My Criminal BOY!

© Masashi Kishimoto

Sasuke U. X Hinata H.

Romance, etc

.

.

.

Summary : Hyuuga Hinata harus berpuas diri kala takdir membawanya terjebak dalam masalah bersama sang kriminal tampan, Uchiha Sasuke. Siapa sangka keputusannya kembali ke Jepang justru akan menguak rahasia terbesar di kehidupan mereka.

.

WARNING !

Abal – abal, Typo(s), OOC, Gaje parah dll

.

Don't LIKE Don't READ

.

HAPPY READING!

.

.

My Criminal BOY!

.

.

.

Chapter 1

*.*.*.*.*

Sore yang tenang, setenang air sungai yang membelah Kota Tokyo. Gemericiknya tak terdengar sedikitpun, menandakan bahwa alirannya tidak deras. Namun, mampu membuat apapun tenggelam ke dalamnya. Berkas – berkas sinar jingga yang menyapu hangat dibiaskan dengan begitu indah oleh genangan air yang memancarkan kilauan keemasan di permukaannya. Sang surya yang hendak kembali ke peraduannya di ufuk baratpun tersenyum hangat seakan mengucap salam `Sampai jumpa esok hari`.

Keramahan itu sepertinya dirasakan oleh para makhluk hidup yang berlalu lalang di sekitar jalan tepi sungai. Entah itu tengah menjalankan rutinitas harian atau sekedar menikmati senja langit sore yang mencoba mennawarkan keindahan dengan awan putih kemerah – merahannya.

Pemandangan sore itu, seakan memikat berpasang – pasang mata yang takjub akan lukisan `MAHAKARAYA` sang Pencipta alam semesta, tak terkecuali seorang gadis yang tengah berdiri di sisi jalan dekat sungai. Di sampingnya terduduk manis sebuah koper yang ukurannya lumayan besar. Produk Paris. Gadis itu sepertinya sedang menikmati keindahan yang tersuguh di hadapannya. Melalui sepasang manik lavender miliknya, ia dapat dengan leluasa memandang sisa – sisa berkas cahaya matahari yang mulai memudar .

Senyum gadis itu mengembang seketika tatkala mendengar sesuatu melalui benda putih yang tengah menempel nyaman di telinganya sejak beberapa saat lalu.

.

"I-iya, Nii-san. A-aku sudah sampai," sang gadis terkekeh pelan menjawab pertanyaan seseorang di ujung telepon.

"Kalau begitu cepatlah kau cari alamat yang sudah kuberikan tadi. Jangan sampi hari menjadi gelap sebelum kau menemukannya." Suara pria yang terdengar masih muda di seberang sana tampak tenang, namun ada sedikit nada kekhawatiran di sana.

"Nii-san te-tenang saja, setelah ini a-aku akan mencarinya." Gadis itu mencoba meyakinkan pria yang menghubunginya via telepon yang sepertinya merupakan kakak laki- lakinya.

"Baguslah ! Lebih cepat lebih baik. Jika sudah sampai kabari aku," laki – laki itu sepertinya benar – benar ingin memastikan bahwa gadis itu atau lebih mungkin merupakan adiknya dalam keadaan baik – baik saja dan tidak terjadi suatu hal buruk padanya.

"B-baik ! Aku pa-pasti akan segera memberi tahu Nii-san ji-jika telah sampai di rumah Tenten-nee," gadis itu mengangguk mantap seraya menjawabnya dengan cepat, namun tetap saja tak dapat menghilangkan ke-identikannya sejak dulu, tergagap pada siapa saja.

Laki – laki di ujung sana sedikit terkekeh mendengar suara adiknya itu," Oh, ya! Kau harus ingat! Di Tokyo, tidak semua orang yang terlihat baik itu sesuai dengan sifat aslinya, kadang justru sebaliknya! Jadi berhati – hatilah, jangan mudah percaya pada orang yang baru kau kenal! Mengerti?!"

"I-iya Neji-nii, aku mengerti, jadi be-berhenti menakut – nakuti ku," gadis bersuari indigo tersebut hanya terkikik geli mendengar nasehat atau lebih pantas disebut omelan dari kakak laki – lakinya yang dipanggil dengan nama Neji. Akhirnya tak berapa lama kemudian ia menutup perbincangan via telepon itu.

.

Senyum gadis itu merekah seketika menyaksikan hamparan air bak kilauan emas yang tertangkap pupil pearl-nya. Pemandangan langka itu seolah mengingatkannya akan kenangan sembilan tahun silam.

Saat ia perama kali menginjakkan kakinya di tanah Tokyo, saat untuk pertama kalinya merasakan musim gugur di Jepang, dan saat sosok yang gadis itu kasihi masih berada di sisinya... mendekapnya, menggandeng tangannya, mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. Namun saat semua itu terjadi ia hanyalah gadis kacil yang tak terlalu pahami arti dari kasih sayang, yang diketahuinya hanyalah rasa tidak ingin kehilangan. Tidak ingin kehilangann keluarganya, terutama sosok wanita dewasa di sisinya. Gadis itu selalu dekat dan ingin menjadi seperti wanita itu, wanita yang senantiasa bersamanya sejak ia belum mengenal kata - kata. Wanita yang telah mengajarinya banyak hal, wanita yang selau membelainya, memeluk, dan memberikan ketenangan padanya. Dia adalah wanita yang telah melahirkannya, yang mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran putri pertamanya ke dunia ini. Dialah seorang ibu sejati.

Tanpa terasa air bening menetes dari pelupuk mata keperakan gadis itu. Semua kenangan masa lalunya menguap sudah di tempat ini, tempat yang menjadi saksi bisu perpisahannya dengan sang ibu. Kini ia bukan lagi sosok gadis kecil yang akan menyalahkan semua orang yang tidak mencegah kepergian ibu tercintanya, bukan lagi sosok gadis kecil cengeng yang akan meratapi keadaan yang telah terjadi. Kini ia telah tumbuh menjadi gadis remaja yang tegar dalam mengahadapi kehidupan lantaran 4 tahun yang lalu ia telah berjanji di hadapan Kami-sama bahwa ia pasti akan baik – baik saja setelah ini, setelah semua kejadian yang telah menimpanya. Perpisahan dengan sang ibu membuatnya lebih tabah menerima kenyataan yang ada. Kenyataan yang pernah menorehkan luka di hatinya, yang sempat membuatnya putus asa. Namun luka itu berangsur – angsur sembuh seiring berjalannya waktu, meski tetap meninggalkan bekas setidaknya kini luka itu tak menimbulkan rasa sakit lagi. Rasa sakit yang terakhir di deritanya saat berumur 12 tahun.

Perlahan – lahan cairan bening yang telah menetes beberapa saat yang lalu kini tumpah dengan deras, menganak sungai di pipi putihnya,, meruntuhkan pertahanannya yang mulai goyah. Namun, bukan berarti rasa sakit dan keputus asaan itu kembali lagi. Air mata hanya simbol esok yang lebih cerah dan rasa rindu yang diderita olehnya selama ini. Karena tegar dan tabah saja tak cukup untuk menghapus rasa kehilangan. Detik itu juga ia menyeka air matanya, tak ingin terus – menerus terbelenggu memori masa lalu karena baginya masa sekaranglah yang harus ia pikirkan untuk menjadikan lebih sempurna dan BAHAGIA SELAMANYA.

Bulir – bulir air mata tak tampak lagi di kedua kelopak matanya, menandakan tekad yang ia bangun telah berhasil mengalahkan masa lalunya. Memberikan kekuatan baru untuk menghadapi hari esok yang menantinya. Kini gadis itu mulai tersenyum kembali, senyum yang sempat pudar beberapa saat lalu, SENYUM yang lebih cerah tentunya. Secerah hatinya saat ini.

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, secepat hembusan angin musim gugur yang menerbangkan daun – daun momiji semerah darah. Menggerai lembut surai panjang indigo. Tak ingin berlarut – larut dalam kenangan masa lalu sang gadis menghirup nafas dalam - dalam lalu menghembuskannya perlahan, menormalkan sirkulasi udara di paru – parunya.

.

"Aku rindu Kaa-san, aku ingin mengulang semua kebersamaan kita di sini. Di tempat ini, tempat favorit kita dulu."

.

Gadis itu tersenyum tatkala melihat sebuah foto di ponsel flip putinya, foto yang menampakkan manusia bergender sama tengah tersenyum seraya bergandengan tangan menyaksikann keindahan `sunset`. Namun sayang, gambar tersebut di ambil dari arah samping, memungkinkan wajah kedua objeknya tidak terlihat secara keseluruhan.

.

"Kaa-san, .. sepertinya aku ingin mengabadikan moment keduaku di sini, tapi sayang, tidak ada lagi yang memaniku berfoto seperti yang selalu Kaa-san lakukan dulu."

.

Beberapa foto berhasil terabadikan berkat ponsel miliknnya, menampilkan seorang gadis manis yang tersenyum dengan background matahari yang hampir tenggelam. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.

Raut wajah sang gadis indigo nampak bahagia melihat hasil potret yang diperolehnya. Ia lantas menyimpan semua foto yang diperoleh dalam folder pribadi miliknya. Senyum kepuasaan terus terpatri di wajah cantiknya.

Teringat akan sesuatu, gadis bermanik lavender itu mengeluarkan secarik kertas yang berisikan alamat rumah seseorang dari dalam tas-nya. Daerah yang dituliskan masih terasa asing baginya. Mungkin saja ia akan tersesat nanti, jika mencarinya seorang diri. Gadis itu butuh bantuan seseorang. Namun, ia tak mungkin bertanya pada setiap makhluk hidup yang ia temui, melainkan ia akan menyewa sebuah taksi dan memintanya mengantarkan ke alamat yang ada di genggamannya sekarang.

My Criminal BOY!

*.*.*.*.*

Di jalan besar yang nampak lengang tak jauh dari jembatan penghubung antara hilir sungai Tokyo, terlihat sebuah mobil sport Ferary meluncur dengan kecepatan tinggi seakan akan jalan tersebut merupakan lintasan arena balap. Kecepatanya mencapai batas maksimum hingga menghasilkan deru keras yang CUKUP untuk memekakkan telinga. Tak seberapa jauh di depan melaju dua buah mobil yang tak kalah kencang. Hanya berupa `JEEP` namun dua kendaraan tersebut telah di modifikasi sedemikian rupa. Hingga kecepatannya mampu menandingi kecepatan mobil sport tercepat sekalipun.

Sepasang mata Onyx tak henti – hentinya terfokus pada dua buah objek yang menjadi incarannya. MEGAWASI setiap gerak – gerik mencurigakan kendaraan di depannya. Bak berada dalam medan magnetik, ke mana pun arah target buruannya meluncur maka mobil si pemilik mata kelam pun terus mengikutinya. Melalui headset yang terpasang di kedua indera pendengarannya pria berambut raven itu berkomunikasi dengan seseorang entah siapa.

.

"Target di temukan, segera kirim mereka berlawanan arah jam dua, cepat, sebelum mereka berhasil lolos!"

Tak selang berapa lama kemudian sang pria berambut raven menyeringai,"Cih. Tak akan kubiarkan kalian lolos dengan mudah."

Tbc.

A/N : Fiuhhhh *menghela nafas* Hay hay hay kali ini saya membawa fic berbeda dengan judul `My Criminal BOY`. Sebenernya udah lama pengen ku publish tapi..tapi... #gak_punya_akun T.T `n maaf kalau agak tersa aneh soalnya ini bener – bener fic pertama banget yg aku tulis apa adanya. Udah lama juga nganggur di buku XD

Okay, kurasa itu saja yang ingin aku sampaikan kali ini. Sesuai dengan yang aku cantumkan, fic ini akan membahas seputar kehidupan pairing SH. Di sini juga belum ada interaksinya, jadi buat yang nunggu sabar dulu X3 *emang ada yang nunggu?*

Di akhir kata salam hangat untuk para READER-san,

Higurashi HimeKA

.

Mind to RnR?