Samar akan sinar matahari masuk melalui celah jendela besar di sekeliling, membuat ruangan terang dengan indahnya cahaya ke emasan dari sang mentari. Samar terlihat pria yang sama dengan dirinya tersenyum menatap seseorang yang terlihat samar juga tersenyum lembut. Sosok itu memakai gaun putih dengan mahkota terbuat dari bunga yang membuatnya terlihat cantik saat sinar mentari membiaskan pada sosok itu. Kedua orang itu terlihat bahagia dengan pria yang kini menyatukan kening mereka dan berucap lembut;

"Aku mencintaimu... sangat."

Kelopak mata yang terpejam kini terbuka dengan menampilkan mata seindah mutiara. Buliran keringat membanjiri wajahnya yang terlihat menahan sesuatu. Sering. Setiap malam ia sering memimpikan hal yang sama seolah itu adalah hal yang pernah terjadi. Entahlah. Ada perasaan sakit dan rindu saat mimpi itu kembali menghiasi malamnya. Tapi kenapa?

Pria dengan rambut cokelat panjang yang tercerai berai pada bantal mengurut hidungnya karena kegelisahan yang menderanya karena mimpi itu. Mengambil udara dan menghembuskannya perlahan, ia bangkit, melirik jam yang terletak pada meja di samping ranjang. Sekali lagi, dengan tarikan napas dalam ia melangkah untuk memulai aktifitas harinya..

Anata ni Dewanakereba

Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto

Story by Me

Pairing : Hyuuga Neji x Haruno Sakura

=

"Kenapa dengan wajahmu Neji?"

Pria bermata biru dengan rambut kuning melihat pria yang jadi lawan bicaranya dengan satu alis terangkat. Pria sedingin Neji yang tidak pernah terlihat gusar kini nampak aneh dengan sangat jelas karena kelakuannya beberapa kali menghembuskan napas tidak keruan.

Pria yang menjadi objek tanya dari pria pirang itu mendengus. Mata seindah mutiara dengan rambut cokelat panjang yang di ikatnya pada ujung rambut tidak membuatnya hilang pesona. Bahkan ia terlihat lebih maskulin dan membuat kaum hawa menjerit meminta untuk menjadikannya kekasih, isteri jika berpapasan dengannya, dan itu sering terjadi.

Matanya melirik ponsel yang bergetar untuk kesekian kalinya dan ia abaikan, lagi. Memejamkan matanya sesaat sebelum kini membukanya kembali, ia mendesah lelah dan sangat terpaksa meraih ponsel miliknya dan menjawab telepon yang mengusiknya sejak semalam.

"Aku akan pulang dengan calon istriku."

Ia berucap tegas langsung pada jawaban yang sudah ia tahu apa pertanyaan yang akan di ucapkan oleh orang itu. Beberapa hari ini ia terus di teror dengan pertanyaan seperti, kekasih dan menikah. Oleh karena itulah ia swdikit tidak suka. Menutup sambungan teleponnya dan meletakannya dengan sedikit keras membuat pria yang masih berada di ruangannya meringis, memandangnya ngeri.

"Aku tidak percaya jika selama ini ternyata kau punya kekasih."ucapnya dengan tawa kecil akan ucapan Neji tadi seolah lelucon yang baru saja di dengar nya dari seorang Hyuga Neji.

Pria yang sudah kembali terlihat tenang melirik sahabat sekaligus akan menjadi iparnya itu dan mendengus pelan.

"Kau percaya itu?"

"Tentu saja, bagaimana?"

Sekali lagi pria beriris seindah mutiara itu mendengus kasar entah untuk kesekian kalinya. Kenapa masalah seperti ini harus juga di atur oleh orang tua sedangkan yang akan menjalani hidup adalah dirinya.

"Kau akan menikah dan aku yang di desak." kesalnya yang tiada terkira mengingat perkataan di telepon tadi.

Uzumaki Naruto sahabat sekaligus akan menjadi iparnya itu akan menikah, akan tetapi Ayahnya tidak ingin menikahkan mereka sebelum ia yang menikah terlebih dahulu dan itu membuatnya gila karena suruhan yang tidak masuk akal. Itu adalah kisahnya dan Ayahnya memaksa akan menikahkannya dengan anak kolega perusahaan yang sangat di kenal nya dan itu merupakan ancaman besar baginya.

Pria yang sejak tadi menjadi pemerhati dan pendengar akhirnya mengerti apa yang membuat seorang Hyuga Neji begitu kesal tidak keruan. Ia dan Hinata memang berencana akan menikah namun Hinata menunda dengan alasan Ayahnya ingin Neji terlebih dahulu menikah, sedangkan pria Hyuga itu sama sekali tidak sedang memiliki kekasih.

"Cari saja sekarang." usul Naruto enteng dan Neji menatapnya datar. Perkataan Naruto baginya seolah mencari seseorang yang akan di ajaknya menikah adalah seperti diskonan saja, dan itu tidak mungkin.

"Aku tidak akan menikah dan kalian juga tidak akan menikah aku puas akan hal itu." ujar Neji yang bergurau namun terlihat serius. Ayolah, ini memang bawaan lahir jika jiwa seorang Hyuuga memang kaku.

"Kau jahat sekali Neji. Aku sudah mendaftarkanmu ke biro jodoh."

"Kau tidak akan bisa menemui Hinata besoknya." ancam Neji serius akan ucapan Naruto. Jika benar seperti itu ia benar-benar akan membuat pria kuning itu menyesal karena tindakan bodohnya. Sangat mengerikan berkencan buta lewat perkenalan dunia maya dan berakhir pertemuan nyata dan membayangkan itu saja membuatnya merinding.

"Aku bercanda Neji," Naruto mendengus karena ancaman Neji yang membuatnya takut. Pria ini tidak bisa di ajak bercanda dan main-main jika sedang dalam keadaan seperti ini apalagi ini masalah pribadinya yang tentu saja sangat sensitif.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Bukan kah kau bilang barusan akan membawa calon istrimu pada Tou-san?" tanya Naruto akan apa yang dilakukan Neji mempertangung jawabkan ucapannya tadi kepada Ayahnya. Naruto sudah memanggil Ayah Hinata dengan Tou-san karena memang sudah terbiasa apalagi sebentar lagi mereka akan menikah.

"Aku juga tidak tahu."

Menghembuskan napas panjang, Naruto beranjak dari kursi dan melangkah menuju pintu saat suara ketukan terdengar.

"SAKURA-CHAN!"

Naruto berteriak girang dan langsung memeluk orang tersebut.

"S-sesak baka!"

Naruto melepaskan pelukannya dan tersenyum lembut.

"Ah, masuklah." Naruto mempersilahkan orang itu masuk juga.

Perempuan bersurai merah muda panjang itu tersenyum dan menganggukan kepalanya. Ia masuk setelah sebelumnya memeluk Naruto kembali terlebih dahulu. Netra hijaunya terkejut saat melihat ada orang lain di dalam ruangan Naruto yang menatapnya seolah benci seperti baru saja melihat hal Menjijikan, dan itu sangat jelas terlihat.

"Ah, perkenalkan dia Haruno Sakura sahabat sekaligus sekertaris baruku dan ini Hyuga Neji."

Perempuan yang di sebut Naruto itu tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya pada pria yang duduk di seberangnya.

"Haruno Sakura, salam kenal."

Pria dingin yang sama sekali tidak merespon hanya menatapnya datar dan membuang wajahnya ke arah lain membuat perempuan itu mengangkat alis dan tertawa kecil setelahnya. Melihat gelagat pria itu membuat perempuan itu paham sekarang kenapa raut wajah lelaki itu terlihat risih, apalagi dia mempunyai marga yang sama dengan Hinata bisa di pastikan pria itu adalah saudara Hinata.

"Jangan ragukan Naruto, dia hanya mencintai satu wanita dan aku hanya sahabat kecilnya."

Pria dingin itu hanya diam tanpa kata. Namun ia bisa melihat kesungguhan akan ucapannya dan Sakura hanya tersenyum menatap balik lelaki yang menatapnya penuh tanya.

Melihat keadaan ini Naruto duduk di sisi sofa dan merangkul Sakura.

"Hinata-chan sudah kenal dengan Sakura dan Sakura adalah keluargaku sejak kecil, asal kau tahu saja." ujar Naruto menjelaskan dan mengacak surai merah muda Sakura asal membuat perempuan itu berdecak sebal.

"Berantakan baka!"

Naruto tertawa sedangkan Neji masih terlihat risih akan kelakuan kedua orang itu. Pasalnya ia tidak pernah melihat perlakuan seperti itu walaupun ia pernah mempunyai sahabat di SMA dulu.

"Dengar ya, aku menjadi sekertarismu untuk sementara menggantikan Ino yang sedang cuti hamil dan juga sekalian menunggu pernikahan kalian." Sakura menjelaskan alasan ia kembali ke Konoha semata karena Ino dan Naruto.

"Sayangnya pernikahanku sepertinya harus di tunda karena satu orang penghalang Sakura-chan." jelas Naruto sambil melirik Neji yang mendengus karena tatapan Naruto seolah menyalahkannya sekarang. Ayolah menikah ya menikah saja sana.

"K-kenapa? Aku sudah ke sini jangan membuatku rugi." tanya Sakura yang tidak percaya akan perkataan Naruto. Lagipula ia kesini memang demi menyaksikan pernikahan Naruto.

"Kau berkata seakan aku barang lelang dan kau akan rugi jika tidak sesuai keinginan saja." keluh Naruto yang kini bersandar pada bahu Sakura.

Lagi-lagi Hyuga Neji di buat muak akan tingkah Naruto pada perempuan itu. Apa Hinata tidak tahu jika kekasihnya seperti itu pada perempuan lain selain dirinya.

"Ah, aku ingin berkeliling dulu." Sakura ingat akan seseorang yang di kenalnya sedang menunggunya untuk berbicang. Bangun, ia pamit kepada kedua pria itu dan meninggalkan ruangan yang kini mendadak sunyi seolah baru saja ada badai melanda.

"Kau yakin dia sahabatmu?" tanya Neji yang masih curiga setelah pintu tertutup.

Naruto tertawa renyah sesaat sebelum wajahnya berganti murung.

"Kau tahu Sasuke kan?"

Neji sangat tahu pria bermarga Uchiha yang merupakan adik dari Uchiha Itachi yang meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan tragis. Tidak lebih seperti itu yang ia ketahui tentang penerus kedua perusahaan Uchiha itu.

"Hn."

"Dia kekasih Sasuke yang sebenarnya akan menikah sebelum kecelakaan itu terjadi. Aku, Sasuke dan Sakura-chan adalah sahabat sejak kecil dan mereka berdua memang tidak bisa di pisahkan. Aku dan Sasuke sangat mencintainya dan aku menyerah karena nyatanya Sakura-chan mencintai kami berdua namun dengan berbeda artian. Aku pun menerimanya dan menganggap Sakura-chan adikku. Dia sangat periang namun saat ini semua yang di tunjukannya, keceriaan dan senyumannya hanyalah palsu untuk menutupi kesedihannya."

"Kau mencintainya kenapa kau ingin menikahi adikku?"

Naruto menghembuskan napasnya pelan karena sikap Neji yang nyatanya belum paham akan ceritanya.

"Aku sudah bilang aku menyerah dan perasaan cintaku pada Hinata berbeda dengan Sakura. meskipun aku mencintai Sakura bukan ingin memilikinya seperti seorang lelaki kepada wanita yang ingin menjadikannya pacar dan sebagainya tapi karena sampai kapanpun Sakura-chan adalah adikku.

Hinata-chan, dia adalah segalanya yang aku inginkan dan itulah arti cintaku kepada Hinata-chan. Sama dengan perasaanmu kepada Hinata dan aku kepada Sakura yang menganggap mereka adik, Neji."

Neji paham akan apa yang di katalan Naruto. Tapi sikap Naruto yang bebas tentu saja tidak sama dengannya yang merupakan seorang yang kaku.

"Aku pegang kata-katamu Naruto."

Naruto mengangguk dengan cengirannya.

"Pasti."

Keheningan melanda mereka sesaat karena terhanyut pikirannya masing-masing.

"Aku akan kembali ke Kantor."

Hyuga Neji bangun dan bersiap pergi meninggalkan ruangan Naruto. Namun langkahnya terhenti saat sesuatu tiba-tiba melintas di pikirannya.

"Naruto."

"Hm?"

Naruto bangun dan berjalan menuju jendela besar yang ada pada ruangannya.

"Bisakah aku menggantikannya?"

Naruto cukup terkejut saat perkataan itu keluar dari bibir Neji. Tapi saat ini Neji terlihat serius saat mengatakannya dan itu sungguh-sungguh.

"Itu keputusan Sakura-chan."

"Kau ingin menikah bukan?"

"Tentu saja. Bagaimana pun akan aku lakukan demi Hinata-chan. Tapi, tidak jika harus melukai Sakura-chan."

Naruto berharap apa yang di ucapkannya bisa Neji pahami.

Neji terdiam mencerna ucapan Naruto. mengerti, ia mengangguk sebagai jawaban.

"Hm."

.

.

.

Neji duduk bersandar pada kursi kerjanya. Ruangannya bernuansa putih dan bersih membuat siapa saja yang berada di sini nyaman untuk tinggal lama sekalipun. Pikirannya kembali teringat akan cerita Naruto.

Sasuke Uchiha

Nama yang tidak asing baginya dan mungkin saja tidak akan pernah di lupakan nya. Pria sedingin dan juga merupakan saingan nya ternyata bisa luluh kepada satu orang gadis. Sebelumnya ia tidak peduli akan pria itu karena ia termasuk pria yang tidak menghiraukan orang lain. Namun semua itu berubah kala kejadian yang membuatnya membenci pria itu. Kabar meninggalnya pun yang seharusnya membuatnya senang nyatanya membuatnya semakin membencinya. Dan hari ini, kenyataan yang membuatnya tertarik semakin ia menginginkannya.

"Siapa dirimu sampai seorang Sasuke mencintaimu seperti itu." gumamnya dan memejamkan mata setelahnya mengingat kembali memori-memori yang membuatnya sakit.

.

.

.

Sakura mendesah lega saat tangga yang di tapakinya sudah berakhir pada lantai dasar. Jam kantor sudah usai mungkin setengah jam yang lalu dan ia memang terlambat karena turun dengan memakai tangga darurat tidak menaiki lift seperti pegawai lainnya. Dengan pelan juga ia sambil menikmati suasana yang membuatnya mengulang memori tentang dirinya.

Naruto sudah pulang lebih awal karena ada janji dan Sakura memakluminya. Sebagai calon pasangan yang akan segera menikah mungkin memang sedang sibuk-sibuknya, berbeda dengannya yang seorang single yang tidak ada kegiatan lain selain menyibukan diri sendiri. Sebagai sekertaris sementara Naruto ia sekarang tahu jadwal sahabatnya ini dan bersyukur Ino ternyata sangat tangguh dengan jadwal yang padat seperti itu. Kepribadian Ino yang memang cerewet berbanding terbalik jika masalah profesionalisme, ia akui itu. Beruntungnya Ino yang sebentar lagi akan memiliki si kecil sedangkan ia...

"Aku baik-baik saja." ujarnya meyakinkan diri sendiri tentang keadaannya sekarang.

... Masih terjebak dengan satu nama dan cinta hingga saat ini.

"Apa Naruto ada?"

Suara seseorang yang sepertinya bertanya kepadanya membuatnya teralih. Mendongak, Sakura menoleh pada sumber suara. Ah, pria Hyuga yang merupakan Kakak dari Hinata (sudah di ceritakan Naruto siapa Hyuga Neji itu ) datang kemari untuk menemui Naruto lagi.

"Dia sudah pergi sejak beberapa jam yang lalu Hyuga-san."

Neji tidak berkata lagi saat perempuan yang menjadi sekertaris Naruto itu menjelaskan jika Naruto sudah pulang sejak tadi. Tatapan datarnya tertuju pada perempuan yang sepertinya kelelahan dan hanya melihat saja sudah pasti jika perempuan itu baru saja turun melalui tangga.

"Apa lift nya rusak?"

Sakura menggeleng sebagai jawabannya dan Neji menaikan sebelah alisnya tidak mengerti.

Lama dalam keheningan yang membuat Sakura tidak nyaman, akhirnya ia pamit terlebih dahulu.

"Kalau begitu saya duluan, sampai jumpa Hyuga-san." ucapnya berbungkuk kemudian berlalu pergi meninggalkan Neji dalam kesunyian.

Sorot mata yang tidak bisa di tebak itu kini hanya tertuju pada punggung perempuan merah muda yang berjalan semakin menjauhinya. Rambut merah muda panjangnya yang tergerai indah dia kibaskan hingga terlihat leher putih jenjang yang membuat dadanya berdetak tidak keruan. Memegangi dadanya, Neji mengambil napas sedalam mungkin dan mengusir pikiran anehnya.

.

.

.

"Hujan, Kau tidak bawa mobil?"

Sakura lagi-lagi di kejutkan dengan pria itu. Hujan yang mungkin saja sudah turun setengah jam yang lalu membuatnya harus tertahan karena ia tadi hanya menaiki bus saat berangkat. Melirik ke samping dimana pria jangkung itu berdiri tepat si sisinya, Sakura bisa melihat sosok yang benar-benar mengingatnya pada sosok seseorang. Hidung mancung, rahang yang tegas, wajah yang rupawan, rambut cokelat panjang yang indah, wajah datar dan sikap dingin itu benar-benar mengingatkan nya.

"Kau terpesona padaku?"

Sakura menaikan alisnya saat pertanyaan aneh (baginya) itu terucap dari pria itu.

"Siapa maksud anda?"

Neji menoleh dan menatap Sakura tanpa kata. Dapat ia lihat netra hijau itu berbeda seperti gadis yang sering di temuinya. Biasanya mata mereka akan berbinar tapi tidak dengan dia. Tapi, walaupun begitu netra hijau itu seolah ingin mengajak nya dalam sesuatu yang lain, yang membuatnya kembali merasakan debaran.

"Hn."

Sakura tertawa kecil menanggapi pemikiran yang bisa di bilang narsis itu.

"Anda punya selera humor juga ternyata."

Tidak tahu kenapa dengan tawa dan senyuman itu yang sepertinya nyata. Wajah itu tidak cantik tapi kenapa bisa dengan Uchiha Sasuke? Tubuhnya tidak seseksi artis tapi kenapa Sasuke tergila-gila? Dan mengingat perkataan Naruto jika apa yang di tampil kan nya sekarang hanyalah kepura-puraan semata bukan tulus yang dari hatinya.

Hujan masih mengguyur dengan derasnya dan Neji merutuki dirinya karena bisa-bisanya ia kembali ke kantor Naruto entah untuk urusan apa. Melirik perempuan yang masih berdiri di sampingnya Neji akhirnya berkata;

"Jika tidak keberatan aku bisa mengantarkanmu."

"Tidak."

Sikap tegas penolakan nya membuat Neji semakin tidak mengerti. Apa perempuan ini sedang jual mahal agar semua orang semakin penasaran?

"Hujan akan lama."

Sakura menghela napas panjang karena pria ini seolah mendesaknya.

"Tid-"

Perkataan Sakura terhenti karena apa yang terjadi padanya saat ini. Pria ini memariknya dan berlari menembus hujan untuk menuju salah satu mobil yang ada di depan gedung. Pria itu melindunginya dari hujan dengan jasnya saat membuka pintu mobil untuknya. Setelah ia masuk kemudian dia berputar ke pintu mobil yang lain.

"Ini gunakan ini untukmu."

Neji menyerahkan sapu Tangannya untuk Sakura sedangkan ia yang sedikit basah hanya mengelap wajah memakai tangannya. Membuka jasnya yang basah, ia letakan pada bangku penumpang.

"Tidak terima kasih." Sakura menolak itu namun Neji tetap menyodorkan sapu tangan itu untuknya.

"Ambilah, aku minta maaf."

Dengan ragu karena tidak ingin lagi berdebat akhirnya Sakura mengambil itu dan memakainya untuk mengelap wajahnya yang basah.

"Aa."

Keheningan melanda mereka yang masih berada di dalam mobil yang belum di nyalakan. Sakura melirik pria yang masih mengibaskan kemeja putihnya yang basah hingga dapat ia lihat tubuhnya itu. Mendesah pelan, ia ambilkan sesuatu yang sebenarnya ia juga membawanya.

"Ambilah."

Sakura menyerahkan sapu tangan putih bercorak sakura pada ujungnya. Sapu tangan itu adalah miliknya yang berharga yang selalu dibawanya.

Merasa ada yang menyentuh, Neji menoleh dan terkejut saat perempuan itu memberikan sapu tangan juga. Sempat ragu, akhirnya ia mengambilnya saat netra hijau itu memandangnya entah dengan tatapan yang lagi-lagi membuatnya merasa aneh.

"Hn."

Tertegun. Harum dari sapu tangan itu membuatnya terdiam. Aroma lembut yang membuatnya tenang dan itu menyenangkan.

"Aku tidak mengerti kau bersikeras mengajakku sedangkan kita belum saling kenal, Hyuga-san."

Apa yang di katakan perempuan itu benar. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia peduli dan mengajaknya dengan bersusah payah seperti ini. Semakin ingin tahu, sesuatu yang ada di dalam dirinya berusaha berontak untuk menerima semuanya.

Mengulurkan tangan, akhirnya Neji memperkenalkan dirinya.

"Hyuga Neji."

Sempat ragu karena tadi pria itu menolak dan kini ia sendiri yang mengulurkan tangannya. Tidak mau berpikir tidak baik, Sakura akhirnya membalasnya.

"Haruno Sakura salam kenal, Hyuga-san."

"Neji, kau bisa memanggilku seperti itu ya."

"Aa, baiklah kau pun bisa memanggilku Sakura."

Sakura untuk pertama kalinya tersenyum dan itu terlihat Neji adalah senyuman tulus bukan pura-pura semata.

"Hn. Sakura."

"Neji-san."

Mereka berdua saling pandang saat penggilan masing-masing terucap bersamaan. Sakura tertawa kecil meresponnya sedangkan Neji mendengus menahan tawanya.

"Bisa berangkat sekarang?"

Neji mengangguk dan mulai menyalakan mesin. Setelah yakin ia pun menjalankan mobilnya ke tempat tujuan mereka.

.

.

"Hujannya masih deras."

Sakura mendesah pelan saat hujan masih turun dengan derasnya.

Di sampingnya, Neji tidak berkata apapun melainkan ikut melihat hujan seperti yang di lakukan Sakura. Keheningan melanda mereka sejak tadi. Dalam perjalanan pun mereka tidak banyak berbicara dan hanya Sakura yang menanyainya beberapa pertanyaan tentang Hinata dan Naruto.

Uchiha Sasuke

Nama itu kembali melintas di pikirannya. Melirik Sakura yang masih menatap hujan dengan asiknya itu membuatnya semakin penasaran.

"Sakura."

"Hm, ada apa Neji-san?"

Terdiam beberapa saat karena masih sibuk dengan pikirannya, Neji akhirnya berucap yang tidak terduga.

"Menikahlah denganku."

Sakura mengerjakan matanya tidak mengerti akan ucapan Neji.

Menikah?

"Maksud Neji-san?"

Mengambil napas sebanyak yang ia bisa hirup Neji melanjutkan pembicaraannya.

"Aku menyukaimu menikahlah denganku."

Cukup terkejut memang mendengar ajakan yang tidak masuk akal itu. Tapi apa yang Neji katakan tidaklah serius.

"Jangan bercanda Neji-san. Pernikahan bukan main-main dan kau bilang suka padaku? Kau bercanda." ucap Sakura yang tertawa meremehkan ucapan Neji yang baginya sangat keterlaluan. Mereka sehari baru bertemu dan tiba-tiba mengajaknya menikah.

"Aku serius."

"Aku yakin atas dasar suka tidak lah cukup kuat hingga kau berani mengatakan itu padaku kan?"

Neji tertegun mendengar pemahaman Sakura. Nyatanya perempuan ini pintar dan sulit di tebak.

"Kau tahu Naruto bilang tidak akan menikah karena aku kan?"

Sakura ingat akan perkataan Naruto tadi pagi.

"Sayangnya pernikahanku sepertinya harus di tunda karena satu orang penghalang Sakura-chan."

"Kau menghalangi pernikahan mereka?"

"Ayahku tidak akan menikahkan mereka sebelum aku yang menikah terlebih dahulu."

"Kenapa harus aku? Memangnya kau tidak punya kekasih atau apa?"

Lagi-lagi Neji harus menarik napas panjang untuk berbicara dengan Sakura yang sepertinya perlu tenaga lebih.

"Kau sahabat yang sudah Naruto anggap sebagai adiknya dan aku yakin kau akan melakukan itu untuknya."

"Kenapa kau seyakin itu." kali ini Sakura mendengus kesal yang tidak terkira. Suka dan nyatanya pria ini hanya memanfaatkan keadaan saja.

"Aku pun ingin melakukan demi adikku."

"Cari yang lain saja."

"Tidak ada yang cocok."

Apa katanya?

"Kau berbicara seolah dunia ini kehabisan stok perempuan saja."

"Nyatanya aku tidak pandai memikat hati perempuan dan aku tidak pandai merajut hubungan."

Sakura meremas sapu tangan milik Neji yang masih berada di genggamannya. Cukup sulit baginya dan memang tidak mungkin.

"Aku tahu kau sedang tidak memiliki seseorang seperti kekasih bukan?"

Sakura lagi lagi mendengus pelan. Sangat yakin jika Neji tahu dari Naruto.

"Seberapa banyak dari cerita Naruto yang kau tahu tentangku?" tanya Sakura yang yakin jika Neji tahu tentang dirinya dari Naruto.

"Tidak banyak. Hanya kalian teman sejak lahir itu saja."

"Neji-san," Sakura berkata pelan dengan hati-hati. Tidak tahu harus mengatakan apa lagi kepada pria ini yang terus memaksanya. "Pernikahan bukan hal main-main seolah itu hal biasa saja."

"Aku tahu."

"Kenapa tahu terus memaksaku kalau begitu?"

Sakura tidak mengerti kenapa dengan pria ini terus memaksanya. Neji tahu pernikahan bukan hal main-main tapi saat ini dia seolah menyepelekan hal itu.

"Pertama aku menyukaimu, kedua demi Naruto dan Hinata."

"Kau sangat lucu mengatakan menyukaiku."

"Aku serius."

Kali ini Sakura terdiam menatap lurus jauh ke dalam mata seindah mutiara itu. Sejauh apapun ia menatapnya saat ini, tatapan itu sulit di pahami.

"Aku tid-"

Lagi-lagi apa yang dilakukan Neji membuat Sakura terkejut bukan main. Pria Hyuga itu menariknya hingga jarak wajahnya bisa merasakan hembusan napasnya.

"Aku tidak akan memaksamu. Tapi akan aku buktikan dan membuatmu melupakan Uchiha Sasuke."

"Apa maks-"

Netra hijau Sakura membulat apa yang menimpanya saat ini. Hyuga Neji menciumnya setelah menyebut nama yang sangat sakral baginya itu. Dengan sekuat tenaga Sakura akhirnya bisa mendorong Neji menjauh.

"Kau-"

Sakura membuka pintu dan keluar dari mobil di ikuti Neji yang berusaha mengejarnya.

"BERI AKU WAKTU UNTUK MEYAKINKANMU SAKURA!"

Neji terhenti karena Sakura sudah jauh dan menghilang dari pandangannya.

Sial!

Entah kenapa perasaannya sesak saat melihat Sakura menangis sebelum perempuan itu keluar meninggalkannya dalam kehampaan dan penyesalan.

"Apa yang telah aku lakukan." desahnya menjambak rambutnya frustasi.

To be continued

Lagi ke pincut NejiSaku, Lagi haha

maafkan saya.

Yang lainnya sedang di usahakan lanjut walaupun susah T.T

Sebentar lagi SasuSaku Fanday.. ayo kita rayakan _

Wyd Rei Sei Gilg Kuran Tanaka

ckrg