(Prolog) Aster
Disclaimer; Both story or charas not mine. Story belongs to changdictators, and charas belong to themselves. I own nothing but this crack translation!
Characters; Jongin, Kyungsoo
Rating; R (PG-13)
Genres; Romance, Tragedy
Length; Threeshoot
Warn(s); Broken!LuKai | Mentioning mature-scenes | Slight!Angst
-summary-
Kyungsoo mengalami stagnasi dalam hitungan jam saat Jongin membawanya menelusuri detik; karena waktu berhenti untuk seorang yang tak dapat mengingat, dan lari dari seseorang yang tak bisa kehilangan kereta terakhir yang membawanya ke rumah.
Cahaya matahari terbawa dalam mimpi Kyungsoo, terbias menjadi sesuatu yang dingin dan terasa asin dan melibatkan tumitnya menapak permukaan lembut antara tepi laut serta pantai. Ia berbalik dan pasir putih itu menjelma menjadi linen dingin.
Ketika ia membuka matanya, dapat dilihat kepak sayap camar dan gradasi biru terang digantikan oleh pandangannya pada langit-langit kamar. Beberapa meter dekat situ, ada jendela kecil (tepatnya di ujung kamar sempitnya), serta lantai kayu yang rapuh—permukaannya mulai mengelupas—di bawah lapis karpet. Itu kamarnya, walaupun tidak persis sama seperti yang kemarin, sebab kini ada sebuah memo kecil berwarna hijau yang disisipkan dekat dinding di sisi ranjang—ia tak ingat pernah menempatkannya di sana. Lapisan kedua dari teks itu berwarna dan bentuknya menyerupai diagram, isinya angka dan tanggal. Angin berhembus menyapa tirai dan menerbangkan memo itu. Sedikit memainkan melodi dalam bunyi kertas yang tertiup angin.
Pemandangan itu serasa asing namun tidak aneh, sepertinya ada sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya dan menyisip masuk dalam ingatan Kyungsoo. Bisa jadi itu terjadi antara hari ini dan kemarin. Mungkin juga lebih dari sehari. Entah bagaimana caranya hingga dia tak perlu membaca memo tersebut untuk dapat mengerti bahwa isinya bertuliskan berapa banyak hari yang telah berlalu, dan apa yang ia maksudkan untuk lakukan hari ini.
Tetapi spot kecil dari memo berwarna kuning di atas karton hijau, terserak di lantai dan dinding memaksa atensinya. Ada meja serta satu bantal di sampingnya, menohoknya sebagian. Tulisan tangannya berbeda. Tidak ada tanggal. Hanya untai kata.
Kyungsoo mendudukkan diri perlahan-lahan, biasanya mencapai agak siang saat ia memutuskan untuk menyibak diri dari tempat tidur. Karpetnya berantakan berkat kaki telanjangnya, aroma menenangkan saat pukul enam pagi. Kelihatannya ada yang menyeduh kopi di lantai bawah, hingga baunya menguar pada langit-langit kamar. Kyungsoo mengangkat memo itu dari bantal dan membacanya, "Namamu adalah Do Kyungsoo. Kau kehilangan memori jangka pendek, bisa disebut amnesia, hingga kau tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam. Tapi biarkan aku membantumu."
Lalu ia beralih ke memo yang ada di bantal sebelahnya, "Tadi malam aku menidurkan kepalaku di atas bantal ini dan lenganku mengalung di pinggangmu. Namaku Kim Jongin. Aku memanggilmu Hyung. Kemarin kau mencintaiku. Hari ini kau akan kembali mencintaiku."
Kyungsoo tertatih, melangkah mundur. Matanya melebar dan mulutnya menganga tak percaya. Tumitnya mengerut satu sama lain. "Di sini, kau membuka pakaianku."
"Dan di sini, aku menelanjangimu," kata yang ditempel di dinding, tepat di atas catatan hijau yang bertuliskan; Mijin tak lagi menyajikan kue beras—05/05/2008.
Beberapa inci di samping tulisan-tulisan itu dituliskan, "Dan di sini aku menghimpitmu ke dinding, dan menciummu dengan benar-benar buas (kira-kira, terasa seperti gelap meraja) dan kita pikir kita bisa melakukan seks."
Menoleh ke atas meja, ada tulisan, "Di sini kau duduk, menggantung tungkai kakimu. Aku meletakkan tanganku di tempurung lututmu dan kau membungkuk, menciumku lebih dulu."
Di ujung tempat tidurnya: "Kita bicara tentang balet. Kau menyenandungkan lagu dan jemariku melakukan sentuhan di sini (karena tengkukmu terlalu rendah, dan aku lebih suka kalau kau tak memukul kepalaku setelah ini, oke) di sini, jeté besar ke atas lantai, fouetté en tourant dan kemudian merabai punggung tanganmu. Iramanya agak cepat dan kau tersenyum."
Di belakang pintu kamarnya: "Aku bersandar pada pintu ini dan kau membaca memo hijau yang ditempel sementara berkeliling membersihkan debu yang bahkan tak nampak. Itu mendatangiku, seperti semuanya terlihat hijau layaknya rumput dan rumput terasa jenuh tanpa bunga aster. Jadi kuharap kau suka warna kuning?"
Dan saat ia membuka pintu, ada seseorang yang menyentil dahinya: "Dan inilah Kim Jongin. Katakan halo padaku?"
Kyungsoo mendongak, menatap ragu dia yang barusan menyentil. Kontur tulang selangka yang tegap, kulit coklat eksotik, serta rahang yang tegas. Satu milimeter seperti masuk dalam lingkaran waktu. Ia terdorong untuk segera membanting pintu dan berteriak memanggil polisi karena ada orang asing muncul di apartemennya dan orang asing itu menuliskan catatan-catatan aneh menyeramkan tepat di depan wajahnya.
Detakan jantung yang keras dan pusing membuat perutnya mual dan kepalanya seperti dipenuhi cahaya. Ia benar-benar tak bisa merasakan ujung jarinya ataupun lututnya karena hal tiba-tiba ini. Tapi semuanya kembali normal—hampir, seolah-olah terbiasa—saat matanya menilik senyum bodoh dan pasang mata yang berbinar.
"Hai, Hyung!" sapa Jongin. Sudut bibirnya melengkung ke bawah, meski wajahnya masih ramah. Suaranya asing, tentu, dan Kyungsoo tidak ingat persis kapan ia pernah mendengar itu sebelumnya—itupun jika ia pernah.
Namun, itu terlampau alami untuk bisa kembali menghadirkan senyum di bibir Jongin walau tipis, "Halo," sapa Kyungsoo balik. Dan entah bagaimana suku kata tersebut terucap sempurna lewat lidahnya, mungkin karena ia mengatakannya hampir seribu kali. Mungkin karena mereka ditakdirkan untuk bersama.
tbc
p/s: Thanks to changdictatorwho give me permission to trans her art!
