cold sun

bleach © kubo tite
saya tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini

note. ga konsen belajar karena mikirin ep 22 shigatsu + cold sun-nya aimer + teikou arc minggu depan. byahisa pair maso selamanya yeah


Sekali, dulu sekali, pernah Hisana bermonolog: apa yang menarik dari lelaki ini?

Tidak ada. Sungguhan. Badannya terlalu tinggi, rambutnya terlalu panjang, matanya terlalu tajam. Umumnya pendiam tapi sekali buka mulut yang keluar kata-kata elitis dan sok. Eksklusif. Sulit dijangkau. Seorang remaja yang tidak hidup bagaikan remaja; kaku dan tak tahu caranya bersantai. Membosankan.

Kecuali pianonya.

Nada-nada menari di udara. Berputar, bergandengan, menyanyikan choir tujuh simfoni warna. Gelembung sabun membumbung. Torehan warna pastel di langit. Suara harmoni yang tak sengaja Hisana dengan tempo dulu (bukannya ia mengintip sang pemuda yang diam-diam bermain piano di auditorium sekolah) seperti permainan petak umpet: berharap dan tak berharap untuk ditemukan.

Kontradiksi, memang.

Halo, Hisana bayangkan suatu skenario, lalu apa gunanya berumur enam belas kalau ingin berumur dua puluh?

Betapa tidak beruntungnya dirimu, wahai adam. Mengira tak ada yang bisa menerjemahkanmu. Menganggap tak ada yang bisa membuka tirai bayangan untuk menemukan matahari di balik sana.

Seharusnya Hisana pulang sekarang. Kakinya seharusnya menurut pada gaya tak kasat mata. Dasar keras kepala, dia malah melawannya. Memilih membawa kakinya berlari ke atap sekolah.

Tentu saja Hisana akan melakukannya.

Mengapa?

Karena aku akan bernyanyi untukmu.