"Hmm.. Gue ganteng yak."

Anak lelaki dekil di masa akil baliq itu mengelus dagunya yang berkulit kecokelatan. Di depan cermin yang ada di balik pintu lemarinya, tentu saja.

"Ada nggak sih yang lebih ganteng dari gue, gue yakin gak ada," si dekil dakian lanjut ngomong sendiri. Narsisnya makin menjadi-jadi, ditambah ketika kaos hitam tanpa lengan yang membalut tubuhnya yang kurang lebih 175 cm itu diangkat separuh, menampakkan bentuk kotak-kotak khas abs di perutnya.

.

Di Balik Cermin

A FanFiction by OrdinaryFujoshi

Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi

the cover image is not mine.

Enjoy!

Warning : fanfic gaje, OOC, typo, bahasa yang anjay, Aomine yang narsis bukan kepalang

.

.

Prologue : Future?!

.

Aomine Daiki, begitulah biasanya bocah itu memperkenalkan diri, masih memandangi wajah uhukgantenguhuk-nya di cermin. Emang bocah itu agak aneh. Bener sih, dia populer di kalangan cewek-cewek di sekolahnya SMP Teiko karena kemampuan bermain basketnya yang di atas rata-rata dan kulit cokelat dim eksotisnya yang menggiurkan. Oh, jangan lupa. Wajahnya yang (katanya) ganteng dan perutnya yang kotak-kotak. Sayang orangnya cuek bebek.

Sebenarnya, sebelum Aomine populer, ia tidak lebih dari bocah berandal biasa yang sering nyolong mangga. Kepupuleran, salah. Kepopuleran Aomine bermula ketika pelajaran olahraga kelasnya mendapat materi basket. Aomine yang dari kecil sudah bermain basket dan sejak SMP menjadi anggota first string di Teiko, tidak heran bermain dengan baik dan mendapat nilai tinggi. Hebatnya, bukan itu saja yang didapat bocah 13 tahun ini, ia juga mendapat ehemperhatianehem dari cewek-cewek, awalnya teman sekelasnya.

Sejak saat itu, gymnasium SMP Teiko semakin ramai saat klub basket berlatih. Ramai oleh cewek-cewek yang mulai asik memandangi cowok berkulit kurang terang dan memekik cempreng saat anak dakian itu mencetak score. Tambah ramai lagi karena ada si model pirang yang masuk menjadi anggota di sekitar pertengahan kelas 2 Aomine di Teiko.

Populernya Aomine membuat dirinya sadar kalau dia itu ganteng. Alhasil... Beginilah. Kerjaan Aomine di kamar mandi dan di kamar tidur bertambah : ngaca. Rasanya nggak afdol kalau ia keluar rumah tanpa ngaca minimal sepuluh menit. Aomine Mitsuko, mamahnya si surai navy blue ini, sampai bingung sendiri sebenarnya kenapa anak lelakinya hobi liat kaca. Aomine Akio, papah si dim, mengatakan mungkin anak semata wayang kulit mereka lagi lovestruck, lagi kasmaran. Jadi selalu ingin tampil dalam versi tergantengnya kalau keluar rumah.

.

Balik lagi sama Aomine yang sepanjang cerita di atas masih sibuk memandangi bayangannya di cermin sambil tak henti memuji dirinya sendiri.

"Kulit dim lo seksi, Daiki."

"Muka lo ganteng tapi garang, gue suka."

"Dan ini abs lu... Ah, perfect body."

Kurang lebih seperti itu. Di tengah sesi ritual pemujaan diri sendiri ala Aomine, terbersit sebuah ide konyol di pikirannya.

"Cermin, cermin di... Euh.. Balik pintu lemari... Siapa cowok terganteng di dunia ini?"

Aomine mengulang dialog tokoh antagonis di film Disni Prinses yang sering dilihat teman sekelas sekaligus tetangga sekaligus (banyak amat!) teman masa kecilnya Momoi Satsuki. Di film itu, cermin yang tergantung di dinding akan menjawab pertanyaan sang tokoh dan menampakkan semacam gif orang tersebut di cermin.

Aomine tetap terpaku di cermin. Tentu saja cermin itu tidak akan menjawabnya. Aomine tersenyum puas meskipun cerminnya tidak mengeluarkan jawaban atas pertanyaannya, karena—

"Kan, yang terpantul di cermin ini wajah ganteng gue. Ini karena gue yang paling ganteng di dunia ini."

—karena statement idiot cowok gosong ini.

Aomine ketawa nista. Dia malanjutkan sesi bercermin ria-nya. Tiba-tiba sebuah pikiran terbersit di pikirannya.

"Gue di masa depan masih ganteng gak ya?"

Aomine berpikir sambil menyandarkan tubuhnya ke cermin yang setinggi tubuhnya itu. Tiba-tiba entah kenapa ia merasa cermin itu menariknya masuk.

"Eh? EH?! INI?! MAK! TOLONG DAIKI MAK!" teriaknya.

Terlambat. Ia sudah masuk ke cermin yang membawanya ke suatu tempat yang gelap, dan... Jujur saja, sumpek dan berantakan. Material di sekitar tubuh Aomine sepertinya berbahan kain.

Aomine berusaha keluar dari tempat itu, setelah ia menghirup aroma busuk—kaos kaki bekas, mungkin—dari sudut ruangan sempit yang gelap itu. Ia mendorong dirinya sendiri ke depan, dan...

Brukk!

Ia jatuh terjerembab. Tepat di hadapan sebuah kasur dan di samping meja belajar... Yang dikenalinya.

"Fyuuh... Gue kira barusan apaan. Gue masih di kamar, kok," gumam anak dekil ini pada dirinya sendiri.

Bocah ini mengangkat kepalanya, lalu manik biru gelapnya bertemu dengan manik yang serupa warnanya.

"Eh?" telunjuknya terangkat, menunjuk orang yang duduk di tempat tidur yang seharusnya tempat tidurnya. Orang itu berekspresi sama dengan Aomine, bedanya, tangan satunya lagi sedang memegang sebuah majalah ajaib dengan cover depan wanita yang hanya mengenakan bikini.

"LO SIAPA?!" seru Aomine pada sosok yang dia akui ganteng karena sangat mirip dengannya. "KENAPA DI KAMAR GUE?!"

"Lo yang siapa, Aho!" si pemuda yang duduk di kasur balas berteriak, tidak sekeras anak lelaki di depannya, tentu saja. "Lo yang kenapa di sini, jelas-jelas ini kamar gue!"

"Hah?!" Aomine masih belum konek. Gimana bisa ini kamar pemuda itu sementara ia tahu persis kamar ini adalah kamarnya? "Jawab gue, elo.. Err... Cowok aneh!" Aomine berusaha memikirkan kata yang tepat, yang dianggapnya sindiran tanpa menyinggung kalau sebenarnya ia mengakui pemuda itu ganteng.

"ENAK AJA LO! GUE GANTENG BEGINI DIBILANG ANEH?!" Pemuda itu kelihatannya mengamuk. Majalah ajaibnya dilempar asal saja dan tangannya dikepalkan untuk menghajar si tamu tak diundang di kamarnya.

Aomine mendadak familiar dengan kalimat pemuda itu barusan. "STOP!" teriaknya tepat sebelum bogem mentah mendarat di pucuk kepalanya. "Nama lo siapa?"

"Gue?" Si pemuda bertanya balik. "Gue pemain bintang SMA Touou yang ganteng, Aomine Daiki!" seru pemuda itu bangga.

"APAAAAAA?!" anak lelaki dekil yang kurang dari 5 menit lalu muncul dari lemari berteriak dengan suara yang belum nge-bass seutuhnya. Segera ia menoleh ke kiri-kanan, mencari kalender.

"Nggak mungkin..." gumamnya. Tangannya menggenggam kalender meja di atas meja belajar yang berantakan, manik shappire-nya seakan lepas dari tempatnya saking tidak percaya.

Somehow, pikirannya tentang bertemu dirinya di masa depan terlaksana. Cermin itu entah bagaimana mengantarkannya bertemu dengan Aomine Daiki—dirinya sendiri—yang sekitar dua tahun lebih tua darinya.

.

.

.

to be continued, gak, nih? :'v

.


Ordinary's Note

Hai, Kevin... /slap

Ordin kembali dengan fanfic gaje. Jujur kalo ceritanya gini bingung sama genre dan rating. Mau K+... Banyak kata kurang pantas, mungkin. Pair juga sepertinya ada. Sejauh ini sih pairnya Aomine x Teiko!Aomine. Cuma ya... Nggak bisa dibilang pair juga sih... Terus ini juga kalo humor... Garing kan? Iya kan? :'v Karena Ordin bingung sementara genrenya gitu dulu, maapkan saya :3

Cerita ini lahir ketika Ordin sedang selancar di internet, lalu menemukan shipping meme yang isinya Aomine x Aomine semua.

Chapter ini baru prolog.. Mungkin kalo ada yang minta dilanjutin saya lanjutin.

Lanjut or Delete? :'v

Jawab di ripiu saja yah.

Salam Fujo-yang lagi gak nulis pairing berat,

Ordinary.

.

P.S : Jangan tanya itu cermin di balik lemarinya Daiki kenapa bisa gitu. Di sulap ibu tirinya senou wayt, mungkin :'v