Apakah engkau tau, rasanya memandang dalam gelap guritanya malam yang abadi ?

Hari-hari hanya ditemani oleh sang malam tanpa adanya setitik kilau bintang yang bercahaya.

Seakan dunia ini hanyalah sebuah ruang kosong yang tiada isi.

Antara ada dan tiada. ketika malam yang panjang bercampur kesunyian yang tiada akhir, seolah jiwa ingin meraung marah atas semua yang telah terjadi.

Namun itu hanyalah angan belaka, karena sampai saat ini, raungan itu itu tak pernah terdengar dan tak akan pernah terdengar bahkan hingga jiwa ini mulai lelah dengan raga.

Apakah yang akan engkau lakukan ?

Akankah berdiam diri hingga sang pemilik menjemput! Pasrah akan apa yang sudah ditulis oleh sang tuhan akan diri kita.

Ataukah berusaha berdiri meskipun terus terjatuh, demi meraih hak-hak yang seharusnya kita dapatakan?

.

.

.

Never Give Up

Disclaimer : Mashashi Kishimoto

.ShortFict.

.

.

.

Gemuruh hujan deras kala itu menjadikan satu-satunya penghibur malam yang melelahkan. seorang pria bersurai pirang tampak mondar-Continue didepan sebuah ruangan.

wajah tampannya tampak menyiratkan rasa kekawatiran yang tiada tara. Sesekali matanya menatap arloji yang tersemat di pergelangan tangannnya.

Sementara itu, seorang pria bersurai putih panjang sepunggung terlihat menghela napas atas kelakuan menantunya yang sedari tadi terus mondar-mandir. "duduk dan diamlah Minato! Yang kau lakukan tidak akan membantu operasi Kushina, yang ada kau hanya membuatku pusing." Seru Jiraiya dengan nada yang tegas.

Dilain pihak, pria yang bernama Minato itu terkejut atas ucapan dari mertuanya. Sedari tadi Minato terus memikirkan keadaan dari istrinya yang sekarang sedang di operasi di ruang UGD gegara terpeleset saat dikamar mandi dan yang membuatnya kawatir adalah saat itu Kushina sedang hamil, untung saja saat itu Minato tau sehingga dengan segera mungkin ia membawanya kerumah sakit.

"Maaf, aku sangat merasa kawatir saat ini." Ucap Minato pelan sekali. Kini pria bersurai pirang itu menundukkan kepalanya disebelah Jiraiya. Kedua jarinya mulai memutar-mutar seolah-olah menunjukkan bahwa ia tak bisa tenang saat ini.

Jiraiya melirik sekilas kearah minato yang sudah duduk disampingnya. Jiraiya tau bagaimana perasaan Minato sekarang, bahkan orang awam juga akan tau jika melihat gestur dan ekspresi yang ditampilkan menantunya sekarang. Jika Jiraiya ditempat Minato sekarang, tentulah ia juga akan segelisah itu.

"tenanglah minato! Didalam ada Tsunade kan, dan kau tau dia dokter seperti apa. Jadi tenanglah dan doakan keselamatan Kushina." Kalimat itu terucap dari bibir Jiraiya. Hanya kalimat itu yang bisa Jiraiya katakan saat ini, setidaknya untuk membuat menantunya tenang.

Jujur saja, Jiraiya saat ini sedang mati-matian menahan kelopak matanya agar tak terpejam. Ketika ia dikabari bahwa Kushina di operasi langsung saja ia terbang ke Osaka, padahal saat itu ia sedang meeting bisnis di Amerika. Tanpa sepatah apapun yang Jiraiya katakan, ia langsung saja pergi meninggalkan meeting itu. Jiraiya mendesah pelan, sepertinya kesepakatan bisnis kali ini akan terancam gagal.

Tak lama kemudian suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Minato dan Jiraiya. Tampak Tsunade yang keluar ruangan operasi dengan raut wajah yang tak dapat di pahami.

"Aku dapat kabar baik dan buruk! " ucap Tsunade pada mereka berdua.

"Kabar baiknya Kushina dan bayinya berhasil selamat. Namun...

.

.

.

.

.

Continue

.

.

.

"God created you to be in the are in the world to fulfil a specific mission."