The Secret of the Malfoy Allure by Little Princezz Everlazt
Summary: James Potter II tidak mengerti mengapa Albus bisa begitu menyukai bocah Malfoy, itu pasti karena sihir, sihir cinta. Dia akan mencari tahu dan menyelamatkan Alby! AS/SM; HP/DM; JP/OM
A/N: Hello guys, wah it's been a while. Cerita kali ini diterjemahkan dari cerita yang ditulis oleh Mistress of the Spoils dengan judul yang sama. Selamat membaca yah, semoga kalian suka. xD
OoO
Pertama kali James Sirius Potter bertemu dengan Malfoy, dia pikir sangat disayangkan seorang anak perempuan yang cantik harus diberi nama yang bodoh seperti Scorpius. Lagipula Ayah Baptisnya, Paman Ron sudah menceritakan pada mereka tentang Ayah gadis itu dan rasa ketertarikan James padanya langsung hilang. Paman Ron tahu banyak mengenai lingkungan social; keluarga mana yang pantas dia jadikan teman dan mana yang harus dihindari. Ibunya selalu mengatakan padanya untuk mendengarkan apa yang dikatakan Paman Ron, bahkan jika Ayahnya cenderung tidak setuju dengannya. Jadi, perkataan Paman Ron adalah norma.
Sayangnya untuk si cantik Scorpius, yang mana dia adalah seorang Malfoy dan oleh karena itu James harus menjaga dirinya sejauh yang ia bisa.
Saat James memasuki kereta ia melihat ayahnya sedang berbicara dengan adiknya tentang sesuatu yang membuat James mendesah. Hal itu bukan berarti ayahnya tidak menyayanginya, tapi Albus selalu pemalu, selalu bersembunyi dan selalu membutuhkan perhatian lebih. James tidak pernah merasa kecewa tentang hal itu. Ia merasa kuat dan diperlukan ketika Al bersama dengannya.
Satu tahun berpisah cukup menyakitkan.
Saat James duduk di kompartemen ia dapat melihat Mr. Malfoy, punggungnya menghadap James, masih terus berbicara dengan putrinya. Scorpius menatap Ayahnya dengan senyum lembut diwajah cantiknya dan Ayahnya kemudian memeluknya lembut. Lalu Mrs. Malfoy, tebak James, juga merangkul putrinya dan menangis sejenak, mencium wajah putrinya.
'Sayang sekali,' pikir james, 'Anak perempuan itu sama sekali tidak mirip dengan ibunya.'
Beberapa menit kemudian kereta mulai melakukan perjalanannya menuju Hogwarts dan Al, Rose dan Hugo ikut bergabung dengan James di kompartemennya. Saling bertukar cerita musim panas dan mereka memutuskan untuk pergi dan menemui Teddy nanti. James memutuskan untuk bercerita tentang tes perkelahian-dengan-trol yang paman George sarankan, tapi tidak yakin sepupu-sepupu dan adiknya akan mempercayainya.
Tiba-tiba pintu kompartemen mereka terbuka dan disana berdiri Scorpius Malfoy, menatap mereka.
"Apa aku boleh duduk disini dengan kalian?" anak perempuan… tidak, anak laki-laki itu bertanya dan James sedikit malu setelah menyadari bahwa anak perempuan pirang yang cantik itu ternyata adalah anak laki-laki pirang yang sangat cantik.
James merona, malu, dan membuka mulutnya untuk mengusir bocah itu ketika adiknya, Alby kecilnya menyengir dan menawarkan tempat untuk Malfoy disampingnya. Scorpius tersenyum dan duduk dengan mereka.
James cemberut.
Lagipula, James tidak perlu khawatir, pamanya Ron sudah mengatakan padanya bahwa semua Malfoy selalu masuk asrama Slytherin sementara semua Potter dan Weasley selalu masuk Gryffindor, jadi mereka akan terpisah dari bocah itu secepatnya saat mereka disortir.
Benar kata paman Ron bahwa semua Malfoy pasti masuk Slytherin…
Sayangnya, begitupun Alby.
James harus meletakan kembali jus labunya saat seluruh Aula Besar terdiam dan adiknya berjalan dengan gembira ke asrama barunya.
Lalu Scorpius mulai bertepuk tangan dan seluruh Slytherin mengikutinya. Albus menyeringai dan duduk disamping Scorpius, melambai pada James dan sebagai kakak yang bertanggung jawab, ia tersenyum dengan canggung dan melambai kembali pada Albus.
Malamnya James menulis surat pada ayahnya dan menceritakan semua yang terjadi.
Tentu Harry Potter bisa melakukan sesuatu untuk menhentikan kegilaan ini sebelum hal tersebut semakin meningkat.
Harry membalas pesannya dengan sebuah pesan singkat: 'Aku tidak melihat apapun yang salah, James. Biarkan saja adikmu.'
Pamannya tentu akan membalas sesuatu yang lebih mirip dengan apa yang James pikirkan. Bagaimanapun, ia tidak menulis surat pada pamannya. Senyum gugup adiknya meyakinkannya daripada surat-surat ayahnya.
Lagipula, James tidak perlu menyukai cara Malfoy yang obsesif menempel pada Al kecilnya seperti lem. Nah, Rose suka menunjukkan bahwa Albuslah yang menempel pada Scorpius dan sangat posesif terhadap sahabat barunya itu tapi hal itu sangat konyol! Malfoy pasti sudah melakukan sesuatu pada Alby kecilnya yang polos.
Waktu berlalu tanpa disadari oleh James, dan Scorpius mulai betumbuh, tidak banyak yang berubah. Nampaknya gen Malfoy membuatnya tetap kecil dan langsing, meskipun sedikit maskulin. Setidaknya sekarang sudah cukup jelas bahwa bocah itu adalah anak laki-laki. Putri Slytherin, begitulah mereka memanggilnya.
Albus disisi lain… oh dia bertumbuh seperti rumput, dan saat dia berada pada tahun ketiganya dia sudah lebih tinggi dari James. Pangeran Slytherin sejati. Albus bermain Quidditch, kesusahan pada beberapa kelasnya tapi sukses hampir pada semuanya (tidak diragukan lagi dengan bantuan Malfoy) dan membawa kembali nama baik dan kebanggan bagi Asrama Slytherin yang dulunya rusak.
Harry sangat bangga, dan dia menyatakan perasaan bangganya lewat surat-surat yang sering dikirim pada anak-anaknya. Ginny memiliki pendapatnya sendiri yang menyatakan putranya menjadi seekor ular. Paman Ron sangat membenci hal itu, dia pikir Albus harus disortir ulang.
Sejauh ini, kepala sekolah McGonagall mengabaikan komplain-komplainnya dengan sebuah senyum kecil.
Lalu suatu saat, seorang murid Ravenclaw tahun ketujuh menyentuh bokong Scorpius saat melewatinya, mengatakan hal-hal buruk tentang para Malfoy dan bagaimana Yang Mulia Raja Slytherin hanya menginginkan Putri Slytherin.
Mata Scorpius menerawang dan dia mengepalkan tinjunya, tapi dia tidak bergerak.
James bingung, jika seseorang melakukan hal itu padanya, ia sudah menghantam kepala orang itu ke lantai sampai otaknya hancur. Apa Scorpius begitu penakut?
Murid Ravenclaw lainnya ikut mengejek, dan James merasa kasihan pada anak pirang itu, sendirian, menerima semua kata-kata buruk itu dengan tenang. Tapi ia tidak perlu khawatir, saat Albus muncul beberapa detik kemudian dengan tongkat ditangannya dan tinjunya yang siap untuk menghajar murid yang lebih tua itu sampai pingsan.
"Jangan pernah lagi, kau dengar aku? Jangan PERNAH lagi kau sentuh dia dengan tanganmu yang kotor, dasar brengsek. Kau bahkan tidak pantas untuk MENGHIRUP udara yang sama dengannya, begitupun berbicara dengannya, bajingan," geram Albus dengan marah yang mana mengagetkan James. Mata adiknya melebar dan terlihat marah, wajahnya merah, seluruh tubuhnya bergetar.
Dia siap untuk membunuh.
Dan tiba-tiba Scorpius meletakan tangan kecilnya dibahu Albus dan menggeleng kepalanya.
"Al, tolong berhenti," bisiknya pelan. "Mereka tidak pantas untuk ini." Al menggeleng kepalanya sejenak sebelum meraih tangan pucat itu dan menarik Malfoy menuju ruang bawah tanah.
Setelah itu, Albus mendapat hukuman selama sebulan penuh.
Tapi tidak ada lagi yang berani mengejek Malfoy.
James juga, tidak dapat melupakan tatapan gila adiknya, bagaimana hanya Malfoy saja yang dapat menenangkannya. Caranya melototi siapapun dan semua orang yang mendekati mereka. Bahkan Lily, saudara mereka sendiri, telah merasakam kemarahan Albus saat dia menghampiri Malfoy.
"Dia tidak dapat membela dirinya," Lily menjelaskan setelah dia duduk dengan kakaknya. "Para Malfoy tidak begitu disukai di sekeliling Inggris, jika Scorpius melakukan sesuatu pada murid lain maka orangtua mereka akan komplain. Salah satu hal bodoh adalah perkelahian antar murid sekolah, yang lainnya adalah bocah Malfoy itu menyerang anak yang polos." Mata hijaunya yang pintar menatap kakaknya sejenak. "Gubernur-gubernur sekolah akan mengeluarkannya bahkan sebelum dia bisa berkedip dan hanya sedikit yang dapat kepala sekolah McGonagall lakukan untuk hal itu."
James mendengus.
Pantas saja dia menempel pada Al, yang mana tidak ada seorangpun yang dapat melawan anak-anak Harry Potter. Hal itu benar jika ular kecil itu bersembunyi di balik adiknya yang polos untuk perlindungan.
James hanya bisa menarik satu kesimpulan dari kelakuan aneh yang adiknya tunjukkan itu.
Albus merasa kuat dan diperlukan saat berada didekat Scorpius, yang mana tampak seperti gadis malang yang kesulitan. Dia berpikir dia bisa mengangkat dunia jika dia memiliki seseorang seperti itu yang bisa dilindungi. Dan mempertimbangkan wajah si pirang yang manis dan rambut panjangnya. Ya, Albus merasa seperti seorang pahlawan dalam baju perangnya.
James hanya perlu menunggu sampai dongeng untuk menjadi pahlawan bagi Albus berakhir dan ia akan mendapatkan adiknya kembali, pikir James. Itu adalah rencana yang mudah, hanya duduk dan menunggu.
Ya benar, sampai tahun kelimanya… ketika ia menemukan mereka sedang berciuman. Wajah James merona merah padam dan membuka pintu dengan keras untuk menghentikan mereka. Albus hanya menaikan alisnya.
"James," geramnya. "Kami sedang sibuk, kakak."
"Al. Kau… itu…"
"Pacarku, jadi tolong berhentilah menatapnya dan pergi!" geramnya lagi sambil melemparkan bantal ke wajah kakaknya.
Sejak saat itu, Albus mendapat ide bahwa kakaknya adalah seorang homoseksual yang diam-diam mencintai Scorpiusnya, jadi Albus harus menjauhkan mereka sejauh mungkin, yang mana untuk memngancam si pirang itu menjadi hal yang sulit bagi James, sejak adiknya akan selalu datang dan mengancamnya karena, seperti yang dia pikirkan, James sedang menggoda Scorpnya yang berharga.
DIA!
MENGGODA!
SEORANG MALFOY!
TIDAK AKAN!
Dengan wajah merah penuh marah dan tinju yang terkepal. James memutuskan sudah saatnya untuk mengambil jalan lain.
Ia mengirim surat ancaman untuk sumber setan cilik itu. Memberitahu bahwa Scorpius telah menyihir Albus.
James menulis surat pada Mr. Malfoy.
Mr. Malfoy membalas dengan pesan yang elegan, akurat dan informatif…
…pada ayahnya.
Howler yang Harry kirimkan berhasil membuatnya tuli untuk beberapa hari dan dikeluarkan dari tim Quidditch selama sebulan, terima kasih untuk koneksi ayahnya dengan Profesor Longbottom.
Lalu orangtuanya bercerai.
James sangat terluka, ia pikir orangtuanya saling mencintai satu sama lain. Albus hanya mendesah, ia sudah tahu hal itu akan terjadi lewat surat-surat pendek ibunya. Lily merasa lega, tidak seperti kakak-kakaknya, ia sudah melihat ibunya mengejek ayahnya, menyerang ayahnya dengan mantra-mantra. Ayahnya tidak pernah membalas, tapi selalu menatap ibunya dengan tatapan dingin.
Harry pindah ke sebuah apartemen di London, lebih kecil dari rumah mereka, tapi tetap ada tiga kamar kosong, untuk anak-anaknya.
Ginny menggugat Harry untuk sekurang-kurangnya 80 dari hartanya sebagai kompensasi untuk kerusakan pisikal dari pernikahan mereka yang dingin dan tanpa cinta yang dia alami. Harry mendesah dan menjawab bahwa ia tidak akan memberi Ginny uang tersebut karena itu adalah uang dari orangtuanya dan Sirius, dan juga Ginny tidak punya hak untuk itu. Harry juga tidak langsung meloncat ke tempat tidur dengan Michael Corner sesaat ia meninggalkan rumah.
James, Albus dan Lily memutuskan bahwa mereka akan tinggal dengan ayah mereka di London.
Keluarga mereka sudah hancur, jadi James pikir itu mungkin adalah saat paling buruk bagi Albus untuk bersenang-senang dengan Malfoy, yang mana masih tetap pirang, girly dan bodoh dan James membencinya.
Sangat membencinya…
Sungguh membencinya…
Tidak ada alasan mengapa Albus sangat menyukai si pirang itu,
Kecuali… dia tidak benar-benar menyukainya.
James merasa pintu surga terbuka baginya saat ia menyadari hal ini, seolah-olah ia baru saja keluar dari tempat yang gelap. Secepat yang ia bisa James mengunci dirinya dalam perpustakaan, dibalik jubah gaib ayahnya dan masuk ke Bagian Terlarang, dimana ia membaca teks sihir gelap satu per satu, ia akan menemukan mantra cinta yang digunakan bocah bodoh itu pada adiknya dan menghentikannya. Mungkin ia bisa mendapatkan satu tiket ke Azkaban untuk Malfoy.
Benar-benar luar biasa!
Salah satu potret di perpustakaan menaikkan alisnya saat melihat buku-buku melayang, terbuka, halaman berganti halaman dan jatuh ke lantai.
"Mr. Potter?" Tanya potret itu. James menoleh dan menemukan pria tinggi dengan mata gelap dan rambut hitam, yang sedang mencibir padanya.
James melepas jubah gaibnya.
Potret itu tersenyum dengan rasa tidak suka.
"Kau yang paling tua, apa aku benar?" Tanya pria itu. James mengangguk.
"Ya, Sir," jawab James, matanya berpindah pada potongan emas dibawah potret pria itu. "Kepala Sekolah Snape." Jadi, nama adiknya mengikuti nama pria ini. Menarik.
"Dan kau melanggar peraturan-peraturan sekolah dan masuk ke Bagian Terlarang karena…?" tanyanya, masih mencibir.
Mata james menerawang.
"Sir, Malfoy sedang merencanakan sesuatu!" katanya dengan semangat, tidak terlalu mengerti mengapa Kepala Sekolah Snape menepuk-nepuk dahinya dan memutar matanya.
"Tentu saja, Mr. Potter, para Malfoy selalu merencanakan sesuatu," katanya dengan malas.
"Kau tidak mengerti, Sir! Bocah itu menyihir adikku dengan mantra cinta! Aku tahu dia melakukannya! Hanya karena dia tidak bisa melindungi dirinya, hmf! Rasakan itu jika dia dikerjai!" Tiba-tiba mata gelap itu menatapnya dengan tajam dan posturnya berubah tegap dan mengancam.
"Mr. Potter," geramnya. "Aku sarankan kau jaga bicaramu sebelum kau menyesalinya nanti…"
"Oh, Severus, kau tahu anak ini benar," kata potret lain yang tidak disadari James sebelumnya. Itu adalah seorang pria tua dengan rambut hitam panjang dan mata hijau yang licik.
"Phinneas," geram kepala sekolah Snape. Kepala Sekolah Black menyengir.
"Kau benar, bocah. Malfoy punya mantra spesial pada adikmu, tapi aku takut kau tidak akan menemukan jawaban yang kau cari disana," kata pria tua itu. Mata James melebar.
"Kalau begitu dimana? Bagaimana aku bisa menyelamatkan adikku!" tanyanya. Mata Kepala Sekolah Snape ikut melebar.
"Phinneas, kau tidak serius untuk…"
"Tapi tentu saja!" kata Kepala Sekolah Black. "Anakku, pergilah ke koridor itu, mata tetap tertuju pada lantai. Di salah satu batu ada ukiran rusa dan sebuah lubang kecil, letakan jarimu disitu, dan kau akan menemukan tangga rahasia, kau akan menemukan jawabanmu disana." James mengangguk dan berlari, tidak peduli untuk kembali menggunakan jubahnya.
"Kau brengsek, apa yang kau dapatkan dengan melakukan itu?" Tanya Snape dengan marah.
"Aku hanya melindungi keturunanku, Severus sayang, tidak ada anak Weasley yang menjijikan yang akan menyentuh kelurga Black dan Malfoy lagi."
TBC
A/N: Aish, maaf, gara2 publish dari HP jadi ceritanya aku bagi menjadi 2 chapter xD
