Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: Typo, ooc dan kawan-kawan

Summer Holiday

Liburan musim panas adalah saat yang paling ditunggu-ditunggu. Selain cuaca cerahnya yang mampu menebarkan semangat, pada saat inilah setiap keluarga dapat menikmati kebersamaan secara utuh; seperti keluarga Uzumaki.

Saat ini, keluarga kecil itu sedang menikmati masa liburan di rumah minimalis mereka, tepatnya di ruang keluarga. Ruangan yang didominasi warna cerah tersebut –mulai dari cat dinding berwarna kuning lembut sampai karpet tebal berwarna merah muda– kini dihuni oleh seorang anak laki-laki berambut pirang –Uzumaki Hoshi– serta seorang gadis kecil berambut merah –Uzumaki Ayumi.

Si gadis bermata biru yang saat ini sedang membaca majalah anak-anak sambil tidur-tiduran di atas karpet, tiba-tiba mengubah posisinya. Ia berdiri dan berjalan beberapa langkah menuju adiknya yang sedang duduk di sofa, sambil membawa majalahnya. "Hei, Hoshi. Bantuin aku, dong," ujarnya.

Hoshi mengalihkan pandangannya dari layar televisi dan bertanya, "Bantu apa?"

Ayumi mengangsurkan majalah tersebut ke depan wajah adiknya, menampakkan satu halaman yang dipenuhi oleh gambar berwarna-warni. Mata hijau Hoshi menelusuri gambar-gambar tesebut dengan saksama.

"Camping?" tanya Hoshi, ketika indra pengelihatannya menangkap gambar anak-anak yang sedang berkeliaran di sekitar tenda-tenda mungil.

"Yup! Aku mau camping," jawab gadis itu lantang.

Anak laki-laki berambut pirang itu memiringkan kepalanya, bingung. "Terus kakak mau minta bantuan apa?"

Menepuk keningnya keras-keras adalah respon yang diberikan Ayumi. Tanpa menunggu lama, ia pun menjelaskan, "Kau harus membantuku membujuk ibu, Hoshi. Kalau aku yang meminta izin pasti nggak diizinkan. Kau kan anak kesayangan ibu"

"Hm … bantu gak, ya? Malas, ah," ujar Hoshi sambil pura-pura tidur.

"Ugh! Kau itu menyebalkan!" Ayumi langsung membanjiri lengan adiknya dengan cubitan mautnya.

"Aw! Oke, oke. Tapi nanti traktir aku makan ramen, ya?" pinta Hoshi sambil menyeringai jahil.

Gadis berkulit putih itu memalingkan wajah menanggapi perkataan adiknya. Adiknya itu memang selalu menyebalkan dan agak manja kalau dimintai bantuan. "Oke," jawabnya singkat sambil mengerucutkan bibirnya.

"Nah, gitu dong." Cengiran jahil tecetak di wajah tampan Hoshi. Ia menjulurkan lidah ke arah kakaknya, kemudian beranjak menuruni sofa, diikuti oleh Ayumi.

"Mau kemana?" Ayumi bertanya.

"Tentu saja ke dapur. Ibu pasti sedang memsak sarapan," jelas Hoshi panjang lebar.

Setelah Hoshi sampai di dapur dan menemukan ibunya, Ayumi segera bersembunyi di dekat dinding dapur. Kalau dirinya ikut masuk, pasti ibunya akan curiga dan langsung tahu rencana jahilnya.

"Ibu …" panggil Hoshi, ketika dirinya berada di dekat sang ibu yang sedang menata berbagai macam hidangan di atas meja makan.

Wanita bernama lengkap Uzumaki Sakura itu berbalik dan tersenyum lembut. "Halo, Hoshi."

"Bu, aku boleh minta sesuatu, nggak?" tanya anak laki-laki berkulit putih tersebut. Ia melirik ke arah kakaknya yang sedang mengintip, sambil mengacungkan jempolnya.

"Mau minta apa?" tanya Sakura, setelah dirinya mendudukkan diri di kursi meja makan.

"Um … aku ingin camping," ucap Hoshi.

Wanita berambut merah muda itu menatap putranya heran. Aneh, biasanya Hoshi tak pernah mengajukan permintaan macam-macam seperti itu. Apalagi camping, Sakura tahu betul kalau Hoshi sedikit manja. Jadi, mana mungkin putranya mau melakukan kegiatan 'liar' seperti itu.

"Hoshi disuruh Ayumi, ya?" tanya Sakura, sambil memandang tajam anak laki-lakinya.

"E-eh, nggak, kok. A-aku memang mau camping!" bantah Hoshi gugup.

"Ayumi, kau sembunyi di mana?" Sakura berteriak, memanggil nama putrinya. Hah … ia sudah hapal betul kebiasaan anak-anaknya. Termasuk kebiasaan Ayumi yang suka memerintah Hoshi untuk melakukan hal-hal aneh.

Takut akan kemarahan sang ibu, Ayumi keluar dari tempat persembunyiannya. Ia memasuki dapur dengan cengiran lebar yang terpatri di wajah cantiknya. Sedangkan Hoshi hanya bisa mematung di dekat ibunya.

Belum sempat Sakura mengeluarkan suaranya, tiba-tiba terdengar suara sapaan dari arah pintu dapur. "Selamat pagi, semua!"

"Ayah!" teriak Ayumi lantang. Ia langsung berlari menuju ayahnya –Uzumaki Naruto– yang kelihatannya baru bangun.

Sakura menghela napas pasrah. Pasti sekarang Ayumi akan meminta ayahnya untuk membujuk dirinya. Dan kalau sudah begitu, pasti Sakura tak bisa menolak.

"Ayah, aku mau camping, dong!" pinta Ayumi, sembari memeluk pinggang ayahnya.

"Hm?" gumam Naruto pelan.

"Aku mau camping, boleh, 'kan?" Sekali lagi, Ayumi bertanya dengan mata birunya yang berbinar-binar.

Menghiraukan pelototan istrinya, Naruto menjawab, "Boleh, kok. Tapi kita camping di halaman belakang saja, ya?"

"HORE!" teriak Ayumi dan Hoshi bersamaan. Mereka langsung berpelukan dan meloncat-loncat penuh semangat. Padahal tadi Hoshi kelihatan tak tertarik dengan ide kakaknya.

Sakura beranjak dari kursi, kemudian keluar dari dapur –setelah memberikan tatapan tajamnya pada Naruto. Tanpa aba-aba, Naruto pun mengikuti Sakura yang saat ini sedang menaiki tangga, menghiraukan putra dan putrinya yang sedang berjingkrak-jingkrak kesenangan.

"Hei, Sakura-chan. Kok ngambek, sih?" tanya Naruto, setelah mereka berada di kamar.

"Kau itu sangat suka memanjakan anak-anak, ya?" semprot Sakura ketus.

"Lho, memangnya kenapa? Ini kan memang waktunya liburan, Sakura-chan," jelas Naruto.

Alih-alih menjawab perkataan suaminya, Sakura malah memeluk Naruto dengan cepat. Pria berambut pirang itu mengernyitkan dahinya. Ia agak bingung dengan perubahan mood istrinya akhir-akhir ini, yang selalu berubah-ubah secepat kilat.

Sakura mendongakkan kepalanya, kemudian berkata, "Kau seksi sekali pagi ini."

Naruto menaikkan kedua alisnya, pertanda bingung. Tuh, kan, tadi istrinya marah-marah, sekarang dia malah, err … menggodanya.

Tiba-tiba, Sakura berjinjit dan mencium bibir Naruto. Walaupun awalnya kaget, tapi Naruto merespon aksi istrinya dengan baik. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya –membuat Sakura berhenti berjinjit, kemudian mengusap punggung istrinya pelan-pelan. Sakura memejamkan matanya dan mulai melumat bibir suaminya, yang langsung disambut dengan pagutan panas dari sang suami.

Beberapa detik kemudian, ciuman mereka terlepas. Dengan napas yang masih sedikit terengah, Naruto bertanya, "Sakura-chan, akhir-akhir ini kau jadi lebih ganas, ya?"

Pipi Sakura memerah dengan cepat. Secepat mungkin, Ia mengalihkan pembicaraan. "Cepat mandi, sana! Sebentar lagi kita sarapan."

Walaupun topik pembicaraan mereka dialihkan, tapi Sakura tetap tak bisa menyembunyikan rona merah di kedua pipinya. Apalagi setelah Naruto melemparkan seringai mesum-tapi-tampan ke arahnya.


Akhirnya, sore hari tiba juga. Sakura menyiapkan keperluan 'camping kecil-kecilan' mereka; camilan dan minuman ke halaman belakang. Sedangkan Naruto mulai mendirikan tenda berukuran sedang, dibantu oleh Ayumi dan Hoshi.

Setelah tendanya selesai didirikan, putra dan putrinya itu langsung berebutan masuk ke dalam tenda. Ayumi membuka buku cerita bergambar miliknya –yang sudah ia dekap daritadi– kemudian berdiskusi dengan Hoshi tentang 'Princess mana yang paling cantik dalam buku ini'. Sedangkan Naruto dan Sakura lebih memilih untuk duduk di bangku halaman; tak ingin mengganggu kesenangan anak-anak mereka.

Senyum lebar terpatri di wajah Naruto dan Sakura tatkala melihat keakraban putra dan putri mereka. Ayumi dan Hoshi memang jarang terlihat akur. Ayumi yang keras kepala seringkali kesal dengan tingkah manja Hoshi –yang Sakura akui, menurun dari dirinya. Gadis kecil mereka memang sangat Uzumaki; terutama warna merah rambutnya. Sedangkan Hoshi lebih mewarisi sifat-sifat Sakura.

"Sakura-chan, apa kauingat, dulu kita juga sering camping seperti ini?"

Sakura tersenyum, kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Naruto. "Tentu saja aku ingat. Sewaktu masih kecil, kita sering sekali camping di halaman rumahmu."

Setelah menyelesaikan perkataannya, Sakura langsung mengangkat kepalanya dari bahu Naruto. Ia memandang suaminya lekat, kemudian –lagi-lagi mencium Naruto tanpa aba-aba. Awalnya, Sakura memberikan kecupan ringan di bibir Naruto, tapi tak lama kemudian ia malah menghisap bibir bawah sang suami dengan ganas. Menghiraukan kemungkinan kalau-kalau Ayumi dan Hoshi memergoki aksinya.

"Hei, Sakura-chan, kau jadi agresif sekali. Bisa-bisa, besok bibirku bengkak," canda Naruto setelah Sakura menghentikan aktivitasnya.

Sakura terkikik mendengar penuturan suaminya. "Jadi, apa yang membuatmu menjadi seagresif ini?"

Rona merah kembali menghiasi pipi putih Sakura, sebelum akhirnya ia menjawab, "Sebenarnya, aku …"

TBC

Halo…! Karena sekarang lagi musim liburan (?) makanya aku bikin fic tentang masa liburan keluarga NaruSaku. Rencananya, fic ini bakalan jadi 3 chapter, hehe.

Ayo, kalo ada yang bisa nebak alasan Sakura jadi agresif kayak gitu, nanti dikasih bonus update kilat, deh :D

Review? ;)