Sudah sejak sejam yang lalu, gadis itu terdiam di bangku kosong itu. bangku yang biasanya dipenuhi oleh anggota Recon Troops yang berdiskusi, kini kosong. Sepi, senyap. Hanya gadis itulah yang berada disana. Menyendiri, sambil menggoresi secarik kertas dengan pena yang disapukan lembut jemari indahnya. Petra Rall, salah satu anggota Recon Troops. Pasukan militer Scouting Legion, yang rela mengorbankan nyawa menantang maut melawan para Titan yang mengerikan demi kelangsungan hidup manusia. Ia menarik kedua sudut bibirnya dan tersenyum pahit, mengingat bagaimana histerisnya orangtuanya saat ia mengatakan akan bergabung dengan Recon Troops. Ya, Petra merupakan seorang gadis yang kuat. Kuat dalam mencapai ambisinya. Kuat dalam membuktikan keinginannya. Dan… kuat demi orang itu
.
.
.
.
" sedang apa?" Sasha mendekati Petra yang hanya menoleh sesaat lalu kembali meneruskan aktifitasnya. Petra hanya tersenyum simput, tanpa menoleh kea rah Sasha. Gadis berambut coklat dan dikuncir kebelakang itu memperhatikan secarik kertas yang sedari tadi terus disapukan tinta oleh tangan Petra. Sasha mengerutkan dahinya " Surat untuk siapa?". Kali ini pertanyaannya digubris oleh Petra. Ia menoleh dan kembali tersenyum pada Sasha " untuk orangtuaku". Sasha berpikir sejenak, lalu mengangguk mengerti.
" semua sudah berkumpul, sebaiknya kau juga pergi kesana" Sasha mengalihkan pandangan ke suatu ruangan yang cukup besar, dan tengah dipenuhi pasukan militer itu. walau jarak mereka dari ruangan itu cukup jauh, mereka bisa mendengar atau melihat kegaduhan yang biasa. Petra melipat kertas itu, dan memasukannya kedalam sakunya. Dan berjalan bersama Sasha menuju ruangan itu.
Pemandangan yang dilihat Petra disana sudah bisa ditebak. Kegaduhan yang luar biasa namun sudah biasa. Inilah pasukan militer angkatan ke 104. Kalian takkan bisa membayangkan kalu ini pasukan militer. Petra mulai mengedarkan pandangan kesekeliling.
Di pojok sana Eren dan Jaen bisa dilihat tengah beradu jotos(lagi). Disisi lain walik ketua Hanji Zoe, tengah menertawai rambut baru Christa yang membuatnya makin mirip Armin. Didepannya ia dapat melihat suasana yang tidak enak disekitar Mikasa dan Annie, yang sedari tadi saling berpandangan. Dan… dipojok lain, duduklah seorang pria dengan santai dan wajah malas memperhatikan keadaan sekitar. Petra memandangi pria itu, dan tertawa sejenak. Sungguh ia tak menyangka. Levi Rivaile, orang yang selalu ia idamkan bisa menjadi ketua timnya. Dan dimana Petra juga menaruh hati pada Heicounya yang berdarah perancis itu. Sasha hanya bisa terheran-heran melihat Petra
" ADUHHH!HEI!" tiba – tiba Sasha berteriak dan membuat semua mata diruangan tersebut memandanginya. Dipipinya segumpalan kentang menempel bagai permen karet. Semua orang berusaha menahan tawa, kecuali Connie orang yang melempar kentang hanya bisa tertawa lepas sendiri. Namun ia harus menanggung akibat karena sudah bermain – main dengan Sasha. Akhirnya dua orang itu saling kejar – kejaran yang membuat tawa satu ruangan pecah.
Petra tertawa pelan, lalu berjalan menuju tempat Levi berada. Levi menoleh kearah Petra. "ada apa?" pertanyaan yang terkesan dingin memang, namun bagi Petra itu saja membuatnya sangat senang. Petra hanya melempar senyum terbaiknya kepada Levi, dan duduk berlawanan arah dengan Levi. Levi dibuat bingung oleh Petra, walau semua itu ditutupi oleh wajah stoic dan super dinginnya. " Saya mau minta izin pada Heicou untuk pergi menemui orangtua saya, mulai besok sampai tiga hari kedepan" pernyataan Petra kali ini terdengar serius. Levi agak tersentak, namun segera ia mengangguk mengerti. "Pergilah". Mendengar itu Petra langsung berdiri, dan bersiap meninggalkan Levi.
Baru saja ia akan pergi, sampai tangan Levi menggenggam tangannya. Petra tersentak lalu menoleh." Heicou?". Levi menarik tangan Petra, sehingga Petra kembali terduduk. Levi menyondorkan sepotong roti pada Petra. "makan" . " eh… tapi ini kan bagian Heicou. Aku tak mungkin…" Levi langsung mengambil tangan petra dan menaruh roti itu disana. Wajah Petra memerah, " makan" untuk kedua kalinya Levi mrngucapkan kata yang sama. Petra hanya tersenyum, dan membagi roti itu menjadi dua. " kalau aku makan, berarti hecou juga harus makan" kata Petra sambil memberikan separuh roti itu pada Levi. Awalnya Levi tak mau mengambilnya, namun akhirnya ia ambil juga roti itu
keesokan harinya, Petra telah siap untuk pulang mengunjungi orangtuanya. sebelum ia berangkat, Sasha menghampirinya. " Kenapa kau tak jadi mengirim surat itu, dan sekarang malah memilih untuk menemui mereka secara langsung?" tersirat kesedihan dikata - kata Sasha itu. Petra hanya tersenyum lembut ke arah Sasha. " karna aku sudah rindu pada mereka". Sasha langsung menghambur kepelukan Petra. disusul yang lainnya. kini, dalam sekejap petra telah berada di kerumunan orang yang memeluknya." hei... aku hanya pergi selama tiga hari, setelah itu aku akan kembali kesini" Petra salah tingkah dengan keadaan ini. dibalik kerumunan itu, dapat ia lihat Levi tengah memperhatikannya. " jaga dirimu" bisikan pelan itu masih dapat didengar telinga Petra. Petra melempar senyum ke arah Levi. setelahnya ia langsung menunggangi kudanya, menuju rumahnya. diperjalanan ia membayangkan bagaimana reaksi orangtuanya saat ia pulang. karena ia memang sengaja tidak memberi kabar.
dibukanya pintu rumah tua itu." Tadaimasu". kedua orang penghuni rumah jelas tersentak lalu mata mereka tertuju ke arah pintu depan. disana berdiri putri semata wayang mereka yang telah lama tak kunjung pulang. Petra langsung berlari menuju pelukan kedua orangtuanya itu. air mata menetes dari ujung matanya. begitu juga sepasang suami istri itu. kerinduan Petra selama ini sirna begitu saja, kekhawatiran orangtuanya telah terbayar. semua kepedihan dan penderitaan yang telah mereka pendam sudah tiada.
" hei... kenapa kau tak memberi kabar akan pulang?" ayah Petra melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya. " hm... kejutan ?" Petra tersenyum memamerkan deretan giginya. ayah dan ibunya pun ikut tertawa sambil mengusap kepala putri mereka itu. mulai hari ini dan tiga hari kedepan, Petra bisa bersama orangtuanya. selama tiga hari ia bisa bebas dari maut, tidak berhadapan dengan para Titan yang mengerikan. dan selama tiga hari itupun Petra harus menahan rindu pada orang yang ia cintai.
Tiga hari berlangsung dengan cepat. kini waktunya Petra kembali ke markas Recon Troops. kembali mengabdi pada negara. mau tak mau, orangtua Petra harus melepas kepergian putri tercintanya untuk kembali menantang maut. mempertahankan populasi manusia. Petra menunggangi kudanya meninggalkan kediaman orangtuanya, walau harus berceceran air mata
di sana ia dapat melihat segerombolan pasukan militer tengah berkerumun di depan markas. dari balik kerumunan itu, Sasha berlari dan langsung memeluk Petra. dan tak lama kemudian keadaan menjadi sama seperti saat ia akan pergi tiga hari lalu. ia terhimpit oleh pelukan pasukan militer yang merindukannya. didepan pintu, ia melihat Levi tengah tersenyum tipis kepadanya. inilah sisi lembut Levi yang hanya ia tunjukan pada Petra seorang. Petra menghampiri Levi. dan menyilangkan tangan kanannya didepan dada. memberi hormat kepada Heicounya itu. Levi hanya menanggapinya dengan anggukan. lalu berlalu meninggalkan Petra bersama gerombolan orang disana.
malam harinya, sama seperti malam dimana ia duduk di bangku beberapa hari lalu. kini ia terdiam disana lagi. sendiri, sepi, walau ditemani langit cerah penuh bintang. tetap saja tak mengubah suasana dingin yang menusuk kulit. hanya saja, kali ini dia tak menulis surat. malam ini dia bahagia. masih dapat ia ingat wajah Levi yang memberinya senyum lembut. hanya kepadanya, hanya untuknya, dan hanya didepannya. membayangkannya membuat wajah Petra terasa panah. dapat ia rasakan saat ini pipinya mulai bersemu merah.
" Petra!" tiba - tiba Sasha kembali muncul di malam yang sama seperti waktu itu. Sasha duduk disamping Petra ikut menikmati dinginnya angin malam ditemani langit cerah penuh bintang. mereka berbincang sesaat mengenai takdir dan cinta. sampai saat Sasha tersentak dan mengingat sesuatu." hei... Petra! kudengar sehari seletah kepergianmu Levi Heicou mencium Hanji di belakang. gosip itu langsung menyebar' Sasha membuka sebuah pembicaraan dimana pasti membuat hati Petra sakit. Petra menoleh." benarkah?" kini mata Petra membulat sempurna. " aku tak yakin. tapi itu yang digosipkan. dan coporal cebol itu tak pernah mau menjawab" Sasha memutar bola matanya bosan. memang tak ada yang tahu tentang perasaan Petra kepada levi. tapi... ini membuat hati Petra sakit.
Petra langsung berdiri meninggalkan Sasha yang kebingungan. ia menuju kamarnya, merebahkan tubuhnya dikasur. mencoba mencerna kata - kata Sasha barusan. dadanya terasa sesak. ia tak bisa berpikir lurus. pikirannya kacau, entah kemana ia tah tahu. yang ia pikirkan hanya satu. Levi
Keadaan di ruang makan mendadk sepi sejak gosip itu menyebar. semua orang beradu dengan pikirannya masing - masing. Levi hanya menatap bosan keadaan sekitarnya. dibandingkan keadaan yang biasanya ribut, ini jauh lebih menjengkelkan. ia mengutuk orang yang sudah mengumbar gosip tak benar itu. ia mengedarkan pandangannya. mencari sosok Petra, karena ia akan lebih badmood lagi kalau tidak ada Petra yang menenangkannya. tapi ia tak menemukannya. ia kembali mendengus kesl dengan semua ini. " Petra dimana ?" Mikasa bertanya pada Sasha yang berada tak jauh dari Levi . yang tetu saja bisa didengar oleh Levi. " tadi dia berjalan menuju kamar, lalu tak kelur - keluar" Sasha menjawab dengan nada agak khawatir." mungkin ada masalah di keluarganya". Levi terkejut. tak biasanya Petra yang ceria dan periang, bisa jadi pemurung seperti itu. karena khawatir Levi pun pergi meninggalkan tempat itu. " mau kemana Heicou ?" Irvin muncul didepan Levi. Levi hanya meliriknya dengan ekor mata. " ke sutu tempat" Irvin hanya geleng - geleng. sungguh menyedihkan melihat Levi menjadi lebih sensitif dari biasanya.
Levi memutar kenop pintu. mengedarkan pandangan ke hamparan kasur yang jumlahnya raturan. didapatinya sosok Petra tengah berbaring di tempat tidurnya. Levi mendekati Petra. tiba - tiba langkahnya terhenti tatkala samar - samar terdengar isakan tangis. Levi melihat sekeliling memastikan tak ada orang lain di ruangan itu. jadi, Petra menangis?. Levi mendekati Petra dan benar saja Petra tengah terisak. " Petra" suara berat itu menejutkan Petra. segera ia bangkit. betapa terkejutnya ia menemukan Levi disana. dengan cepat ia menyeka air matanya. " ada apa Heicou?" Petra mencoba tersenyum walau jelas terlihat itu senyuman yang dipaksakan. " kenapa kau menangis?" suara Levi masih dingin seperti biasa. "tak ada apa - apa" Petra kembali mencoba tersenyum sebisa mungkin agar terlihat normal, namun tetap saja itu terasa pahit. " katakan" nada Levi makin lama makin memerintah. Petra sudah tak tahan lagi. dadanya kembali sesak. air mata sudah menggenangi pelupuk matanya. tak lama lagi air matanya akan tumpah membanjiri pipinya. tanpa pikir panjang Petra langsung mencium Levi
TBC
maaf ficnya agak gaje
maklum ini fic petrama saya
jadi mohon dimaklumi
minta reviewnya ya
pasti saya balas
asal sabar menunggu ^.^
