sampai tahap di mana ia hampir membenci namja yang tingginya hampir 2 m itu. Tidak aneh kalau mereka jadi musuh abadi di sekolah meskipun status mereka yang merupakan sunbae dan hoobae.

Kemudian, di kelas yang sama ada namja –yang sekali lagi kata fansnya- juga ganteng dan tampak sangat amat misterius karena dia ini barely bicara pada siapapun bahkan teman-temannya sendiri. Jung Taekwoon, atau biasa dipanggil Leo. Si Singa setengah-setengah –kata Hakyeon-hyung mereka.

Sama seperti si Naga kesasar, si Singa setengah-setengah ini juga sialnya jago banget olaraga. Terutama footsal. Tak heran kalau dia pernah jadi perwakilan timnas footsal juniornya Korea Selatan –sekarang sudah jadi bagian timnas footsal senior.

Tidak hanya itu, namja berkulit putih seperti mayat hidup –menurut Hakyeon-hyung, vampire itu ganteng, sementara ini tidak sama sekali- ini juga sialannya jago nyanyi dan punya suara yang sangat lembut dan tinggi. Bahkan, dia sukses membuat guru seni musik mereka yang terkenal sadis, Kim – eh maksudnya Lee-songsaenim –dia kan sudah menikah sekarang-, menangis.

Wow.

Sayangnya, dibalik itu semua, namja yang katanya sangat pendiam dan anti sosial ini sangat amat jahil. Menyebalkannya lagi, ia hanya jahil pada satu orang saja dan tidak secara terang-terangan.

Kira-kira siapa ya orang yang tidak beruntung itu?

Siapa lagi kalau bukan si sexy, hot, kyeopta tapi kadang ngeselin Cha Hakyeon. Si namja yang sebenarnya berstatus sebagai sahabat – aniya... mereka bukan sahabat... 'teman' semasa kecil si Pangeran Es number one itu. Ia sering tidak beruntung dan pulang ke rumah dalam keadaan kalau tidak kotor ya basah kuyup atau dengan baju seragam milik si Pangeran Es.

Benar-benar menyebalkan. Tapi, kita harus lanjut.

Kemudian selanjutnya, ada si Pangeran Es number two, Kim Myungsoo alias L. Siswa kelas 2-B yang sepertinya selalu benar kapan saja dan di mana saja.

Ini apa karena dia pintar atau memang dia selalu saja beruntung, namja satu ini benar-benar selalu benar. Setiap analisis yang ia lakukan, selalu saja menuju kebenaran yang bisa dibilang sulit di bantah. Mungkin karena dasar keluarganya adalah hukum yang sepertinya makanan sehari-harinya adalah menganalisis, si namja yang fansnya selalu mengekorinya kemana-mana ini jadi terbiasa dengan yang namanya mengalalisis masalah.

Sayangnya, sekalipun begitu, namja yang sering disamakan Sungyeol dengan rubah menyebalkan ini, benar-benar jahil kelewatan. Beda dengan Taekwoon, jahilnya anak ini benar-benar tampak jelas dan tidak pilih-pilih. Siapa saja, kalau ia sedang ingin, pasti akan jadi korban kejahilannya.

Dan hari-hari tidak beruntungnya seorang model muda Lee Sungyeol adalah hari dimana Myungsoo sedang mood menjahili seseorang. Karena itu berarti ada kemungkinan sebanyak 60% seorang Lee Sungyeol pulang dalam keadaan acak-acakan dan hampir menangis.

Kemudian, yang terakhir ada sang musuh abadi seorang Kim Jongin, yaitu Zhang Yixing alias Lay alias Unicorn-sunbae sialan, sepupu si Naga kesasar yang dulu -katanya- baru pindah 3 bulan tapi sudah jadi wakil ketua osis. Siswa kelas 2-A yang akademiknya benar-benar kelewatan.

Walaupun seharusnya dia sudah kelas 3 dan bisa loncat ke sana, si namja chinese yang punya dimple –yang kata fansnya- imut dan menggemaskan itu tetap berada di kelas 2 dan melanjutkan pendidikannya seperti air mengalir –yang langsung di tertawakan Jongin ketika ia mendengarnya.

Selain punya nilai akademik yang membuat semua orang melotot karena hampir sempurna, dia juga jago menari.

Sangat amat jago menari.

Bahkan Hakyeon-hyung, yang sering menang kejuaraan nasional, mengakuinya secara pribadi –hanya di depan Jongin, tentu saja. Sekalipun tariannya benar-benar tanpa dasar tak seperti Jongin –yang dapat kursus menari gratis dari Hyung tetangganya- , namja ini benar-benar bisa mengontrol gerakannya hingga menyatu dengan musik tanpa sekalipun kehilangan kekuatan emosinya.

Mengagumkan.

Seandainya saja sikapnya pada Jongin tidak seperti itu –suka sekali menjahilinya sampai-sampai mereka di sebut Tom and Jerry-, Jongin yakin, ia pasti sudah nge-fans pada namja itu. Sayangnya, karena ia tidak bisa baik padanya dan terus jahil, tentu saja Jongin jadi kesal dan hampir benci pada namja pucat itu.

Yah, kira-kira begitulah profile singkat dari F4 yang lebih mirip kumpulan hybrid itu (opini Jongin, Sehun dan kawan-kawan). Yang selama ada mereka di sekolah ini, baik Jongin maupun Sehun atau siapapun, tidak bisa mendapat popularitas tinggi.

Tapi, sebenarnya sih, Jongin dan Sehun sendiri tidak peduli dengan popularitas. Bagi mereka, cukup dengan lulus saja kemudian masuk universitas yang dituju, sudah cukup.

Oke, Jongin dan Sehun memang terlihat tidak peduli dengan pendidikannya, tapi sebenarnya mereka peduli kok. Terutama Jongin. Ia tidak bisa berleha-leha sekarang. Karena jalur beasiswa yang dikeluarkan oleh universitas tujuannya terbatas dan hanya yang terbaik yang bisa masuk.

Tuk

Sebuah bunyi benda menghantam kaca membuat keduanya tersadar dari lamunan sesaat mereka –yang tak mereka sadari sama sekali. Refleks, keduanya pun menengok ke arah luar jendela dan memukan dua orang namja tengah melambaikan tangan mereka.

Ah... sepertinya bantuan sudah datang.

"Hakyeon-hyung! Taemin!" seru Jongin dengan gembiranya. Dengan cepat, ia dan Sehun pun membereskan makan siang mereka.

Dengan adanya dua orang tersebut di luar, otomatis, keadaan luar sana sudah sepi. Jadi, bisa di bilang, mereka berempat akan aman dari para fans girl kurang kerjaan itu.

Syukurlah, akhirnya Sehun bisa keluar dari tempat suram bernama kelas kimia ini.

"Aku lompat duluan." Ujar Sehun seraya membuka jendela kelas. Karena untungnya kelas kimia –dan kelas-kelas lain yang berada sebelum jam makan siang- mereka ada di lantai satu dan tidak begitu tinggi, mereka bisa dengan mudah melompat keluar dan terbebas dari para fans setengah tidak waras tersebut.

Sebagai jawaban, Jongin menganggukkan kepalanya. Masih sibuk dengan kotak bekal makan siangnya. Sehun balas mengangguk juga, sebelum kemudian ia benar-benar lompat ke bawah.

Tak selang beberapa menit kemudian, Jongin akhirnya selesai membungkus bekalnya dengan aman –ia tidak pandai membungkus kotak bekal makan siang sekalipun itu hal termudah. Ia pun kemudian mengambil buku-bukunya sebelum kemudian berjalan menuju ke arah jendela dan bersiap melompat.

Tanpa menyadari bahwa Hakyeon, Taemin dan Sehun sedang melambai-lambaikan tangan mereka dengan wajah horror meminta Jongin agar tidak melompat.

Sayang, seribu kali sayang.

Hop

"Jongin, andweee!"

Bruk

"Uaaa!"

"Kyaaaaa!"

.

.

.

(Flashback mode: off)

Seoul Hospital, 10.35 am

"Loh? Sungyeol-hyung? Apa yang kau lakukan di sini? Dan –astaga! Kenapa dengan perutmu? Jangan bilang kau hamil di luar nikah!"

Sekiranya itulah komentar Jongin –yang asal ceplos- terhadap namja yang tengah mengandung 3 bulan tersebut. Membuat sang dokter berkacamarta tanpa lensa tersebut tersinggung.

"Aku di sini karena aku dokter yang akan memeriksamu dan tidak, aku tidak hamil di luar nikah. Perlu kau tau bahwa aku sudah menikah jauh sebelum dirimu dan ini adalah anak ke-2 ku." Ujar Sungyeol, sang dokter yang dengan susah payah di cari oleh Yixing, setelah mereka melakukan pemeriksaan fisik singkat.

Jongin hanya terdiam, mengangguk setengah tidak mengerti. Sejak kapan Sungyeol menikah dan punya anak? Apa ia benar-benar hilang ingatan, ya?

"Oke baiklah. Jongin-ah, kau bisa jawab beberapa pertanyaanku, kan?" Jongin mengangguk pelan. Sungyeol pun mengeluarkan sebuah pulpen dari dalam kantung jasnya dan mulai menulis sesuatu di kertas pemeriksaan yang ia bawa.

"Pertama, apa kepalamu sakit?"

"Ya."

"Di bagian mana?" Jongin pun mengangkat tangannya yang tidak terpasang dengan jarum infus ke belakang kepalanya, Sungyeol mengangguk-angguk.

"Apa yang terakhir kali kau ingat?" Jongin terdiam, kepalanya miring ke kiri dan telunjuk tangan kanannya mulai menekan-nekan bibirnya.

"Kalau tidak salah, aku sedang melompat dari jendela kelas kimia. Berusaha melarikan diri dari fans kurang kerjaanku." Ucapan tersebut pun langsung mengundang helan nafas dari Yixing yang ada di pojok ruangan. Sukses membuat Jongin mengerutkan keningnya.

Sementara Jongin kebingungan, Sungyeol mengangguk-anggukkkan kepalanya lagi seraya kembali menulis sesuatu di kertas pemeriksaannya.

"Berapa usiamu?"

"17 tahun, tentu saja. Aku masih kelas 1 awal semester 2. Kau sendiri harusnya tau... 'kan?" perkataan itu diucapkan dengan nada tidak yakin. Karena yah... Jongin sendiri juga mulai tidak yakin ada di waktu mana ia sekarang.

Sungyeol kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Dan kembali menulis sesuatu.

"Terakhir, apa kau kenal pada Zhang Renxing atau mungkin lebih akrab kau sebut sebagai Youngin?"

Tiba-tiba saja, suasana di dalam ruangan yang senyap tersebut berubah jadi tegang –entah kenapa. Jongin bisa merasakan bahwa si Lay-sunbae dan Sungyeol tampak benar-benar tegang dan siap menangis tergantung apa jawabannya.

Jongin terdiam, berusaha mengingat siapa si Renxing alias Youngin ini. Entah mengapa, nama ini terasa sangat familiar untuknya. Tapi, ia sendiri tidak bisa mengingatnya sama sekali.

Tanpa disadarinya, Jongin menggelengkan kepala.

Di saat yang sama, Yixing bangkit dari tempat duduknya dengan berisik, mengundang perhatian Jongin dan Sungyeol. Dengan diam, namja itu berjalan menuju pintu, kemudian keluar tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, atau gestur apapun. Bahkan namja itu tak menutup pintu kembali.

Jongin berani bersumpah. Ia melihat setitik air mata mengalir dari sudut mata obsidian si namja chinese.

Dan entah mengapa, ia merasakan dadanya sesak.

.

.

"Karena saat kecelakaan, kepalanya terbentur cukup kuat, Jongin kehilangan beberapa memorinya. Mungkin lebih tepatnya memori selama 7 tahun belakangan ini. Mungkin ada sesuatu yang mengganggunya ketika kecelakaan terjadi yang berkaitan dengan masa-masa 7 tahun itu sampai ingatan 7 tahun tersebut hilang atau tersembunyi di suatu tempat. Ini adalah reaksi normal tubuh untuk melindungi diri dari ingatan yang bisa membuat sakit.."

"Tapi, tenang saja, sekalipun ia melupakan ingatannya, ini tidak bersifat tetap. Hanya temporal. Dengan beberapa mengingat di sana-sini, aku yakin ia akan bisa mengingat semuanya lagi dengan baik. Kau hanya perlu membimbingnya sedikit dan bersabar, sisanya serahkan padanya. Karena itu adalah keputusannya apa ia ingin mengingat semuanya lagi atau tidak. Sekalipun aku bilang demikian, kau tetap harus mengarahkannya agar ia mau mengingatnya. Kasiahan Youngin dan oke, aku akan tutup mulut tentang masalah ini."

Sekiranya begitulah yang dikatakan Sungyeol beberapa saat yang lalu ketika namja itu mampir ke ruang inkubator ini untuk mengabarinya masalah Jongin. Sesuatu yang membuat Yixing terdiam di depan inkubator yang di dalamnya ada seorang bayi yang baru 1 minggu yang lalu terlahir ke dunia. Di depan inkubator tersebut, terdapat sebuah papan identitas –yang sebenarnya tidak perlu karena ada di ruangan tersendiri- bertuliskan data si bayi.

Name: Renxing Zhang (Youngin)

Born: date: Monday, July 14 20XX time: 21.45 KST

Height: 38,94 cm

Weight: 2,80 kg

Mom: Jongin Zhang

Jongin Zhang... Yixing membatin seraya menatap tulisan nama ibu dari bayi dalam inkubator tersebut. Yang tak lain dan tak bukan adalah bayinya sendiri. Hasil buah cintanya dengan Jongin. Bayi manis yang seharusnya disambut dengan penuh suka cita, bukan dilupakan bahkan oleh ibunya sendiri.

Sekarang, sia-sia sudah usahanya 7 tahun ini. Benar-benar sia-sia. Apa yang sudah ia lakukan, segala macam bentuk pengorbanan dan segalanya. Ia benar-benar harus memulai dari awal. Dari seorang Choi Jongin lagi.

Ck, lupakan soal Choi, ia bahkan harus benar-benar memulai dari awal sekali. Dari tahun pertama pertemuannya dengan Kim Jongin. Dari zamannya mereka berdua adalah Tom and Jerry.

Yixing tidak tau akan butuh berapa banyak waktu agar Jongin bisa mengingat semuanya. Apakah sampai nantinya Youngin sudah jadi anak-anak? Apa itu artinya Youngin tidak bisa merasakan kasih sayang dari ibunya sendiri?

Sial! Kalau jadinya seperti ini, Yixing tidak akan membiarkan Jongin pergi seminggu yang lalu. Benar-benar tidak akan.

Yixing menutup matanya, berusaha menahan air matanya. Sebelum kemudian ia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Setelah itu, barulah ia membuka matanya lagi.

"Youngin-er..." ia memanggil bayi mungil yang ada di dalam sana dengan suara lembut.

"Baba janji, Baba akan membuat Umma mengingat kita, oke? Kau jangan khawatir, ya?" ujarnya dengan suara yang masih sangat lembut seraya mengelus dinding kaca inkubator tersebut.

Senyum pun langsung mengembang di wajahnya ketika ia mendapati bayi mungilnya menggeliat kecil, merespon apa yang baru saja ia katakan.

"Baba janji, Youngin-er... Baba janji. Walau harus dengan berbagai macam cara. Bersabarlah sayang..."

.

.

.

.

.

.

To Be Continue