Assassination Classroom by Yusei Matsui
Naruto by Masashi Kishimoto
.
.
Happy reading
.
.
Beberapa tahun lalu
Anak laki-laki berambut merah itu berlari jauh ke dalam hutan, ia tak mempedulikan lagi berapa banyak pelayan yang berlari mengejarnya, ia hanya ingin sendirian.
"Tuan !"
Anak laki-laki itu menoleh dan tidak memperhatikan kemana ia berlari, kakinya tersandung akar pohon, tubuh kecilnya berguling-guling di bukit curam itu.
BUGH !
Anak laki-laki itu mulai sadar, ia mengusap-usap kepalanya, pandangannya masih sedikit kabur,ia mengamati lingkungan sekitarnya, hanya ada semak-semak, hutan itu begitu hening, hanya ada suara yang ditimbulkan daun saat tertiup angin, dan suara aliran air, sepertinya sungai berada tidak jauh dari tempat itu.
"be-berat!"
"eh ?" Bocah laki-laki itu melihat ke bawah dan menyadari kalau ia mendarat di atas tubuh seseorang. Ia segera menyingkir dan mundur beberapa langkah. Ia menatap tubuh yang tergeletak itu dengan tatapan bingung, tapi ia tidak yakin apakah anak itu laki-laki atau perempuan,ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas, tubuhnya terbaring memeluk tanah,tubuhnya kecil, sepertinya ia jauh lebih muda darinya. Tubuh itu pun mulai bergerak, perlahan ia duduk tapi masih membelakangi sang bocah. Ia juga mengusap-usap kepalanya,ia membuka topinya dan rambut panjang yang bergelombang itu pun menjuntai,gadis kecil itu pun menoleh, mata emerald nya menatap sang bocah berambut merah, gadis kecil itu mengusap matanya, mengejapkannya beberapa kali dan mulai merangkak ke arah sang bocah. Ia mengulurkan tangannya, mencoba meraih pipi si rambut merah, tapi anak itu menepisnya. sang gadis terlihat terkejut.
"maaf, tapi.." Sang gadis menunjuk pipi kanannya.
"..."
"itu... pipimu berdarah"
Si Rambut merah menyentuh pipinya, ia memang merasakan sebuah cairan yang cukup kental , ia melihat tangannya, pandangannya berubah horror, ia menutup matanya,ia benci darah, ia benci dirinya sendiri.
"jika kau begitu takut dengan darah, maka biarkan aku membersihkannya untukmu !"
Gadis kecil itu berdiri, berkacak pinggang dan terlihat bersemangat.
"Tunggu disini!" ia menunjuk bocah lelaki yang duduk bersandar di bawah pohon. Gadis kecil itu pun menghilang di balik semak. Si bocah berambut merah pun menarik napas panjang dan memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian
srak srak srak
Bocah itu langsung terjaga. Ia masih duduk, namun tangannya menggapai gapai sekitarnya, mencari benda yang dapat dilemparkan. Ia merasakan sesuatu yang kasar dan cukup berat, ia pun melemparnya ke arah semak-semak.
"ittte"
si gadis kecil itu pun muncul dari semak dengan memegangi kepalanya. Ia juga memungut batu yang dilemparkan kearahnya.
"haah kau benar-benar penuh antisipasi" Gadis kecil itu pun tersenyum lembut. Ia mendekati si Bocah berambut merah, lalu mengeluarkan 2 lembar daun dari saku celana nya.
"Tunggu ya"
Gadis itu berlari kesana kemari dan kembali dengan batu yang cukup besar, ia meleteakkan 2 lembar daun di atas batu dan mulai ia mendekati si bocah rambut merah. Ia duduk dihadapannya. Jaraknya benar-benar dekat.
"maaf, mungkin ini akan sedikit perih"
Gadis itu mengusapkan sapu tangan yang dibasahinya ke luka di pipi si bocah dengan lembut, lalu ia meniupnya, setelah itu ia menempelkan daun yang sudah ditumbuknya di luka sang bocah.
"lukanya tidak dalam, tenang saja, tidak akan berbekas"
"meskipun itu berbekas, aku tidak peduli"
"hee ? benarkah ?"
"..."
"Apa yang kau lakukan disini?"
"bukan urusanmu"
"ah, maaf"
Bocah itu menyentuh daun di pipinya.
"ah , biarkan saja untuk sementara, itu daun Anredera Cordifolia, bisa menyembuhkan luka"
"spertinya kau tahu banyak ya, berapa umurmu ?"
"aku ?" Gadis kecil itu menunjuk dirinya sendiri ia tersenyum riang.
"Tebaklah"
"lupakan kalau begitu"
"hee ? sepertinya kau lebih tua dariku, tapi kau terlalu serius" gadis kecil itu tertawa.
"aku 6 tahun" sambungnya lagi
"..." Bocah berambut merah itu tidak menjawab dan hanya memperhatikan keadaan sekitar. Entah mengapa , tapi ia merasa santai berada di dekat si Gadis kecil.
"Tunggulah sebentar"
Gadis itu menghilang di balik semak-semak, tak lama kemudian ia datang bersama beberapa tangkai bunga yang berbeda. Gadis itu kembali duduk di dekat si bocah berambut merah.
.
Hening.
.
"apa kau tersesat?"
"..."
"kalau begitu aku akan mengantarkanmu keluar hutan, aku sudah mengenal hutan ini seperti halaman belakangku sendiri hehe"
Gadis itu bangkit dari tempat duduknya dan mengulurkan tangan. Tapi bocah berambut merah itu menepisnya lagi. Ia berdiri. Sebenarnya, bocah berambut merah itu ingin berada disana lebih lama lagi, ia merasa nyaman, entah itu karena suasananya atau karena gadis kecil yang sekarang berada di hadapannya.
"kau begitu pintar di usiamu itu"
"eh ? tidak , aku hanya menyukai hal seperti ini" Gadis itu menunduk, ia berbicara dengan nada yang rendah. "terima kasih"
"apa ?"
"eh ? tidak , hanya saja kau orang pertama yang mengakuiku dan menerima hobby ku"
"bagaimana dengan keluargamu ?"
"aku memiliki empat saudara laki-laki, ayah dan ibu benar-benar menyayangiku, keluargaku benar-benar keluarga bahagia" Ia tersenyum, tapi entah mengapa , terlihat kesedihan di matanya.
"senangnya ya.."
Tiba-tiba si gadis kecil menarik lengan si rambut merah, memaksanya untuk berhenti.
Gadis itu memanggil sesuatu yang hampir terinjak si rambut merah.
"Uwah ! Kumbang tanduk rusa !" matanya benar-benar berbinar
"kau sangat menyukainya ya ?"
"tentu saja ! kumbang jenis ini cukup sulit ditemukan !" Gadis itu menempelkannya pada sebuah pohon.
"katamu sulit untuk ditemukan , lalu kenapa kau melepaskannya ?"
"aku menyukainya, tapi aku lebih senang jika ia bebas, mungkin suatu hari akan ada ratusan ekor, saat itulah aku akan menangkap salah satu dari mereka" Gadis itu tertawa riang.
Mereka pun sampai di perbatasan hutan. gadis itu menyerahkan bunga chrysanthemum berwarna ungu, dan tersenyum.
Seorang wanita datang mendekati mereka, dengan kasar ia memegang pergelangan tangan si gadis dan menyeretnya pergi.
"kaa-san"
"aku sudah seringkali memberitahumu ! jangan seenaknya pergi"
mereka berdua berhenti tak jauh dari si bocah berambut merah.
'ah sepertinya wanita itu mengkhawatirkannya'pikirnya
Gadis itu menyerahkan lavender yang dia bawa. wanita itu menerimanya.
"apa ? untuk apa benda ini ! mengganggu ! seharusnya kau belajar ! kau sadar sendiri kalau kau idiot!"wanita itu melemparkan lavender ke tanah dan menginjaknya,memukul kepala si Gadis, gadis itu tidak menangis, ia hanya menundukkan wajahnya, beberapa saat kemudian, ia tersenyum riang.
wanita itu berjalan jauh di depannya.
si gadis menengok ke belakang dan melambai , ia masih tersenyum riang. Akhirnya, sang gadis menghilang . Bocah laki-laki itu sedikit menyesal, ia tidak sempat menanyakan nama si gadis.
