Find three treasures

One to make you rich

Two to keep you in glory

Three to use up with

.

Then, half your heart


Disclaimmer

Kuroko no Basuke/黒子のバスケ© Fujimaki Tadatoshi

Schatz © Kina

ATTENTION : This story are purely fictitious (adapted from Johanna Lindsey's novel). All the characters appearing in this story are Fujimaki Tadatoshi (where some places and incidents are the products of the author's imagination or are used fictitious). Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.


Ia sudah diberi tahu untuk bersembunyi dan tidak keluar. Memang itu jugalah hal pertama yang dipikirkan oleh Kuroko Tetsuya, setelah mendengar suara yang menariknya ke atas dek dan melihat apa yang menyebabkan dikeluarkannya perintah tersebut. Meskipun bukan sang Kapten yang memberinya perintah, namun pria dengan pangkat tertinggi di awak kapal ini merasa yakin sekali bisa mengalahkan kapal-kapal dihadapannya itu. Bahkan, pria itu menertawai seraya melayangkan tinjunya ke arah penyerang, yang sekarang jelas terlihat meskipun dengan mata telanjang.

Antusiasme sang Kapten—berani sumpah, Tetsuya mengatakan kegembiraannya?—jelas sekali mampu membuat pikirannya lebih tenang. Sampai wakil sang Kapten menariknya menjauh dan mengatakan padanya untuk sembunyi.

Tidak seperti Kagetora Aida; sang Kapten, wakil kaptennya (seperti biasa) tidak terlihat bersemangat menghadapi konfrontasi yang baru saja terjadi. Namun, untuk pertama kalinya sikap pria itu tidak lembut saat mendorongnya menaiki tangga.

Tergesa ia berkata, "Gunakan salah satu peti makanan kosong di gudang sebagai tempat bersembunyi. Jika beruntung, para perompak itu tidak akan membuka lebih dari satu peti di sana." Tetsuya menjeda langkahnya, mencari-cari sosok dibalik punggung wakil kapten, "Tenanglah, aku juga sudah memperingatkan pelayanmu itu untuk bersembunyi, jadi pergi sekarang!" sebelum kembali beranjak, kedua bahu Tetsuya dicengkeram erat. "Dan ingatlah, tidak peduli apa pun yang kau dengar, jangan tinggalkan tempat persembunyianmu sampai seseorang yang suaranya kau kenali datang menghampirimu, paham?!"

Tetsuya mengangguk. Dalam otaknya masih terus menilai sikap dari kepanikan yang dirasakan wakil kapten, sikap kasarnya yang justru mengejutkan. Bahunya mungkin akan memar di tempat si wakil kapten tadi mencengkeramnya. Itu adalah perubahan yang sangat drastis dari perlakuan sopan yang diterimanya dari seorang Ogiwara Shigehiro saat perjalanannya dimulai. Bahkan, bisa dikatakan bahwa Ogiwara selalu bersikap melindunginya, atau seperti itulah kelihatannya meskipun tidak sepenuhnya tepat. Perbedaan usia sepuluh tahun darinya, yang Tetsuya anggap sebagai perlakuan seorang kakak melindungi adik kecilnya. Namun pada sikap Ogiwara yang berbeda; terlebih pada nada suaranya yang lembut, dan perhatian-perhatiannya yang berlebih selama tiga minggu terakhir sejak mereka meninggalkan Jepang, membuatnya mendapatkan kesan bahwa Ogiwara Shigehiro menyukainya lebih dari seharusnya.

Saat ini, Ogiwara tengah mencoba melindungi dengan caranya; meskipun dengan kecemasan yang segera menular kepada Tetsuya. Namun itu berdampak dengan menjadikan dirinya untuk segera bergerak cepat menuju ke bagian lambung kapal. Mudah sekali menemukan peti makanan seperti yang dikatakan Ogiwara, dan nyaris semuanya dalam keadaan kosong; mengingat beberapa hari lagi, mereka akan segera tiba di pelabuhan St. George di Grenada, tempat terakhir ayahnya diketahui berada, dan Tetsuya bisa memulai pencariannya di sana.

Levi Ackerman, bukanlah pria yang dikenalnya dengan sangat baik, meskipun semua kenangan yang dimilikinya tentang sang ayah cukup berkesan—dan suaranya; satu dari sekian milik ayahnya yang ia nilai menenangkan. Beliau adalah seorang kapten dari kapal dagang miliknya sendiri, dengan rute perdagangan yang menguntungkan di sepanjang India Barat. Ayahnya selalu mengirimkan uang dan hadiah-hadiah yang mahal, meskipun jarang diberikan secara langsung dari tangan ayahnya sendiri kepada Tetsuya; saat ia pada akhirnya tinggal di Jepang.

Sesungguhnya, Levi pernah berusaha memindahkan keluarganya sedekat mungkin dengan tempatnya bekerja, Tapi Eren (pria bertipe Omega yang sama dengan anaknya) ibu Tetsuya, bahkan tidak bersedia mempertimbangkan. Inggris telah menjadi tempat ia dan anaknya menghabiskan waktu; setelah berlama mengukir kenangan di Jerman.

Faktanya adalah, ibunya itu memang memiliki darah bangsawan juga; sama seperti ayahnya. Dan dari situlah Tetsuya menyimpulkan bagaimana pada akhirnya mereka bisa menikah, meskipun dengan sifat keduanya yang sangat kontardiktif.

Pada awal musim dingin; saat Levi memutuskan untuk kembali berlayar, saat itulah ibunya mulai jatuh sakit. Dari waktu ke waktu Eren memberikan grafik kesehatan yang menyedihkan. Tetsuya sendiri pun menderita saat melihat ibunya perlahan tapi pasti seperti menyongsong mautnya sendiri. Mencoba menghibur diri, setiap sore Tetsuya akan pergi ke taman untuk memetik bunga dan menaruhnya di kamar Eren untuk membuatnya kembali bersemangat. Membacakan beberapa novel koleksinya, bahkan memaksa pengurus rumah mereka; Kagami Taiga, untuk memasakkan makanan kesukaan ibunya.

Awalnya, Tetsuya berpikir usahanya akan membuahkan hasil, ketika melihat ibunya sudah mulai mau makan lagi dan—oh ini yang sangat dinantikan; senyumnya yang teduh.

Namun seperti segenggam pasir yang dicelup ke dalam laut, semudah itu pula harapannya pupus. Tetsuya merasakan keruntuhan dalam dunianya saat menemukan Eren meninggal di tengah malam.

'Meninggal karena menahan rindu'

Begitulah kesimpulan Tetsuya, karena meskipun kondisi fisik ibunya sudah membaik, namun siapa yang menahu bahwa batinnya kian bergejolak. Dan kepergian mendadak sang ibu sungguh membuat Tetsuya merasa sendiri dan kosong.

Setelah seminggu berlalu, Tetsuya kemudian dibawa ke Jepang. Melanjutkan hidup yang berada di bawah perlindungan seorang wali. Pengacara Eren; Hanamiya Makoto, sesuai yang telah disebutkan pada saat pembacaan surat wasiat. Dalam kedukaannya yang teramat besar saat itu, ia tidak terlalu memerhatikan, tapi ketika nama wali tersebut disebutkan, Tetsuya sangat terkejut.

Pria yang menjadi walinya adalah seorang bajingan dan semua orang tahu itu. Dan itu terbukti saat pesta kebun di musim semi pertamanya di Jepang. Pria itu meremas bokong Tetsuya seraya mencuri satu ciuman di lehernya, meski pada saat itu usia Tetsuya masih lima belas tahun.

Seorang wali, apalagi pria itu, sama sekali tidak bisa; atau tidak layak untuk menjadi pengasuhnya, terlebih Tetsuya masih memiliki satu orangtua yang masih hidup. Ia hanya harus menemukannya, dan bertekad melakukannya. Pada awalnya, ia harus menakhlukkan beberapa ketakutannya terlebih dahulu. Misalnya, masalah berlayar melintasi hampir setengah dunia, meninggalkan semua hal yang selama ini menjadi bagian hidupnya. Tapi, pada akhirnya ia merasa tidak ada pilihan. Setidaknya Kagami setuju ikut berkelana bersamanya.

Perjalanan mereka pun dimulai. Tidak ada seorang pun yang menanyakan alasannya berpergian dengan hanya ditemani pelayan (yang Tetsuya anggap sebagai kawan). Lagipula, ia berada di bawah perlindungan Kapten Aida, paling tidak selama berlayar, dengan bermodal kebongohan kecil 'Ayahku akan menunggu di pelabuhan' situasi dapat terkendali untuk memperbolehkan mereka menumpang.

Sekarang, memikirkan ayahnya dan usaha pencariannya membuat ketakutannya sedikit berkurang untuk sementara waktu. Kakinya sudah sangat lelah karena bergelung dalam peti, seperti bagian tubuhnya yang lain. Tetsuya sama sekali tidak mengalami kesulitan saat memasukkan tubuhnya ke dalam peti tersebut, karena ia bertubuh mungil dengan tinggi rata-rata (untuk ukuran seoranglelaki Asia) dengan figur yang terbilang langsing.

Guncangan ia rasa. Dan Tetsuya setengah terkejut saat mengetahui bahwa masih ada kapal yang dipergunakan untuk membajak pada zaman seperti ini. Perompak seharusnya sudah punah. Ia tadinya berpikir mereka sudah dihabisi sejak berabad lalu—entah itu dengan pengadilan manusia atau hukum alam.

Jika saja Tetsuya tidak yakin perjalanan ini aman, ia tidak akan pergi mengarungi samudra menuju belahan dunia yang lain dan tetap menunggu dengan manis kepulangan sang ayah. Dan sekarang, ia jelas melihat bendera perompak dengan matanya sendiri.

Ketakutan membuat perutnya terasa diremas, apalagi di usianya yang sebentar lagi mencapai angka dua puluh tahun, ia sudah merasakan gejala-gejala in heat-nya. Menambah rasa tidak nyamannya dalam tubuh.

Dalam kegelapan dan rasa bergolak dalam tubuhnya, Tetsuya menduga-duga, 'apakah kapal yang ia tumpangi beserta para awak kapalnya memenangi pertempuran? Jika ya, bukankah seharusnya Ogiwara datang untuk memberitahunya?'

Tiba-tiba, terdengar suara ledakan mengguncang seluruh kapal, lalu terdengar sekali lagi dengan suara yang lebih keras. Bau asap mesiu yang keluar dari meriam masuk melalui celah-celah peti, begitu juga dengan suara teriakan serak, bahkan juga jeritan. Itu semua jelas menandakan bahwa pertempuran masih berlanjut.

Lalu beberapa lama kemudian, suasana kembali sunyi mencekam. Seiring waktu berlalu ketakutannya pun bertambah. Dalam hati Tetsuya masih berharap Ogiwara akan segera menghampirinya. Namun ia kembali dengan pemikiran negatif, 'Kenapa Ogiwara-kun tidak ke sini? Apakah ia terluka?'

Kecemasan itu yang pada akhirnya sedikit menumbuhkan keberaniannya untuk memilih pada pilihan ekstrimnya; ke luar dari persembunyian dan pastikan sendiri.

'Namun, bagaimana jika ternyata para perompak itu yang menang? Apa yang biasanya mereka lakukan dengan kapal yang berhasil ditaklukan? Menenggelamkannya? Menjualnya ke pasar gelap dan membagi-bagikan hasilnya? Lalu bagaimana nasib para penumpang dan awak kapal yang dibajak? Apakah mereka semua akan dibunuh atau—' Tetsuya sudah bersiap dengan suaranya sebagai bentuk syukur ketika cahaya masuk ke peti tempatnya bersembunyi.

"Kapten.. aku menemukan jackpot~"

.

—'Oh tidak..'

.

.

.

つづく(?)


[Tangerang, 22/05/2018]

a/n : maksa bikin ABO Universe, but i hope minna-tachi like it. :)

(Special to my lovely imouto, 'sankyu for de cover #blowkissu ;*)

.

Kin