Sepasang mata violet menatap jauh ke horizon utara. Gulungan awan mendung berwarna abu-abu gelap—menjanjikan sebuah kepastian—datang merayap menutupi setiap inchi atmosfer. Bibir yang biasa melengkung membentuk senyuman itu kini membentuk sudut 180 derajat. Wajah dingin tanpa ekspresi. Tubuhnya semakin kaku, sambil menahan suhu yang mendadak turun lebih jauh dari suhu terendah yang pernah ia rasakan sepanjang hidupnya sebagai seorang personifikasi negara Russia. Ia menarik syalnya lebih rapat di sekitar leher.
Salju pertama turun membawa sensasi beku dan jatuh di atas kepalanya. Dengan segera butiran-butiran putih yang lain mengikuti. Tiupan angin dingin mulai terasa membasuh kulitnya. Ketakutannya terbukti. Tidak seperti anggapan kebanyakan orang—
"Sudah datang da," lirihnya.
—bukan panas yang akan jadi mimpi buruk dunia. Tetapi dingin.
. . .
TERRA GLACIALIS
—the initial
Disclaimer:
Hetalia © Hidekaz Himaruya
News (italic text) taken from www. iceagenow. com. Not mine
Warning:
OOC? OC mentioned.
Based on New Ice Age prediction. Hetalified.
. . .
2011, 1 Juni—Northwest Italy
Cuaca begitu cerah di regionnya. Sang personifikasi Italia Utara tersenyum lebar. Hari inipun pasta masih makanan paling enak di dunia untuk North Italy. Sambil menghadapi sepiring makanan favoritnya itu—dengan saus tomat spesial dan taburan keju, resep turun temurun keluarga Vargas—ia mengagumi cuaca cerah lewat jendela dapurnya yang berhubungan langsung ke halaman belakang rumah mereka.
Langit begitu biru dengan awan putih yang menggembung, terlihat seperti kembang gula yang manis. Hamparan hijau yang segar menemani angkasa yang begitu jernih. Tak tahan lagi, North Italy segera menghabiskan pasta di piringnya dan menghambur keluar rumah. Ia tertawa lebar menikmati siraman matahari yang penuh menerpa sosoknya.
"Vee~, hari ini cuaca benar-benar cerah! Mungkin aku bisa menelepon Fratello atau Doitsu atau Nihon untuk menghabiskan waktu di sini. Sayang kalau cuaca secerah ini terlewat begitu saja," ujarnya pada dirinya sendiri. "Atau aku bisa menelepon ketiganya, vee! Ya, itu benar!"
Sehelai rambut yang mencuat dari sebelah kepalanya memantul-mantul saat cepat langkah kakinya berlari menuju rumahnya kembali. Tetapi tepat ketika ia sampai di ambang pintu rumahnya, langkah kakinya terhenti oleh suara-suara yang tidak biasa.
"Vee?" ia bertanya sambil membalikkan badan ke arah suara itu.
Suara burung-burung yang melengking memenuhi angkasa sementara kepakan-kepakan sayap berusaha membawa badan mereka maju. Seperti melarikan diri dari sesuatu. Mata North Italy terbuka lebar, sementara senyum lebarnya jatuh.
Bukan burung-burung itu yang membuat reaksinya berubah. Tetapi segulungan awan mendung yang gelap mendekat dengan cepat dari arah horizon utara. Tampaknya itu yang membuat burung-burung itu berterbangan mencari tempat perlindungan.
North Italy tidak bergerak, mengamati awan mendung yang mendekat dengan cepat. Lalu sebutir putih salju yang beku dan dingin turun perlahan dari atas. Ia mengulurkan tangannya dan menangkap butiran kecil itu. Salju itu meleleh saat mengenai telapak tangannya yang lebih hangat.
"Ini…" ia berkata lirih, "…tidak mungkin."
.
Snow in NW Italy – Not happened in 80 years
Today, 1st June 2011 in the northwestern part of Italy we have snow under 1000 meters as not happened in 80 years.
.
"Doitsu! Doitsu! Doitsu!"
Germany memijat pelipisnya dengan tangan kiri dan menghela napas. Sementara di tangan kanannya tergenggam telepon keluaran lama yang mengarah langsung ke telinga. Ia sedang menghitung pajak nasional untuk tahun ini saat teleponnya berdering. Dan tepat seperti yang ia duga—yang meneleponnya adalah North Italy.
"Ya, Italy? Ada masalah apa lagi sekarang?" Ia bertanya-tanya dalam hati mengapa Italy selalu menghubunginya untuk masalah-masalah sepele. Namun ia tak tega mengomeli teman baiknya itu.
"Di rumahku turun salju, Doitsu!" seru suara dari ujung lain telepon.
"Itu tidak mungkin, Italy. Apa kau sedang ada di rumah kakakmu?" Germany menggigil sedikit mengingat kata-kata kasar yang dilemparkan South Italy padanya tanpa sungkan-sungkan.
"Tidak, vee! Aku tidak berbohong, Doitsu!"
Sang personifikasi Jerman menghela napas. Memang terkadang North Italy cengeng dan sering membuatnya kerepotan. Tetapi sejauh berfungsinya ingatannya, Germany tahu kalau North Italy tidak pernah membohonginya.
"Bukankah di rumahmu tak pernah turun salju?" tanya Germany.
"Vee… Itu juga yang ingin kutanyakan, Doitsu." Dengan nada tak bersalah, North Italy mengungkapkan kalimat itu. Germany bisa membayangkan senyuman di wajah temannya itu.
Sekali lagi napas terhela dari mulut Germany. "Mana aku tahu, Italy. Sekarang aku ingin kembali bekerja. Bisakah aku menutup teleponnya sekarang?"
"Kalau begitu baiklah," jawab North Italy.
Klik. Tuut. Tuut. Tuut.
. . .
2011, Mei—Northern Australy
"Good morning, Alice!" sapa seorang pemuda berambut coklat dan bermata hijau di depan sebuah kandang besar berjeruji. Ia membuka pintu kandang itu dan mengulurkan kedua tangannya ke dalam kandang.
Seekor koala betina dewasa berambut abu-abu yang merupakan penghuni kandang itu menatap sepasang tangan majikannya. Di sisi lain, Australia tersenyum lebar—menanti peliharaannya itu menyambut uluran tangannya.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Beberapa menit terlewat.
Sang koala yang belakangan diketahui bernama Alice itu mengalihkan wajah dari pemiliknya. Segera saja rahang Australia terjatuh. Mulut menganga—ia tidak percaya koala miliknya itu berkhianat!
"Alice! Ada apa denganmu? Apa kau menolak majikanmu sekarang!" teriak personifikasi Australia itu.
Tetapi Alice tak mempedulikannya. Ia memanjat pohon eukaliptus di dalam kandangnya itu dan masuk ke dalam rumah pohon kecil yang dibuat Australia untuknya. Ia meringkukkan badannya dan sinyal darinya terlihat jelas—ia menolak untuk keluar.
Australia tertegun memperhatikan koalanya. Ia menggelengkan kepalanya dan menutup pintu kandang Alice. Bergumam, "Dasar koala aneh. Sebaiknya aku menengok Gary sajalah."
Dengan cepat kakinya segera menuju ke sisi lain halaman belakangnya yang terhubung dengan rawa-rawa. Ia tersenyum lebar sambil melongokkan kepalanya ke dalam sebuah liang di antara bebatuan.
"Gaaary! Hai, dear! Aku di sini. Apa kau tak mau keluar dan bermain denganku?" tawar Australia pada entah-apa-itu yang menghuni liang.
Gary, ternyata adalah seekor alligator yang berada di ujung usia remajanya, hanya membuka matanya sesaat. Lalu menutupnya lagi. Tak menghiraukan majikannya.
"APA! Apa ini konspirasi binatang peliharaan!" seru Australia mulai marah. "Ayolah, Gary! Kenapa kau seperti ini. Alice juga! ADA APA DENGAN KALIAN BERDUA?"
Tetapi aligator itu tak mempedulikannya.
"Ayolah, Gary. Ayo kita mengunjungi Nesia! Kau bisa bermain dengan Komo nanti," rayu Australia.
Dan masih belum ada perhatian—meski nama peliharaan Indonesia yang konon adalah rival paling kompetitif alligator itu disebut-sebut. Padahal biasanya Gary akan segera memasang muka garang saat mendengar nama biawak berukuran abnormal itu.
"Gary, dear. Kumohon. Please, please, please."
Bahkan wajah anjing-kecil-kehujanan Australia yang sebelumnya selalu berhasil pada Gary kini tak lagi mempan.
Dan akhirnya Australia frustasi. Ia menghela napas dan berjalan pergi sambil menggerutu, "Apa yang terjadi pada mereka berdua?"
Selama sebulan, Alice dan Gary menolak permintaan majikannya untuk keluar dari sarang. Bahkan Australia terpaksa memberikan makanan mereka ke dalam sarang.
.
Coldest May on Record for Darwin
31 May 2011 – Darwin and other parts of Northern Australia have just endured their coldest May on record. Not only just one day, mind you, but the entire bloody month.
.
. . .
2011, Mei 29—USA
"Tony, hari ini aku akan pergi main ski," America mengatakan dengan senyuman lebar.
Alien 'teman' berwarna abu-abu dengan mata hitam besar itu hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu dalam bahasanya yang mungkin hanya dapat dimengerti sang personifikasi negara Amerika. Senyum America jatuh dan ia bertanya, "Saljunya lebih banyak? Udara lebih dingin? Badai salju? Kau takut aku kedinginan lalu membeku?"
Tony tidak menjawab.
"Hahahaha! Jangan khawatir, Tony!" seru America sambil memasang posenya. "Udara sedingin apapun tidak akan menghentikan seorang hero sepertiku! Bahkan badai salju sekalipun!"
Saat itulah teleponnya berdering. America segera bergegas mengangkatnya.
"Halo! Eh, Boss?" sapa America.
Untuk beberapa saat ia terdiam mendengarkan informasi—lebih tepatnya ceramah—dari bosnya di ujung lain telepon. Ketika bosnya menutup mulut, ia menghela napas.
"Baiklah Boss, kalau memang kau melarangku main ski. Aku mengerti sekarang."
.
12 to 18 inches of snow for Montana – Winter storm warning.
Heavy snow expected over the Crazy Mountains, the Beartooth/Absaroka Mountains, and NE Big Horns Mountains today through Monday. Whiteout conditions possible. (May 29)
.
. . .
(the initial—end)
A/N:
*) Terra glacialis (Latin) : Frozen earth—atau seperti itulah berdasarkan skill bahasa latin saya yang sangat pas-pasan. Menerima koreksi :)
Entah mengapa fic ini malah jadi seperti ini orz. Fic ini tidak akan lebih panjang dari 2 chapter saja. Chapter kedua, proporsi terbesarnya berasal dari imajinasi saya meski tetap dengan dasar informasi.
Yap, memang benar bagian NW Italia tak pernah bersalju sejak 80 tahun silam. Lalu hubungan antara hewan (dalam hal ini peliharaan Australia dan burung-burung di Italia tadi) dengan cuaca adalah—hewan memiliki sensitifitas terhadap kondisi lingkungan yang lebih baik dari pada manusia. Sedikit saja perubahan cuaca, suhu, atau yang lainnya—dapat mempengaruhi kebiasaan dan perilaku mereka. Bahkan ada jenis ular yang mampu mendeteksi gempa bumi yang berjarak beberapa hari—dan secara naluriah mereka akan berpindah ke tempat yang lebih aman.
Tetapi contoh-contoh di dalam fic ini hanya bersumber dari pikiran dan pengetahuan sangat-dasar author—karena itu, tidak 100 persen mencerminkan keadaan di dunia nyata. Jadi kalau ada perbedaan dengan realitas, khususnya perilaku hewan-hewan tertentu, maka maafkanlah. Sejujurnya author ini belum sampai dapat materi perilaku binatang di kuliahnya orz.
—whoops. Ketahuan deh saya kuliah di jurusan apa =_=a
Dan prediksi New Ice Age adalah nyata. Ilmuwan Russia memprediksikan terjadinya Little Ice Age dalam waktu cukup dekat yang akan membekukan sebagian besar belahan bumi utara, termasuk Eropa dan Amerika Utara. Sebenarnya peristiwa ini adalah siklus alami setiap 11500 tahun sekali saat aktivitas matahari mengalami penurunan, yang saat ini sebenarnya tengah terjadi. (dari berbagai sumber, utamanya situs yang sudah disebutkan di atas)
Jangan khawatir, daerah tropis, termasuk Indonesia tidak kena es, kok. Belahan selatan juga. Kemungkinannya hanya suhu saja yang akan turun, lalu mempengaruhi beberapa jenis binatang. Terutama ikan-ikan yang kemungkinan mati karena turunnya suhu air laut. Seperti yang terjadi di Philipina tak lama sebelum ini. Kalau ingin tahu lebih banyak bisa buka situs tersebut.
Dengan global warming? Entahlah. Saya cukup skeptis dengan isu global warming, meski tetap waspada. Tetapi ini bukan tempat saya menjelaskan, karena bisa-bisa A/N ini jadi lebih panjang daripada ficnya orz. Kalau mau berdiskusi bisa PM ke saya.
Review, bitte? m(_ _)m
-knoc
