I just warn you about the content of this story, yes totally AU, some OOC, beware for misstypo, and other mistake and nonbaku sentences.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto


Mengabaikan wanita-wanita yang tengah menatap ke arah mejanya, Naruto hanya terus bisa berceloteh. Sepasang mata gelap pendengar paling tampan di bangunan rumah sakit ini terus-terusan berputar. Iya, Sasuke sudah mulai bosan. Tetapi apa yang bisa ia perbuat coba? Hanya Naruto yang dapat membuatnya nyaman untuk bersantai di semua tempat (terkadang juga tidak).

"Tadi aku kesel sekali!" Naruto masih betah berceloteh rupanya. "Pasien di kamar 502 memencet-mencet bel seenak jidatnya. Kami sudah bolak-balik ke kamarnya karena kami kira ada seseorang yang berusaha membunuhnya."

"Hn?" alis Sasuke terangkat. "Maksudmu seperti di adegan sinetron-sinetron?"

Naruto hampir saja tersedak lidahnya sendiri. Tidak disangka otak Sasuke langsung terhubung ke arah sana. "Tapi, setelah kami sampai di sana. Kau tahu apa yang terjadi?"

"Ada kucing yang melompat di atas kasurnya?"

"Lebih parah dari itu! Ok, kemarin dia memang berhalusinasi ada kucing yang melompatinya. Tetapi hari ini, dia kira Jepang sedang gempa."

Masih setia mendengar, Sasuke hanya bisa menyeruput kopi pahit miliknya. Kadang Naruto berpikir; Sasuke sudah seperti kehilangan indra pengecap. "Mungkin efek dari penyakitnya."

"Halah, orang cuma sakit tua saja. Perlu kamu ketahui, Sas. Kayaknya dia salah masuk rumah sakit."

Entah pengetahuan apa yang perlu Sasuke ketahui dikata itu.

"Seharusnya dia masuk rumah sakit jiwa. Ya ampun, untung saja aku masih bisa menahan emosi."

Sasuke memutar kedua matanya bosan. Tetapi mendengarkan Naruto bercerita tanpa sadar sudah menghabiskan isi dalam cangkirnya. Untung saja ia bukan salah satu perawat dari poli lansia seperti Naruto. Ah, tidak. Sasuke cocok juga jika berdiri di salah satu kubikel poli tersebut. Karena emosinya tidak selabil yang Naruto punya.

Seseorang yang cukup menarik perhatian dalam kantin ini menyita pandangan Sasuke. Ia adalah Sakura Haruno, dari tadi sebenarnya gadis itu sudah berada di sana. Duduk di antara teman-teman perawat yang lain—sama seperti mereka berdua, menghabiskan jam makan malam di sini.

"Apa kau sedang bertengkar dengan Sakura?"

"Kami baik-baik saja." Naruto menoleh sesaat, mengikuti arah pandang Sasuke yang tertuju di belakangnya. Ia melihat Sakura di sana, dan tidak disangka Sakura menyadarinya lalu melambaikan tangan dengan sebuah senyuman. Sudah disapa tentunya Naruto harus membalasnya juga.

"Kurasa dia menyukaimu," tebak Sasuke datar.

Naruto ingin tertawa mendengar itu. Mana mungkin perawat se-fashinable seperti Sakura bisa menyukainya. Dari jaman kuliah sampai sekarang mereka berteman baik, saling membantu, walau terkadang adu mulut, saling mendukung untuk memberi contekkan ...

"Ternyata walau sudah seperempat abad kau masih saja tidak peka."

"Kata siapa?" Naruto tidak suka mendengar itu. "Aku peka saat kau sudah kesal, aku juga peka saat Karin menyukaimu. Dan aku juga peka saat Konohamaru minta traktir bulan kemarin."

Sasuke berdecak, "itu karena mereka mengatakannya langsung, bodoh. Coba kau perhatikan Sakura akhir-akhir ini."

Kembali Naruto menoleh sekali lagi. Teman masa kuliahnya itu tetap asyik bergosip ria.

"You get the point what i mean?"

"Sakura-chan baru membeli bandana baru?" hanya itu yang ada di sudut pandang Naruto.

Sasuke menahan tonjolan urat yang ingin sekali keluar ke permukaan kulit dahi. "Coba kau perhatikan lagi, akhir-akhir ini ia cukup berdandan. Memakai high heels dan juga mengubah gaya rambutnya."

"Mungkin dia bosan dengan style yang lama?"

"Atau mungkin dia menyukaimu?"

Sebuah semburat tipis mendadak timbul di permukaan pipi Naruto. "Jangan membuatku Ge-er!"

"Aku kasih tahu kau satu hal, wanita akan selalu berpenampilan rapi jika ia jatuh cinta pada seseorang."

Mulut pemuda jabrik itu ternganga tak percaya. Bagaimana bisa Sasuke menyimpulkan semudah ia menyeruput mie ramen. "Mungkin itu bukan aku."

Sasuke mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan hidung Naruto. "Kita lihat saja nanti, Dobe."


#Ciri-ciri pertama : Perubahan Penampilan.


Anggap saja perkataan Sasuke tadi adalah sebuah lelucon. Naruto tidak mau, setelah ia mendengar pernyataan itu—ia menjadi salah tingkah sendiri saat berhadapan dengan Sakura. Bisa saja Sasuke hanya mengerjainya dan saat ini ia sedang tertawa jahat di salah satu WC kamar mandi bagian poli anak tempatnya bertugas.

Setelah waktu makan malam selesai, Naruto segera menuju laboratorium analis di lantai satu, ia akan mengambil beberapa hasil tes darah yang sudah ia kerjakan sebelum makan malam tadi. Beberapa orang tampak mondar-mandir di tempat masing-masing. Dan Naruto tak pernah tahu, Sakura ternyata sudah lebih dulu berdiri di depan microskop-nya.

"Hai, Sakura-chan," sapanya basa-basi.

Sakura menurunkan masker hijaunya sebelum berkata. "Sudah berapa kali aku ingatkan, jangan lupa memakai masker jika memasukki laboratorium." Sakura terlihat mendesah panjang, merutukki sikap Naruto yang ingin cepat-cepat saja. Selalu begitu, laki-laki itu selalu lupa mengenakkan masker.

Naruto menggaruk lehernya cangung, karena tidak enak hati, ia malah cengar-cengir. "Kurasa pasiennya sudah cukup lama menunggu, aku tidak ingin ia menunggu lama."

"Walau begitu tetap jangan lupa memakainya." Sakura merogoh saku baju perawatnya. Sebuah masker hijau ia berikan kepada laki-laki itu. "Ini pakai dahulu."

Naruto pun segera memakainya. Sementara Sakura membenarkan posisi maskernya kembali seperti semula. "Oh, satu lagi, pasti kau lupa membersihkan tanganmu dengan alkohol yang berada di pintu?"

Bagaimana mungkin Sakura bisa menebak dengan tepat. "Ya, begitulah, kau tahu sekali Sakura-chan."

Sakura menggeleng-geleng, kemudian ia merogoh kembali sakunya dan mengeluarkan sebuah botol plastik kecil berisi cairan antiseptik. "Pakai dulu ini baru menyentuh alat-alat."

Dengan gerak lambat Naruto mengambil botol tersebut dan menggunakan isinya. Selama ini ia mondar-mandir dalam laboratorium, tidak ada satu orang pun yang peduli mau telanjang kaki sekali pun. Tetapi hari ini dan entah mengapa, sepertinya hanya Sakura yang menyadarinya.

"Oh, Naruto!"

Naruto menoleh kembali ke arah Sakura.

"Darah di sebelah sana adalah positif HIV, kau harus menggunakan jubah putih, lalu aku juga sudah melihat ada kelainan dari sampel B. Hati-hati, aku saja merinding melihat hasilnya."

Naruto dibuat melongo, bukannya itu adalah bagian pekerjaannya, kenapa Sakura mengetahuinya?

"Lalu dahak yang kau periksa sore tadi itu positif TBC, kan? Kau seharusnya bukan menggunakan masker itu." Sakura terlihat menepuk jidatnya. "Cepat cari masker di lemari sebelah sana, ada masih banyak."

"Pakai sarung tangan karet, jangan lupa keringkan dulu jas putihnya di sana."

"Aduh, pekerjaanmu berat sekali akhir-akhir ini, pakai juga tutup kepala bila perlu."

Ocehan Sakura sudah seperti kerumunan lebah yang berebut untuk masuk ke dalam telinganya. Dan jika diibaratkan dalam situasi dunia anime, Naruto seperti ketindihan kata-kata berukuran besar dan berat seperti batu, yang menekannya untuk tiarap di lantai. Eh, apa sebegitu beratnya pekerjaan hari ini?


#Ciri-ciri kedua : Mulai Menunjukkan Rasa Perhatian.


"Aku ingin ketemu dokter Tsunade bukan kalian!"

Ya ampun. Naruto lupa kalau pagi ini pasiennya adalah orangtua yang kemarin juga. Orangtua gila yang ditinggal kerja seharian oleh anaknya. Wajar saja halusinasi menemaninya setiap waktu. Sementara Sakura melebarkan cengiran, memamerkan deretan giginya yang rata.

"Jadwal dokter Tsunade adalah sore nanti, harap sabar menunggu." Sakura melangkah mendekat ke sisi ranjang.

Dengan malas Naruto menutup kembali pintu ruang inap kamar ini, menghadapi pasien lansia harus lebih ekstra bersabar dari pasien anak-anak. Detik ini ia memberikan sebuah nilai plus untuk Sasuke yang kemungkinan sedang ceramah tentang bahagianya hidup sehat kepada anak-anak. Daripada ia emosi dan memutuskan untuk resign—lalu beralih menjadi asisten Orochimaru sebagai tabib di kampung halamannya, masih mending ia jadi perawat swasta di sini, walaupun bertemu macam-macam orangtua yang menyebalkan.

"Semua rumah sakit sama saja, dokternya payah-payah. Susah ditemui. Apa mereka bekerja di beberapa tempat? Seharusnya yang memeriksa tiap pasien adalah orang-orang yang jabatannya sudah tinggi. Bukan perawat-perawat seperti kalian."

Naruto terlonjak kaget mendengar ocehan pasiennya. Mata shappire-nya melirik ke arah Sakura yang mungkin saja sudah terbakar duluan. Harusnya pasien itu tahu, kalau Sakura bisa saja memberikannya sebuah peringatan atas sikap tidak sopannya itu.

Apa katanya tadi? Merendahakan seorang perawat? Cih, ia tidak tahu saja kalau tanpa perawat Dokter bukanlah apa-apa. Badan Sakura gemetar sesaat mendengar itu, dan dengan satu tarikkan napas panjang ia membentuk sebuah senyuman. "Anda terlihat tampan pagi ini, tuan."

Naruto melongo melihat respon Sakura, ia baru saja seperti melihat seekor kucing jatuh ke mangkuk ramennya.

"Waktu muda aku sudah biasa mendengar kalimat itu," kata tuan Zabuza acuh seolah ia lebih tampan dari Sasuke.

"Di luar hari sangat cerah, sebaiknya anda harus jalan-jalan ke sana." Sakura mengecek keseimbangan selang infus. "Ada banyak bunga lili yang bermekaran." Lalu Sakura membuka kotak yang dibawanya sedari tadi dan mengeluarkan sfigmomanometer dan beberapa suntikkan.

"Aku kurang suka bunga lili. Kenapa rumah sakit ini tidak menanam jagung dan beberapa pohon kaktus saja. Apa mereka tidak tahu, tanaman jagung dapan menentramkan jiwa jika berada di sana?"

Dalam hati Naruto mencibir: "memangnya lahan rumah sakit ini perkebunan?"

"Naruto, apa yang kau lakukan, ayo bantu aku menyuntik."

Naruto terlonjak kaget (entah sudah berapa kali dalam beberapa menit terakhir ini), hari ini kenapa Sakura agak berbeda, biasanya ia akan mengomeli pasien agar tidak bicara melantur. Daripada masalahnya semakin kacau dan ia lah yang mendapat bogem mentah, Naruto segera berjalan ke sisi ranjang pula.

"Kemarin tensi darah anda 150/100. Semoga hari ini menjadi normal ya." Sakura melingkarkan alat sfigmomanometer ke lengan kanan pria itu, memompanya hingga mendapatkan tensi darah yang baru untuk hari ini. "Wah, syukurlah 130/90 pagi ini. Terus berjuang ya untuk sehat!" Ujar Sakura dengan mata berbinar-binar.

Setelah salah satu suntikkan terisi, Naruto meraih salah satu tangan Zabuza.

"Apa yang kau lakukan?" Ia langsung menarik lengannya.

"Err ... Maaf, saya ingin menggulung lengan baju anda."

"Aku tidak ingin disuntik!" Sambil melipat tangannya di depan dada, Zabuza membuang muka ke arah lain.

"Anda memiliki riwayat penyakit Diabetes tipe satu. Anda membutuhkan obat insulin yang hanya bisa disalurkan lewat suntikkan." Sembari mengoceh Sakura menggulung salah satu lengan bajunya.

"Kau sudah sering menjelaskan padanya," ujar Naruto sambil memajukan mulut.

"Itu karena aku tidak mau kau yang menyuntikkannya," Zabuza terlihat mengolok-olok Naruto. Gigi Naruto bergemelutuk, hanya satu yang dapat melegakan hatinya; menggantungnya di tiang bendera atau mencabuti bulu kaki pria tua itu.

Sakura mengambil alih suntikkan dari tangan Naruto, lalu melakukannya sendiri. "Selesai!" Sakura segera memasukkan semua alat itu kembali dengan cepat, "sampai bertemu lagi Tuan Zabuza." Ia membungkuk hormat sebelum pergi dari ruangan ini.

"Ya, jangan lupa lain kali suruh dr. Tsunade menanganiku langsung."

Akhirnya Naruto dapat bernapas lega setelah mereka kembali menutup pintu ruangan itu.

"Sakura-chan, seharusnya kita memarahinya," Ujar Naruto.

"Kau ini kenapa Naruto? Dia itu sudah tua. Kasian sekali kan harus dimarahi." Tawa Sakura seolah dibuat-buat. Dan ia memang berbeda dari biasanya. Terlihat lebih ceria, sedikit dibuat-buat dan cukup menarik perhatian Naruto. Sampai sini Naruto baru menyadari, memang ada sesuatu yang berubah dari wanita ini, dan Sasuke adalah yang benar.


#Ciri-ciri ketiga: wanita akan bertingkah aneh.


(A/N) : Oh, bersambung dulu ya. Sebenarnya ada berpuluh-puluh ciri wanita saat jatuh cinta, mungkin saya akan ambil 6 atau tujuh ciri-ciri saja dalam fanfic ini, soalnya fik ini terdiri dari two shots. Sumber yang saya dapat tentunya dari Google, ntar di chapter dua aja ya saya sertakan linknya, hahah nanti readers bisa nebak dong jalan ceritanya :D

Terimakasih sudah membaca, akhir kata review pweasee XD