Disclaimer :

Semua tokoh dalam fic ini adalah kepunyaan Bunda JK. Rowling, but all of idea in this fict belong to me :)

Pairing :

Draco Malfoy dan Hermione Granger

Genre :

Romance, Hurt/Comfort

Rated : T (teen)

Timeline : Tahun ke tujuh Hogwarts

Warning : Typo(s) maybe, bahasa mungkin berantakan, alur sengaja dilambatin supaya feelnya makin dapet hehe... Agak OOC mungkin dan lain sebagainya...

|Happy Reading Guysss... But don't like don't read... RnR please|

.

.

.

My Blood is Ferret

Chapter 1

(Unexpectedly)

Hermione's POV

Kau tahu bagaimana rasanya menjadi aku?

Kau tahu bagaimana rasanya menjadi seseorang yang hanya selalu berusaha untuk menjadi yang paling baik dari yang terbaik? Yeah, aku sudah tahu itu. Dan aku sudah merasakannya. Memang rasanya menyenangkan disaat semua orang menganggapmu lebih, tapi bagaimana kalau mereka melihatmu dari sisi yang berlainan? Oh tentu menyakitkan bukan? Dan jangan tanyakan mengapa, karena aku sendiri pun tidak bisa menjelaskan bagaimana persisnya. Ah, yang jelas itu sungguh 'menyakitkan'!

Yah, kujelaskan. Aku Hermione Jean Granger. Aku seorang penyihir. Sayangnya, aku hanya penyihir muggle-born. Dan itu membuatku selalu dipandang sebelah mata. Tapi, toh aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Dan aku tidak pernah menyalahkan orang tuaku karena mereka hanya muggle biasa yang telah melahirkanku dengan darah penyihir –yang entah bagaimana dan darimana asalnya— yang selalu dianggap remeh sebagai darah kotor dan menjijikan, yeah atau sebut saja 'Darah Lumpur'. Tidak..tidak... sekalipun aku bahkan tidak pernah berpikir untuk menyalahkan orangtuaku..Tidak akan pernah! Garis bawahi itu.

Jujur saja, aku sangat senang bila mengingat aku adalah seorang penyihir. Aku berusaha mati-matian agar bisa menjadi penyihir yang bisa dikatakan –well— 'bisa dalam segala hal' untuk sekedar agar aku bisa sejajar dengan mereka yang 'berdarah murni', karena aku ingin membuktikan bahwa penyihir kelahiran muggle sepertiku pun bisa seperti mereka. Dan lihatlah aku sekarang, yayaya orang-orang memang menjulukiku dengan sebutan 'Queen Knows It All' atau 'Miss Who Knows All' atau 'Nona-Tahu-Segala' atau apalah sejenisnya. Tapi tetap saja hal itu tidak membantu dan tidak membuatku cukup puas untuk kadang-kadang tidak bersikap minder. Yah, terkadang julukan 'Darah Lumpur' masih membuatku canggung dan tidak percaya diri. Sering aku berpikir, kenapa juga harus ada perbedaan status darah? Toh, kita kan sama-sama penyihir bukan? Aku tidak habis pikir, mengapa masih saja ada orang yang semenyebalkan dia! Orang –ralat, dia tak pantas disebut orang-manusia, karena dia lebih layak disebut iblis— yang selalu memanggilku dengan sebutan DARAH LUMPUR! Aku benar-benar tak tahan dan muak ketika dia terus-menerus mengejekku dengan sebutan itu. Oh, demi janggut Merlin yang jarang disisir! Tak bisakah dia tidak mengataiku seperti itu barang sehari saja? Atau bahkan hanya untuk beberapa jam saja—setidaknya hanya beberapa kali saja saat aku berpapasan dengannya? Huhh... aku rasa dia benar-benar orang yang paling menjengkelkan dan menyebalkan sedunia yang pernah ada dimuka bumi ini. Tak ada lagi kata-kata yang sanggup kuucapkan untuk menumpahkan dan mengungkapkan rasa benciku padanya! Yah, tak ada lagi yang perlu kuucapkan padanya, selain AKU MEMBENCINYA! BENAR-BENAR MEMBENCINYA, SUNGGUH! Yah aku sangat-sangat-teramat-sangat-sekali membenci Si-Ferret-Pirang-Malfoy itu.

Terang saja, aku tak bisa melupakan panggilannya itu kepadaku, panggilan yang selalu bisa membuat darahku naik ke ubun-ubun seketika dan emosiku meledak-ledak tak terkontrol, dan setelah itu dia akan—ralat—pasti menyeringai jahat. Sungguh benar-benar menyebalkan Malfoy yang satu itu.

Tapi sekarang semuanya seolah-olah berubah-drastis, waktu terasa bergulir begitu cepat sehingga membuatku ragu apakah bumi ini masih tetap berputar pada porosnya? Entahlah, mungkin aku sudah mulai gila—gila karenanya. Aku tak lagi membencinya seperti dulu (well, sampai sekarang sebenarnya aku masih benci dengannya, tapi sudah tidak separah yang dulu-dulu saat aku membencinya-sebenci-bencinya!)—yang setiap waktu aku tak segan-segan dan tak masalah untuk meluncurkan mantra apa saja yang aku tahu—bahkan Avada Kedavra sekalipun kepadanya. Tapi itu semua 'dulu'. Justru sekarang aku mulai merasa menyukainya dan menyanginya—semenjak perang Hogwarts, yah semenjak peristiwa perang dengan pangeran botak itu perasaan aneh ini muncul begitu saja, well walau hanya sedikit—ingat itu, hanya sedikit! Bagaimana tidak, aku benar-benar tak menyangka bahwa dia akan menolongku dari luncuran kutukan Cruciatus yang dilontarkan Bellatrix—bibinya sendiri. Benar-benar pangeran penyelamatku ketika itu. Kalau tak ada dia, aku tak tahu kutukan lain apa lagi yang akan Bellatrix hadiahkan kepadaku. Bisa saja kan Avada Kedavra? Hihh...aku bergidik ngeri jika harus membayangkan si Lestrange jelek itu meluncurkan kutukan mematikannya setelah menyiksaku dengan kutukan Cruciatus bertubi-tubi, yang tentu saja mau tak mau pasti akan membuat tubuhku tak berdaya. Tapi, untung saja itu tak benar-benar terjadi. Karena dia, yah dia—Si Ferret Malfoy datang menyelamatkanku disaat yang tepat. Sulit dipercaya memang, aku sendiri pun tak habis pikir mengapa ia mau menolongku dari kekejaman Si Gila—Lestrange, yang notabene adalah bibinya sendiri sekaligus rekannya sebagai sesama pelahap maut—pemuja pangeran botak jelek tanpa hidung itu. Tapi yang lebih mengejutkan lagi, didetik-detik terakhir peperangan ia dan keluarganya—The Malfoys—malah berbalik kubu mendukung Harry Potter—anak bertahan hidup—sahabatku, bergabung dengan Orde dan mengkhianati Voldemort! Waw, apakah dia benar-benar Malfoy? Pikirku saat itu. Sulit dipercaya. Oh iya, Hey! Aku baru ingat! Tadi kau bilang apa Hermione? Menyukai? Dan tunggu dulu, menyayangi, eh? Oh demi Merlin, benarkah itu? Si 'Nona-Tahu-Segala' jatuh hati pada seorang 'Malfoy—Ferret-Pirang-Busuk'? Nampaknya otakmu memang sudah tidak berfungsi dengan sebagaimana mestinya Hermione—semenjak perang besar itu! Dia tetap musuhmu. Musuh abadimu! Ingat? Bahkan sampai sekarang dia masih menyebalkan kan? Oh tidak..tidak..apa yang kupikirkan?

Author's POV

"Oh STOP! Kumohon jangan pikirkan dia lagi. Masih banyak hal lain yang lebih penting untuk kau pikirkan daripada dia, Hermione!" Seru Hermione frustasi, sambil mengacak-acak rambutnya dengan tidak berperasaan. Tentu saja ini ia lakukan tanpa sadar—gerakan refleks.

"Kau kenapa 'Mione?" Tanya Ron sambil menolehkan wajahnya ke arah Hermione, yang diikuti dengan tatapan bingung dari Harry didepannya yang kini menjadi partner bermain catur-sihir-nya itu.

"Dan siapa yang tengah kau pikirkan itu 'Mione?" Harry menimpali.

Hermione yang mendengar pertanyaan kedua sahabatnya itu hanya menghela napas pelan lalu kemudian mulai membuka suara, "Mmh, bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa Harry, Ron. Jadi berhentilah menatapku aneh seperti itu!"

Harry dan Ron yang mendapat jawaban 'kurang-memuaskan' itu hanya mengedikkan bahu mereka masing-masing, lalu kemudian kembali memalingkan wajah mereka ke arah papan catur yang membatasi jarak keduanya.

"Skak Mat!" Seru Harry girang, ketika ia berhasil menyingkirkan salah satu bidak catur milik Ron—yang harus membuat Ron kalah telak.

"Oh tidak! Kau pasti curang Harry!" Ron yang merasa tak terima dengan kekalahannya mengerang refleks sambil meremas-remas rambut merahnya sendiri—shock.

"Oh tentu saja tidak tuan," Harry membela diri masih tetap dengan cengiran lebar yang terpatri setia diwajahnya.

"Baiklah, untuk kali ini kau kubiarkan menang. Karena aku merasa kasihan saja denganmu," kata Ron kemudian. Harry yang mendengarnya, malah semakin tertawa dengan kerasnya.

"Hahaha..k..kau tak us..ah cari alasan, Ron. Karena jelas-jelas itu bukan faktor kebetulan, aku memang sudah jauh lebih pintar bermain catur sekarang," cibir Harry disela-sela tawanya.

"Diam kau, Harry!" Ron berteriak naik pitam—menandakan bahwa ia sudah tak tahan lagi menghadapi kekalahannya. Harry yang melihatnya, kini sudah berhenti tertawa. Namun, tetap saja senyuman geli diwajahnya masih nampak, yang sekali runtuh pasti akan meledak kembali menjadi tawa-tawa renyah. Tapi ia berusaha keras untuk benar-benar berhenti tertawa saat itu, apalagi karena sekarang ia tengah mendapati sahabat perempuannya -Hermione- hanya diam tanpa kata ditempatnya. Matanya menerawang kosong ke arah jendela besar ruang rekreasi Gryffindor, jelas sekali bahwa ia sedang melamun dan memikirkan sesuatu. Kalau tidak, pasti daritadi ia juga akan ikut-ikut menertawai Ron yang wajahnya tadi sempat mirip dengan 'banci-banci frustasi' di dunia muggle. Tanpa dikomando, Harry kemudian mulai berjalan mendekati Hermione. Ron yang tak mau ketinggalan juga mengekor dibelakangnya.

"Mione.." panggil Harry ketika ia sudah tepat berada didepan Hermione. Tapi tak ada jawaban. "Miiionee..." kata Harry lagi dengan nada yang sedikit dipanjang-panjangkan tanda ia berusaha keras untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya sambil sesekali mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Hermione. Namun tetap tak ada reaksi. Dan kini giliran Ron yang maju, sepertinya pertanda buruk. Dan oh! Benar saja, ia mendekat ke sisi kiri Hermione dan...

Dan... berteriak dengan keras ditelinga sebelah kiri gadis berambut ikal itu.

"HERMIIIONEEE...!" Teriakan Ron benar-benar kencang rupanya. Sukses membuat gadis berambut ikal itu tersadar dari lamunannya, detik itu juga. Hermione tersentak kaget luar biasa. Matanya melotot menatap Ron dan tidak segan-segan memberi deathglare gratis kepada pemuda berambut merah-menyala dihadapannya itu yang hampir saja membuat gendang telinganya rusak dan jantungnya copot lantaran kagetnya.

"APA-APAAN KAU RONALD BILLIUS WEASLEY?!" Bentak Hermione, yang suaranya kini mulai naik beberapa oktaf. "Kau pikir aku ini tuli sehingga membuatmu harus berteriak sekencang itu ditelingaku, hah?" Sembur Hermione lagi, masih dengan tatapan murka.

"Salahmu sendiri 'Mione. Tadi Harry sudah memanggilmu berulang kali, tapi kau tak mendengarnya sama sekali dan akhirnya akulah yang memanggilmu dengan nada keras, berharap kau dapat mendengarnya," Ron menjelaskan panjang lebar dengan wajah tanpa dosa sedikitpun. Benar-benar menyebalkan, pikir Hermione saat itu. Tapi...tunggu dulu...

'Oh..Merlin! Benarkah begitu? Apakah tadi aku benar-benar melamun lagi—seperti orang sinting? Semua ini gara-gara dia!' Pekik Hermine dalam hati.

"Tapi tak seharusnya juga kan kau memanggilku dengan suara sekencang itu, Ron? Kau benar-benar akan membuatku tuli pada akhirnya," Hermione masih tetap tak terima.

"Sudahlah...Tak usah bertengkar lagi. Dewasalah sedikit, Ron. Mungkin Hermione hanya ada beban pikiran sedikit. Bukan begitu 'Mione?" Harry berkata hati-hati, mengaharap perkataannya kali ini benar. Lalu setelah melihat reaksi Hermione yang mulai hangat, ia bernapas lega sebelum kemudian memberanikan diri untuk melanjutkan, "Err- apa kau baik-baik saja, 'Mione?"

"Yah, dia tidak terlihat seperti sedang 'baik-baik saja' Harry. Ia terlihat nampak aneh sejak daritadi," Ron menimpali, dengan nada penekanan di kalimat pertamanya—terlebih pada kata 'baik-baik'.

Hermione nampak berpikir keras—memikirkan alasan logis yang dapat ia lontarkan kepada kedua sahabat dihadapannya itu agar mereka percaya, dan akhirnya ia membuka suara.

"Mmhh..aku..hmm aku baik-baik saja Harry, Ron. Kalian tak perlu cemas denganku. Dan Ron, aku minta maaf, karena tadi err- telah membentakmu. Aku hanya memikirkan sesuatu. Yah, maksudku sesuatu yang berhubungan dengan pelajaran. Mmhh, aku hanya..hanya memikirkan essay transfigurasiku saja yang aku rasa , ada sedikit kesalahan pada penulisan essay itu saat kukumpulkan kemarin," Hermione menjelaskan panjang lebar dengan sedikit terbata-bata, mencoba menyakinkan kedua sahabatnya—meski yang ia katakan tadi hanyalah omong kosong besar karena bukan itu fakta yang sebenarnya. Yah, dia berbohong. Coba kalian pikir, tidak mungkin kan seorang Hermione Granger bisa melewatkan tugasnya terkumpul dengan kesalahan yang baru saja disadarinya sekarang—dengan begitu saja?

"Yah, kurasa tidak apa-apa Hermione. Aku juga meminta maaf karena hampir membuat pendengaranmu rusak akibat panggilanku yang cukup kencang tadi," Ron mulai menyadari kesalahannya.

'Merlin! Cukup kencang katanya? Itu tadi bisa dibilang super-super kencang! Huhh, tapi biarlah.. setidaknya kan dia sudah mau mengakui kesalahannya. Lagipula ini semua karena aku juga yang terus melamun—gara-gara Malfoy!' Hermione membatin geram.

"Mmmhh tidak apa-apa Ron, aku mengerti. Aku tahu, kalian berdua adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki," kini Hemione menatap kedua sahabatnya lekat-lekat dan kemudian tersenyum lebar. Mereka pun berpelukan—tanda persahabatan, sebelum Harry memecah suasana dengan angkat bicara.

"Err- kurasa, sebentar lagi jam makan malam. Jadi kupikir, lebih baik kita bersiap-siap menuju aula besar," kata Harry yang sukses membuat mereka mennyudahi acara peluk-memeluknya.

"Oh ya, tentu saja Harry! Aku hampir lupa, kalau ternyata malam ini adalah malam pertama kita di Hogwarts. Aku juga penasaran dengan pengumuman ketua murid tahun ini," Hermione berkata dengan wajah antusias—sangat gembira. Yah, hari ini memang hari pertama mereka kembali bersekolah di Hogwarts lantaran adanya peristiwa perang –yang jujur saja, banyak mengakibatkan kerugian disana-sini— antara pihak Voldemort dan pihak Light. Dan sebagian besar siswa-siswi memutuskan untuk kembali ke Hogwarts tahun ini, demi melanjutkan pendidikan mereka yang sempat tertunda setahun yang lalu.

"Aku berharap semoga kaulah yang terpilih untuk menjadi ketua murid tahun ini 'Mione," ucap Harry tulus.

"Oh, terimakasih Harry," balas Hermione yang masih dengan senyum manis diwajahnya lalu memeluk Harry sekilas.

"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo kita ke aula besar sekarang Harry, Mione! Pasti makanan malam ini enak-enak. Aku juga sudah sangat lapar," rengek Ron dengan wajah yang sedikit memelas disaat mengucapkan 'aku juga sudah sangat lapar'. Ron memang tak pernah berubah jika menyangkut soal makanan—masih seperti yang dulu. Mereka bertiga pun beranjak pergi keluar ruang rekreasi Gryffindor setelah mengucapkan kata sandi pada nyonya gemuk, menuju ke aula besar.

-OoOoO-

Ternyata keadaan di aula besar sudah sangat ramai. Dan terlihat banyak wajah-wajah lama yang ada disana, pertanda bahwa mereka juga kembali ke Hogwarts untuk melanjutkan pendidikan mereka—seperti yang dilakukan trio emas Gryffindor ini. Begitu sampai di aula besar, mereka bertiga segera mengambil posisi nyaman di meja Gryffindor yang langsung disambut meriah oleh penghuni Gryffindor lainnya.

"Hey Harry, Hermione, Ron!" Sapa Ginny dan Parvati berbarengan, yang segera dibalas dengan anggukan serta senyuman lebar dari trio emas Gryffindor itu. Kini semuanya sudah berkumpul di aula besar, semuanya sudah tidak sabar untuk segera menikmati santap malam mereka yang terlebih dahulu dibuka dengan pidato singkat dari Prof. McGonagall, selaku kepala sekolah Hogwarts yang baru—sepeninggal Prof. Albus Dumbledore.

"Ekhmm," Prof. McGonagall berdeham diatas podium, meminta perhatian dari seluruh siswa-siswi di aula besar.

"Selamat malam semua. Dan selamat datang di Hogwarts kembali. Senang sekali bisa bertemu dengan kalian lagi. Dan oh, senang juga bisa bertemu dengan kalian murid-murid tingkat satu. Hari ini adalah hari pertama kalian di Hogwarts dan besok kalian sudah bisa memulai aktifitas belajar kalian disini. Tapi ada beberapa hal penting yang -sebenarnya harus- ingin kusampaikan pada kalian malam ini sebelum kita bersama-sama menikmati jamuan makan malam. Yang pertama adalah, akan ada perayaan pesta dansa untuk dua minggu kedepan yang akan datang, yang bisa diikuti oleh murid tingkat empat sampai dengan tujuh untuk sekedar hiburan karena berbagai ketegangan yang telah terjadi belakangan ini," ujar Prof. Mcgonagall yang secara serempak langsung ditanggapi dengan beberapa gerutuan dari murid tingkat satu, dua, dan tiga. "Mohon tenang dulu, karena aku belum selesai. Yang kedua, tentang prefek untuk masing-masing asrama. Kalian bisa lihat sendiri di lembar pengumuman yang terpampang dibeberapa titik di Hogwarts. Dan pengumuman terakhir yang akan kusampaikan, yaitu mengenai ketua murid yang terpilih untuk tahun ini. Dan kami dewan guru sudah mempertimbangkannya matang-matang, dengan mengacu pada berbagai aspek penilaian yang menurut kami penting. Dan bersiap-siaplah..." Prof. McGonagall mengambil napas terlebih dahulu sebelum melanjutkan perkataannya. Semua murid tingkat tujuh nampak tegang mendengarkan pengumuman yang satu ini. Tak terkecuali Hermione Granger, yang sangat berharap untuk menjadi ketua murid putri ditahun ketujuhnya ini. "Dan yang terpilih untuk menjadi ketua murid putri tahun ini adalah..." Prof. Mcgonagall menggantung kata-katanya sejenak, kemudian melanjutkan dengan semangat, "Selamat untuk Hermione Granger. Silakan Miss Granger untuk maju kedepan," mempersilakan seraya tersenyum lebar. Hermione tidak menyangka, tapi tak bisa dipungkiri kalau ia sangat senang. Mulutnya sedikit menganga sebelum ia sadar dan menutup mulutnya perlahan mendengar namanya disebut untuk menjadi ketua murid putri ditahun ketujuhnya ini, wajahnya tak bisa lagi menyembunyikan raut kebahagiaan yang diwakili dengan senyum lebar terbingkai indah diwajah cantiknya.

"Tunggu apa lagi 'Mione, naiklah segera. Yang kau inginkan sudah terwujud, aku memang yakin kau pasti bisa, " bisik Harry disebelahnya dengan senyum yang sama bahagianya. Harry, Ron, Ginny, dan semua penguni Gryffindor nampak sumringah melihat Putry Gryffindor kebanggan mereka menjabat sebagai ketua murid tahun ini.

Hermione pun mulai naik ke depan dengan wajah yang berseri-seri. Seketika itu juga tepuk tangan dari berbagai asrama kini terdengar riuh, terlebih di meja Gryffindor. Sementara di meja Slytherin terlihat nampak biasa-biasa saja, meskipun ada sebagian kecil yan juga turut menyumbangkan tepuk tangannya.

"Dan untuk ketua murid putra..." Prof. McGonagall kembali buka suara setelah tepuk tangan sudah mulai mereda. "Selamat untuk Mister Malfoy, silakan maju kedepan Draco," lanjut Prof. McGonagall dengan senyum tipis menghiasi bibirnya yang juga tipis.

'What? Malfoy?' Batin Hermione tak percaya.

-To Be Continued-

-OoOoO-

Ini merupakan fict Dramione pertama saya setelah sekian lama saya mulai tertarik dengan dunia fanfiction dengan pairing Dramione tentunya. Chapter 2 sudah selesai dan saya harapa kalian mau untuk memberi review untuk fic ini. Karena satu review dari kalian sangat bernilai semangat bagi author hehe... Apalagi author baru dalam dunia per-fanfict-an seperti saya ini. Jadi reviewnya pleaseee :) Makasih...

Slam hangat,

Miss Lovegood