Lui kangen MarkJin! (ga ada yg nny)
Ini buat readers yg udh nungguin sweet NC nya MarkJin sekaligus kado Valentine yang emm... sedikit terlambat hehehe.
SWEET ESCAPE
"Kadoku?"
Mark baru saja tiba di dorm ketika Jinyoung menghadangnya. Pria itu langsung salah tingkah begitu ditagih masalah kado. Ya, dia belum memberi kado Valentine kepada Jinyoung.
Tanpa dijawab pun Jinyoung tahu kalau bocah Amerika kesukaannya itu belum menyiapkan kadonya. Dia menghela napas kecewa, kemudian berlalu tanpa menghiraukan Mark.
Mark tahu kalau Jinyoung akan mendiamkannya jika sudah dibuat kesal. Namun dia sendiri memang belum menyiapkan apa-apa.
Merasa perlu mendapat ide, Mark bertanya pada member lainnya tentang kado apa yang cocok diberikan sebagai hadiah Valentine. Mungkin seperti sesuatu yang sedang dibutuhkan Jinyoung? Namun kebanyakan dari mereka menjawab tidak tahu karena Jinyoung lebih suka menyendiri. Mark hampir putus asa saat tiba-tiba Bambam menasehatinya. "Kau tahu apa yang Jinyoung mau, Mark hyung."
Apa mungkin...?
Seolah mendapat pencerahan lainnya, manajer meneleponnya dan mengatakan bahwa Mark mempunyai satu hari jatah libur. "Pergi lah berlibur jika kau mau walaupun hanya sehari. Kau tahu kan dimana tempat yang paling tepat untuk menghabiskan satu hari jatah liburanmu?" Manajer memberinya nasehat yang awalnya membuat Mark garuk-garuk kepala kebingungan. "Pergi lah ke hotel Mark! Bersenang-senang!"
Tiba-tiba saja lampu pijar di kepala Mark menyala.
XXX
Tok. Tok.
Jinyoung sedang bermain handphone sambil tengkurap di ranjang saat pintu kamarnya diketuk. "Masuk."
Mark memunculkan kepalanya dari balik pintu dan bertemu tatap dengan Jinyoung yang kemudian langsung membuang muka dengan wajah tanpa minat. Ingat, mereka sedang mengalami perang dingin.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Jinyoung ketus tanpa memedulikan Mark yang sudah memanjat naik ke ranjang tempat Jinyoung sedang menikmati 'me time' nya bersama ponsel.
Mark berusaha tersenyum kikuk sejenak, namun hal tersebut malah membuat Jinyoung semakin merasa terganggu karena dia tahu kalau sebentar lagi Mark akan melakukan aksi permintaan maaf. Dia perlu menjauhi Mark.
"Eh, tunggu…" Namun Mark dengan sigap mencegah lengan Jinyoung yang sudah siap bangkit dari ranjang.
"Apa lagi?" tuntut Jinyoung, namun toh dia tidak menepis tangan Mark dari lengannya.
Mark menarik Jinyoung mendekat ke arahnya. "Aku punya sesuatu untukmu. Kado Valentine yang... seidkit terlambat." Mark mengakhiri ucapannya dengan berat hati. "Miane…" lanjutnya penuh penyesalan.
Jinyoung yang masih cemberut sempat melirik Mark yang kini sedang menatapnya dengan puppy eyes. Tak kunjung mendapat respon, Mark mendekatkan wajahnya ke wajah Jinyoung yang masih membuang muka, lalu mendaratkan bibirnya di pipi Jinyoung.
Mendapatkan kecupan lembut di pipi dari seorang Mark membuat Jinyoung hampir saja melupakan segala kekesalannya.
"Berhenti mengacuhkanku…" pinta Mark dengan sangat, semakin membuat Jinyoung bahagia karena telah memenangkan perang dingin mereka. Dia tahu Mark akan segera dan selalu meminta maaf kepadanya setiap melakukan kesalahan. Hal yang tidak perlu dibanggakan sebenarnya. Tapi yang membuat Jinyoung selalu menunggu-nunggunya adalah cara Mark melakukannya. Pria itu selalu mempunyai cara unik dan istimewa yang membuat Jinyoung semakin jatuh cinta kepadanya.
"Kemarahanku cukup membuatmu menderita kan?" tanya Jinyoung kemudian, yang mendapat anggukan patuh dari Mark.
Terdengar helaan napas lega dari Jinyoung. "Sebenarnya, memusuhi juga cukup melelahkan, hyung" aku Jinyoung.
Kini keduanya saling bertatapan cukup lama, menyelami seberapa dalamnya rasa tidak bisa hidup tanpa satu sama lain.
"Sekarang, mana kadoku?" Tiba-tiba Jinyoung menyela. Wajahnya kini tak lagi galak ataupun cemberut, melainkan antusias.
"Nih." Mark memberinya selembar kertas.
Jinyoung menerimanya dengan ragu. "Apa pula ini?" gumamnya dalam hati. Mark tidak berencana mempermainkannya lagi kan, pikirnya.
Mark menunggu-nunggu dengan tidak sabar ketika Jinyoung membuka lipatan kertas itu dan membaca tulisan-tulisan yang tertera disana.
"Bukti pemesanan kamar hotel?" gumam Jinyoung sambil menatap Mark, meminta penjelasan.
"Teruskan membaca" perintah Mark.
Jinyoung pun menurut dan matanya melahap semua tulisan dengan cepat. Semakin ke bawah, matanya semakin melebar. "Hyung!"
Mark tersenyum lebar setelah mendengar reaksi Jinyoung.
"Kau memberiku kado menginap semalam di hotel berbintang lima?" tanya Jinyoung dengan mata melebar, sangat menggemaskan.
"Eo. Denganku lebih tepatnya." Ucapan Mark menerbitkan senyum Jinyoung yang semakin lama semakin melebar.
"Hyuuuung~!" Jinyoung langsung menyerang Mark dengan pelukan erat hingga keduanya terjerembab diantara bantal-bantal. Seruan Jinyoung dan tawa bahagia Mark memenuhi seisi kamar.
"Hyung kau tidak sedang mengerjaiku kan?" tanya Jinyoung lagi setelah keduanya kembali duduk berhadapan. "Hyung, cepat jawab!"
Mark masih mengatur ekspresi wajahnya yang kelewat bahagia. "Untuk apa aku mengerjaimu?" Mark pun akhirnya menceritakan semua yang terjadi di balik rencana pemesanan kamar hotel itu.
"Gomapta, hyung!" Wajah Jinyoung pasti sudah bersemu sempurna saat mengucapkan hal tersebut. Sesuai dugaannya, Mark selalu berhasil melakukan sesuatu yang unik dan istimewa sebagai bentuk permintaan maafnya.
Mark mengacak-acak rambut Jinyoung gemas saat kepala pria imut itu bersandar mesra di dadanya.
Jinyoung terus menatap selembar kertas yang masih dipegangnya. Ini mungkin awal dari kado yang sesungguhnya, pikir Jinyoung. Tiba-tiba dia merencanakan sesuatu yang akan menjadi kado Valentine terindah dan tak akan terlupakan seumur hidupnya.
XXX
BGM: GOT7 - Magnetic
Hari libur yang telah dinanti-nantikan MarkJin akhirnya tiba. Di hari Sabtu yang cerah itu keduanya berangkat sambil mengendarai sebuah mobil. Mark yang jadi supirnya, sedangkan Jinyoung hanya perlu duduk manis di sebelahnya.
Keduanya begitu bersemangat, dan senyum tak pernah hilang dari wajah mereka.
Hotel berbintang yang mereka tuju berada di suatu daerah dan ditempuh selama kurang lebih dua jam dari Seoul. Selama perjalanan, Jinyoung menceritakan keseruannya ketika mengemasi pakaian dan barang-barang yang mungkin diperlukan hingga memenuhi koper mungilnya.
"Hah? Koper?" Mark terperangah ketika mendengarnya. "Kita hanya menginap semalam, Jinyoung-ie."
"Aku tahu. Hahahaha!" Jinyoung tersadar dan menertawai kekonyolannya sendiri.
Mark sendiri hanya membawa sebuah ransel. Sempat membuat Jinyoung cemas sejenak dan mengakibatkan kecerewetannya muncul.
"Bagaimana bisa kau hanya membawa ransel, hyung?" tanyanya tak percaya. "Bukankah kau harus membawa peralatan mandi, beberapa baju ganti, ah kita akan berenang kan? Ya ampun hyung, kenapa kau bisa seceroboh itu, sih?"
Mark hanya tersenyum mendengar celoteh Jinyoung yang sudah seperti ibu, pacar, bahkan istri (?).
Satu jam kemudian, Jinyoung tak lagi bersuara. Pria itu hanya sibuk mengamati pemandangan yang mereka lewati di sepanjang jalan sambil menggenggam erat tangan Mark. Untungnya, mobil yang mereka kendarai bukanlah mobil manual, tanpa persneling. Jadi salah satu tangan Mark yang bebas bisa menjadi milik Jinyoung selama perjalanan mereka. Mark yang sudah mengantisipasi hal tersebut tak henti-hentinya tersenyum bahagia.
Lelah berceloteh rupanya membuat Jinyoung mengantuk dan akhirnya tertidur sambil memeluk lengan Mark dan tertidur di pundaknya yang nyaman. Jika sudah begini, Mark berharap agar waktu dapat berhenti sejenak. Momen seperti ini tidak akan pernah dilupakannya.
XXX
Mark menghentikan mobilnya dengan sempurna. Mereka telah tiba di hotel berbintang lima itu. Dan Jinyoung masih tertidur pulas. Wajah malaikatnya itu membuat Mark tak tega untuk membangunkannya.
"Jinyoungie..." panggil Mark sambil membelai lembut pipi Jinyoung.
Sedetik kemudian terdengar erangan pelan Jinyoung.
"Bangunlah~ Kita sudah sampai" lanjut Mark dengan senyum bahagia karena Jinyoung langsung terbangun begitu mendengar panggilannya.
Jinyoung, pria yang mungkin lebih bahagia itu mengusap-usap matanya dengan imut dan menguap kecil. Andai saja Mark melihatnya mungkin pria itu akan menjadi yang paling bahagia sejagat raya. Ah, MarkJin adalah dua pria yang sedang berbahagia pada saat itu.
Keduanya keluar dari mobil sambil membawa barang mereka masing-masing.
"Wuaaah~" Jinyoung langsung mengagumi kemegahan si hotel berbintang begitu memasuki gerbang depan. "Hyung!" pekiknya antusias sambil menarik Mark agar menempel disampingnya.
"Hyung, kau tahu? Aku merasa kita seperti sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu! Kekeke~" Jinyoung mengakui hal tersebut dengan senyum lebar yang membuat matanya terlihat segaris saat keduanya memasuki lift setelah mengkonfirmasi pemesanan di resepsionis.
Mark yang tiba-tiba tersipu malu mendengarnya tak bisa merespon apa-apa. Pria itu malah melingkarkan lengannya di pinggang Jinyoung. Tanpa diberitahu pun Jinyoung tahu gestur itu mewakili kesetujuan Mark atas apa yang baru saja diucapkannya.
Pintu lift membuka di lantai 20. Lagi-lagi membuat Jinyoung takjub. "Wuaaah hyung, sebenarnya hotel ini memiliki berapa lantai?" tanyanya penasaran.
"Entahlah. Kita tidak perlu ke tempat yang tinggi kan?" Jinyoung puas mendengar jawaban Mark. Kemanapun dan apapun itu, selama bersama Mark, Jinyoung akan selalu bahagia.
"Kamar kita!" seru Mark saat keduanya tiba di sebuah pintu bernomor 7934.
"Nomor kamarnya tidak unik sekali ya, hyung." Celoteh Jinyoung yang terdengar lucu itu membuat Mark terkekeh dan konsentrasinya untuk membuka pintu sempat buyar sejenak.
"Ayo masuk" Mark mempersilahkan Jinyoung duluan begitu pintu kamar terbuka.
"Ne~" sahut Jinyoung patuh sambil menarik koper mungilnya.
"Wuaaaah~!" Ini sudah yang ke... tiga? Atau entah yang ke berapa kalinya Jinyoung berseru takjub. Matanya berpendar ke seluruh ruangan. Namun tatapannya tertuju pada satu arah. Tangannya terlepas dari pegangan koper, kakinya bergerak sendiri ke arah balkon yang begitu menarik perhatiannya. Jinyoung membuka pintu kaca yang menghalanginya dan seketika angin yang cukup kencang menerpa sekujur tubuhnya. Tapi dibalik itu semua, pemandangan luar biasa indahnya tepi pantai yang telah berhasil menghipnotisnya.
"Hyung~" Tanpa mengalihkan pandangan, tangannya mencari-cari sosok Mark di sekitarnya.
"Wae?" Dengan sigap Mark menggapai, lalu menggenggam tangan kanan Jinyoung yang bebas.
Senyum Jinyoung mengembang saat menemukan sosok malaikat tampan yang dicarinya kini sedang berdiri di sampingnya.
"Indah sekali…" ucap Jinyoung sambil menunjuk mahakarya ciptaan Tuhan yang bagaikan lukisan di hadapan mereka.
"Hmm~" Mark bergumam setuju, mempererat tautan tangannya pada Jinyoung. "Kajja!"
Jinyoung yang tadinya masih terpana dengan keajaiban alam yang ada di hadapannya langsung menoleh begitu Mark menarik tangannya. Tanpa diberitahu pun pria itu kalau Mark sedang mengajaknya untuk turun ke bawah, ke pantai yang menakjubkan itu.
Jinyoung segera melompat bersemangat ke pundak Mark, membuat keduanya tergelak bersama.
BGM: Rachel Platten – Better Place
Mark menggendong Jinyoung hingga tiba di tepi pantai. Sekali lagi, keduanya terbius sejenak, menikmati bentangan laut biru, debur ombak, dan semilir angin yang membuat rambut mereka tergerai kesana kemari. Namun pada hitungan ketiga, MarkJin serentak meneriakkan kegembiraan mereka. Keduanya berlarian kesana kemari layaknya seekor burung yang sedang merayakan kebebasannya di alam luas. Mark menemani Jinyoung memain-mainkan kakinya di tepi pantai sambil bergenggaman tangan. Celana panjang mereka sudah dilipat naik, namun ujungnya tetap saja basah. Dan entah siapa yang memulai duluan, keduanya sudah mulai saling menyerang sambil menyiramkan air ke tubuh masing-masing. Baju bahkan rambut mereka mulai basah, tapi MarkJin tetap tertawa, seakan hidup tanpa beban.
Mark tak keberatan untuk menceburkan seluruh tubuhnya. Tubuhnya sendiri sudah tidak sabar untuk bersatu dengan lautan biru yang sayang jika tidak diselami.
"Hati-hati, hyung!" Jinyoung merelakan Mark untuk berenang seorang diri dan tetap memantau dari tepi pantai.
Senyum bahagia Jinyoung layaknya ibu yang baru saja menyaksikan keberhasilan putranya berenang. "Keren~!" serunya kepada Mark, entah dia mendengarnya atau tidak. Bocah Amerika itu selalu terlihat keren dalam hal apapun. Jinyoung mengakui hal tersebut.
Setelah puas menguji adrenalinya, Mark kembali menghampiri Jinyoung yang sudah siap menyambut layaknya putri yang kembali bertemu dengan pangeran tampannya setelah terpisah selama... lima belas menit? "Wah, menyenangkan sekali, Jinyoung-ah!"
"Menyenangkan?" Jinyoung segera merapikan rambut pangerannya. "Lepas kaosmu, hyung."
Dengan patuh Mark menurutinya, hingga kini kulit putih dan dada bidangnya terlihat. "Jinyoungie, kau tidak mau berenang?"
Jinyoung menggeleng dengan wajah yang setengah memerah, entah karena panas matahari atau tubuh Mark yang terlihat seksi.
Mark pun tak memaksa dan malah merangkul Jinyoung sambil menikmati lagi hamparan biru yang memberikan kedamaian bagi siapa pun sebelum mereka memutuskan untuk kembali ke kamar.
XXX
Setelah membenahi diri, Jinyoung keluar dari kamar mandi dan mendapati Mark sedang duduk di balkon. "Mwohae?" tanyanya sambil menghampiri si pangeran dan tanpa dikomando, duduk di pangkuan Mark. Saat ini keduanya sedang mengenakan baju mandi. Kaos mereka sedang digantung dan diangin-anginkan.
Mark hanya diam dan menatap wajah segar Jinyoung. Yang ditatap tak kalah dimabukkan oleh sosok Mark yang bagai malaikat dengan rambut setengah basahnya, dan oh ya ampun, bibir itu sangat menggodanya!
Cup!
Jinyoung memberanikan diri untuk mencium terlebih dahulu. "Gomawo, hyung, atas kadonya" ucapnya dengan kedua tangan yang masih merengkuh wajah Mark.
"Hmm~" Jawaban Mark yang seadanya membuat suasana sedikit tidak asik, pikir Jinyoung.
"Boleh cium sekali lagi?"
Mark tersenyum tipis mendengar permintaan yang tidak mungkin ditolaknya itu. Jinyoung kembali mencium lembut bibir Mark. Kemudian ciuman itu mulai mendalam dan liar. Lama kelamaan, bibir rakus Jinyoung merangsang Mark untuk membalasnya. Tangannya yang bebas pun perlahan mulai menyentuh pinggang Jinyoung, seakan tak mau pria itu lepas dari jangkauannya.
Entah apa yang sedang merasukinya, Jinyoung kini tak lagi peduli pada apapun. Fokusnya hanya terpusat pada bibir Mark, dan mungkin akan menjalar ke beberapa bagian tubuh Mark lainnya. Mark sendiri cukup heran, namun tak mampu menolak serangan yang jarang didapatkannya dari seorang Jinyoung.
"Hyung…" Jinyoung berusaha menguasai dirinya dan menghentikan aksinya sejenak. "Tidurlah denganku."
Tbc (cuss langsung lanjut ke part 2^^)
