Hallo Minnaa... (^o^)/
Ogenki desuka
Shera kelamaan hiatus ya? (iya)
kangen gak? (enggak)
Ini dia karya Shera selanjutnya... Special request buat Ika-chan.
Di sini Shera kasih slight pair yaitu Ino-Sai sama Neru-Hina, tapi kalo nggak ngena gomenasai yaaa...
Oh ya, Shera ikutan cospley lhooo... . (Enggak ada yang tanya)
temen" ada yang suka Cosplay juga gak? (mau tau aja apa mau tau banget?)
yaudah gomen kebanyakan pendahuluan..
~enjoy reading~
11 THINGS TO DO!
.
.
PAIR : SASU-SAKU
(SLIGHT : NARU-HINA, SAI-INO)
.
.
DISCLAIMER : Masashi-sensei (and ME, I hope)
.
.
3 December 2012
.
.
Beginning : Taruhan kita
.
.
Ini adalah abad 21. Saat dimana tekhnologi telah berkembang canggih dan segala macam alat modern digunakan. Bahkan dalam bidang pendidikan. Ilmu pengetahuan menjadi suatu hal yang dijunjung tinggi. Orang cerdas, seakan menjadi raja yang memimpin dunia.
Paragraf barusan hanyalah sedikit uraian mengenai hubungan antara Tekhnologi dengan Ilmu pengetahuan saja. Yang ingin diperjelas disini adalah, bahwa di era yang SUPER MODERN ini, masih saja ada yang namanya 'TARUHAN'.
"APA?!" pekik seorang gadis berambut merah muda yang kemudian langsung disumpal oleh tangan kedua sahabatnya.
"Kau ini berisik sekali sih, Sakura!" sahabat pirangnya menepuk dahi lebar gadis merah muda itu. "Kalau membicarakan hal seperti ini jangan keras-keras."
"Tapi itu tak mungkin!" Sakura—sang gadis merah muda—mengerutkan dahinya menatap kedua sahabatnya itu.
"Eum…kurasa benar apa yang dikatakan Ino, Sakura." Sakura melirik tajam ke arah sahabat indigo-nya. "Bila kita terlalu membenci seseorang, biasanya hal itu akan berujung pada cinta."
"Ah! Bahkan Hinata pun bicara seperti itu? Ayolah~" Sakura terlihat frustasi sambil merebahkan kepalanya di atas meja. Ino dan Hinata hanya menghela nafas sambil saling bertatapan.
Ini bukanlah rahasia lagi, bahwa Sakura Haruno dan Sasuke Uchiha adalah musuh bebuyutan. Semua berawal dari ujian masuk Konoha High School International a.k.a KHSI, mereka sama-sama menempati posisi pertama dengan perolehan point yang sama persis. Tapi karena Sakura perempuan, maka Sasuke yang lelaki lah yang menjadi perwakilan pada upacara penerimaan murid baru.
Semua tak selesai sampai di sini saja, dalam ujian atau perlombaan lainnya Sakura selalu jadi yang nomor dua setelah Sasuke. Hal itu membuatnya kesal hingga pernah ia menantang terang-terangan di hadapan Sasuke untuk mengalahkannya. Nyatanya, sampai sekarang ia belum juga menyandang gelar 'juara pertama'.
"Lagi pula, siapa juga yang bakal menyukai cowok pantat ayam itu." keluh Sakura sambil memajukan sedikit bibirnya.
"Siapa yang kau sebut pantat ayam?" sebuah suara sontak datang. Sakura segera menoleh ke belakang tempatnya terduduk dimana sesosok laki-laki berpostur tinggi dan proporsi yang sempurna tengah berdiri.
"Seseorang dengan rambut raven yang mencuat kebelakang seperti pantat ayam." Sahut Sakura dengan nada mengejek. Perlahan ia membalikkan tubuhnya dan berdiri tepat di hadapan laki-laki itu.
"Dan… ngomong-ngomong, kau mirip dengan ciri-ciri itu, Sa-su-ke."
Sasuke menaikkan sebelah alisnya. Wajahnya masih sama datarnya. Melihat Sakura nampak 'sok' di hadapannya, ia pun menyeringai.
"Ah, rasanya… aku juga tak asing denganmu. Kau seperti—" Sasuke sengaja menggantungkan kalimatnya. "Si nomor dua itu."
.Ctar.
Ucapan Sasuke mengobarkan kemarahan yang ada pada diri Sakura. Itu adalah kata sacral baginya. Perempatan amarah terukir di setiap sudut dahi lebarnya. Sakura menatap tajam lelaki di hadapannya ini. Sasuke yang ditatapnya hanya menyeringai penuh kemenangan, ia memang sangat senang bila bisa membangkitkan emosi Sakura.
"SIAPA YANG KAU SEBUT NOMOR DUA, UCHIHA-SAN?!" Sakura menaikkan nadanya sambil menatap datar ke arah Sasuke.
"Seseorang yang memiliki dahi lebar, dada rata, perut buncit, tubuh pendek, dan… apa lagi ya…" Sasuke menyunggingkan senyum sindirannya. Membuat amarah Sakura semakin menjadi.
"Dengar ya, Uchiha Sasuke." Sakura menunjuk tepat ke wajah Sasuke, membuat Sasuke harus memundurkan sedikit tubuhnya agar tak terkena telunjuknya itu.
"Mari kita bertanding!" Sakura berseru. Sasuke hanya menatapnya sambil menaikkan sebelah alis, sama seperti yang dilakukan kedua sahabat Sakura dan kedua sahabat Sasuke di belakangnya.
"Siapapun yang bisa mendapatkan peringkat pertama di ujian musim panas 2 minggu lagi, ia boleh mengajukan permintaan kepada pihak yang kalah." Sakura menyeringai yakin. Materi ujian musim panas nanti adalah materi yang sudah sangat dikuasainya. Dan ia yakin ia pasti bisa mengalahkan Sasuke kali ini.
"Hey, hey, kalian ini, bisa kah sehari saja tak usah bertengkar?" seorang lelaki berambut kuning segera mengambil posisinya di sebelah Sasuke.
"Emosi bisa mengurangi kadar kecantikan lho, Sakura-chan." sesosok lelaki berkulit pucat dengan senyuman di wajahnya berdiri menyela percakapan mereka.
"Tak apa, Naruto, Sai." Sahut Sasuke melambaikan tangannya memberi kode kepada kedua sahabatnya itu. "Ini cara kami berkomunikasi kok."
"Apa-apaan kalian! Hey Sasuke, ingat petandingan kita di ujian musim panas 2 minggu lagi!" setelah mengucapkan kalimatnya Sakura bergegas pergi keluar kelas dan diikuti oleh Ino dan Hinata.
"Padahal aku belum menyetujuinya." Sasuke mendengus pelan sambil melihat kepergian Sakura.
-ooOoo-
Di dunia ini tak ada yang sempurna bukan?
Bahkan untuk sang primadona KHSI, Sakura Haruno. Meski ia memiliki hampir seluruh hati pada lelaki di sekolah. Meski ia menjadi murid teladan. Meski ia puja-puja. Tentu saja diatas langit masih ada langit. Diatas Sakura, masih ada Sasuke.
.Klak.
Coklat itu digigit kasar oleh Sakura. Ia masih sebal. Entah sebal karena ia tak bisa membeli kue manis kesukaannya di kantin yang penuh, atau karena ia selalu tak bisa mengalahkan Sasuke.
"Kali ini kau mau apa, Sakura?" Ino memandang bosan ke arah sahabatnya yang sedang ngedumel tak jelas itu.
"Aku pasti akan mengalahkannya kali ini!" sahut Sakura sambil kembali menggigit coklat-nya.
"Aku akan mendukungmu, Sakura. Kau pasti bisa." Hinata mencoba memberi semangat.
"Tapi aku juga tak habis pikir. Kau cantik, Sasuke tampan. Kau pintar, Sasuke pun pintar. Kau popular, Sasuke pun popular. Kalian bisa mendapatkan nobel dengan menjadi pasangan tersempurna." Ino menerawang sambil sesekali dibalas anggukan setuju dari Hinata.
"Apa?! Siapa juga yang mau pacaran dengannya!" Sakura makin mendengus kesal.
Ino sejenak terdiam. Lagipula ia tak menyebut kata 'pacaran'. Namun tiba-tiba ia sepertinya mendapatkan suatu ide. Sesaat Ino dan Hinata bertatapan seperti sedang bertukar pikiran. Setelahnya mereka tersenyum penuh arti.
"Hey Sakura." Sakura menatap Ino yang kini tersenyum-senyum mencurigakan.
"Mari kita bertaruh."
.Klak.
Bersamaan dengan ucapan Ino, Sakura kembali menggigit coklanya. Ia menatap Ino sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Bertaruh?"
"Iya, mari kita bertaruh. Kalau kau bisa pacaran dengan Sasuke, maka kami akan mengakui kehebatanmu. Karna itu berarti Sasuke bisa kau takhlukkan, bukan?"
Sakura membelakan matanya. Coklat yang tadi dipegangnya sampai jatuh ke lantai ketika mendengar ucapan Hinata. Kini Hinata dan Ino sama-sama tersenyum memandang Sakura.
"Apa?! Tidak! Aku tidak bisa!" Sakura menolak tegas ucapan kedua sahabatnya itu. Ia bangkit dari duduknya dan menatap tajam ke arah Ino dan Hinata.
"Sakura, aku tak menyangka ada juga hal yang tak mungkin kau lakukan." Sahut Ino sambil berdiri di hadapan Sakura. Sakura hanya melontarkan tanda tanya di wajahnya ketika menatap Ino.
"Iya benar. Kupikir kau adalah gadis yang bisa melakukan apa saja. Ternyata kau semudah itu dikalahkan oleh Sasuke." Hinata ikut-ikut bangkit. Sakura menatap bergantian ke arah kedua sahabatnya.
"Apa maksud kalian? Tentu saja aku bisa melakukan hal apapun!" pekik Sakura sambil memajukan bibirnya. Ia kesal, tapi ia sebenarnya juga mengakui hal itu. Namun sifat Sakura yang tak suka kalah membuatnya harus menutupinya.
"Kalau begitu buktikan kepada kami. Dan ingat, jangan ada kebohongan."
Sakura terdiam. Ia tahu betul kalau kedua sahabatnya ini sedang mengujinya, tapi sebenarnya ia juga ingin mengalahkan Sasuke. Hal ini mungkin bisa menjadi batu loncatan untuknya. Tapi… Bukankah hal ini akan melukai hati Sasuke bila ia sampai mengetahuinya?
"Bagaimana, Sakura?" ucapan Hinata membuyarkan lamunan Sakura. Apa boleh buat, kalau sudah begini Sakura harus—
"Baiklah."
—menyetujuinya.
-ooOoo-
"Aaaaargh~" sudah entah keberapa kalinya Sakura memekik frustasi di depan meja belajarnya. Untungnya ia tinggal sendiri jadi tak ada yang merasa terganggu akan teriakannya, kedua orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil.
"Apa yang harus kulakukan?" Sakura sudah buntu. 2 minggu lagi ia akan bertanding dengan Sasuke untuk memperebutkan posisi pertama, tapi bukan hal itu yang membuatnya frustasi.
'Mari kita bertaruh. Kalau kau bisa berpacaran dengan Sasuke, kami akan mengakui kehebatanmu.'
Yup. Ucapan Ino lah yang membuatnya tak bisa berpikir dengan benar. Bahkan buku paket matematika yang sedari tadi terbuka menunggu untuk dibaca pun sama sekali tak disentuhnya.
'Mati aku. Aku tak mungkin menarik ucapanku. Tapi kalau aku gagal dalam taruhan itu… aku yakin Ino dan Hinata pasti akan semakin jahil padaku. Uh~'
Sakura mengacak-acak rambutnya. Tiba-tiba saja seseuatu tengah menggelitik kakinya. Sakura menoleh, dan ia langsung tersenyum mendapati sosok itu adalah kucing kesayangannya.
"Chii~" Sakura mengendong kucing Persia putih peliharaannya itu. Kucing itu adalah satu-satunya yang menemaninya tinggal di rumah itu. Meski Sakura hanya mengontrak, tapi dengan berbagai rundingan Sakura diizinkan untuk memelihara kucingnya, Chii.
"Apa yang harus kulakukan, Chii~?" Sakura mengelus pelan bulu lembut Chii. Tapi tak lama tiba-tiba Chii meloncat naik ke meja belajar Sakura dan duduk menghadap ke arah Sakura.
"Miaw~" Chii mengeong sambil masih serius menatap majikannya itu. Ekornya sesekali bergoyang mencari perhatian.
"Hmm…? Chii?" Sakura menatap ke arahnya. Sakura dan Chii sama-sama terdiam beberapa saat. Namun tak lama mata Sakura tiba-tiba membulat.
"Ah!" Sakura bangkit dari tempat duduknya. "Benar juga! Kalau aku bisa memenangkan pertandingan dengan Sasuke, ia akan menuruti permintaanku. Dan aku tinggal memintanya menjadi pacarku!"
Sakura tersenyum penuh keyakinan. Dan suara 'meong'an Chii kembali membuyarkan lamunan Sakura. Membuat Sakura menarik Chii kepelukannya dan menari-nari sambil berguman tak jelas.
-ooOoo-
Suasana begitu tegang. Pensil sudah berada di genggaman, penghapus dan segala yang dibutuhkan telah tersedia, tinggal menunggu datangnya lembaran putih berisikan huruf-huruf dan angka-angka yang bagaikan mantra bagi para siswa.
"Semua telah mendapatkan soalnya? Kalau begitu silahkan mulai dikerjakan!"
Ucapan guru matematika, Iruka-sensei membuka pekikan frustasi dari murid-murid yang sebentar lagi pasti akan tumbang melihat soal yang ada di hadapan mereka ini. Ada yang sekarat (?), ada yang berdoa (?), ada yang mulai menggunakan jurus mengarangnya (?), ada pula yang sudah diambang hidup-mati (?!).
Yah, tapi itulah nuansa-nuansa ujian bukan?
2 jam berlalu dengan cepatnya. Meski itu untuk orang-orang yang tak bisa mengerjakan soal namun tetap berusaha. Tapi bagi murid-murid ber-IQ tinggi seperti Sakura mengerjakan soal seperti itu hanya butuh waktu 15 menit saja cukup. Sakura keluar dari ruangan sambil tersenyum bangga.
"Soal tadi benar-benar membuatku hampir gila!" Naruto memekik keras sambil mengacak-acak rambut jabrik kuningnya.
"Bukankah kau memang sudah gila?" Sai tersenyum ke arah Naruto yang kini menatap tajam ke arahnya seakan mengatakan—kau-cari-mati-ya—.
"Hey, tanggal 12 itu kapan?" sahut Sasuke tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari selembar kertas berisikan not-not balok yang ditulisnya.
"Hm? Kalau tak salah… hari Sabtu ya? 3 hari lagi?" Naruto mencoba menerawang.
"Hari itu bertepatan dengan jadwal pameranku. Kau juga ada acara?" pertanyaan Sai hanya dibalas oleh anggukan Sasuke. Sai melirik ke arah Sasuke yang masih serius menulis.
.Brak.
Tiba-tiba saja sebuah tangan menggebrak meja tepat di atas kertas Sasuke. Membuat perhatiannya berpaling ke arah pemilik tangan mungil itu. Dan benar saja, tak ada yang bisa seberani ini kepada Sasuke kecuali,… Sakura Haruno.
"Jadi…?" Sasuke menatap malas ke arah gadis merah muda di hadapannya yang kini tersenyum penuh kemenangan. Ia sudah bisa menebak apa yang akan diucapkan oleh bibir mungil itu.
"Apa kau sudah tahu hasil ujian hari ini?"
"Hn"
"Berapa point-mu?" Sakura masih menyunggingkan senyumannya. Sai dan Naruto hanya saling bertukar pandangan.
"214"
Senyuman Sakura kembali mengembang di wajahnya. Ia mengambil sesuatu dari sakunya dan membukanya perlahan.
"Point ku 215! Dan aku pemenangnya! Ha ha ha!" Sakura melonjat kegirangan sambil memamerkan lembaran berisikan hasil perolehan point-nya. Ekspresinya begitu bahagia. Terang saja, ini pertama kalinya ia bisa mengalahkan rival terkuatnya, Sasuke Uchiha. Kini ia takkan lagi disebut 'si nomor dua' kini ia lah sang juara.
"Jadi? Apa permintaanmu?" tanpa basa-basi Sasuke tahu kalau Sakura datang untuk menagih atas taruhan mereka waktu itu. Sakura sedikit kesal saat respon Sasuke begitu biasa-biasa saja, bahkan kini Sasuke sudah kembali ke posisi awalnya sambil berkitik dengan kertasnya lagi.
"Baiklah! Kau harus menjadi pacarku!" sahut Sakura penuh penekanan.
Hal itu membuat Sai dan Naruto membulatkan matanya lebar-lebar. Untung saja mereka sedang berada di halaman belakang sekolah yang sepi, sehngga tak ada yang akan menyoraki mereka dengan heboh. Sasuke pun mendadak mengehentikan kegiatannya. Tubuh mereka terpaku seketika.
"Dan kau harus menurutinya." Tambah Sakura. Ia tersenyum puas. Kali ini ia pasti akan memenangkan pertaruhan dengan mudah. Sungguh, ini pasti hari keberuntungannya…—
"Tapi untuk menjadi orang yang kusukai…" Sasuke menggantungkan kalimatnya. Ia berdiri menghadap Sakura yang kini menatap bingung.
"Ada 11 hal yang harus kau lakukan."
—atau mungkin tidak.
"Apa?! Jangan macam-macam kau ya. aku adalah pemenangnya di sini!"
"Yah, terserah. Tapi setiap orang punya kriteria-nya sendiri kan. Lagipula cinta kan tak bisa dipaksakan. Kau mau aku hanya berpura-pura menyukaimu? Dan status pacaran kita hanya omong kosong? Lantas untuk apa kita pacaran?"
.Jleb.
Kata-kata Sasuke sungguh menusuk tepat di jantung Sakura membuatnya tak bisa sedikit pun membantah ucapannya. Memang benar, bila semua dilakukan dengan terpaksa maka itu hanya omong kosong saja. Tapi kalau ia tak membuat Sasuke menjadi pacarnya, maka pertaruhan dengan Ino dan Hinata akan gagal. Ia sudah bisa mengalahkan Sasuke, tinggal sedikit lagi maka Ino dan Hinata pun akan mengakui kehebatannya.
"Engh~ Baiklah."
Sasuke menyeringai. Sepertinya ia yang memegang kendali di sini. Sakura yang memenangkan pertaruhan ini, tapi Sasuke bisa mengendalikannya dan membalik keadaan.
"Lalu apa yang harus kulakukan?"
"Aku akan memandumu melakukannya satu per satu. Dan ingat, kalau kau tak bisa melakukannya, berarti kita selesai sampai di situ."
"Engh~ Yeah." Sakura membuang mukanya pasrah.
"Ah, iya. Ini…" Sasuke memberikan selembar tiket kepada Sakura. "Tanggal 12 nanti datanglah ke tempat ini. Hal pertama yang akan kau lakukan ada di tempat ini."
Sakura mengamati tiket yang diberikan Sasuke. Bar yang menyelenggarakannya merupakan bar yang cukup ternama. Pasti harga tiket ini mahal, tapi tak heran seorang Sasuke bisa mendapatkannya. Toh ia berasal dari keluarga Uchiha yang mewah itu. Memang sih, KHSI hanya bisa dimasuki oleh orang-orang berkelas atas, tapi Sakura bisa mendapatkannya dengan beasiswa.
"Ingat, kau harus datang tepat waktu." Ucapan Sasuke menjadi penutup percakapan mereka. Sasuke melangkah pergi diringi dengan Naruto dan Sai di belakangnya.
Orang pintar kalah dengan orang beruntung. Tapi orang cerdas, bisa mengendalikan keberuntungan.
Yah, mungkin itulah pepatah yang tepat untuk situasi Sakura saat ini.
-TBC-
gimana nih awalannya?
Keep or delete?
Ada saran lagi buat alur crita selanjutnya?
Tulis aja ke review yaa...
Ntar Shera pertimbangin...
Keep trying my best!
~Shera~
