DADDY
~hyoukassi~
.
.
.
Namjoon memijat kepalanya yang tiba-tiba merasakan sakit kepala karena tangisan anak satu-satunya yang dia sayangi, mungkin kalian pikir Namjoon sedang bingung mengurusi bayi yang rewel kalian salah besar. Anaknya sudah SMA! Malah sudah ditingkat akhir, Namjoon sedikit menyesal terlalu memanjakan putrinya.
"Jimin, appa sudah sangat lelah mengurusi kepindahan secara tiba-tiba ini jangan membuat kepala ku pecah sayang"
"tapi appa jahat! Appa tidak memikirkan bagaimana jika aku dibully ketika sekolah disana? Hueee aku tidak ingin kehilangan teman-temanku" tangis Jimin semakin keras.
Namjoon menatap istrinya meminta bantuan secara tidak langsung, Namjoon menyerah melihat anaknya yang terlihat sangat frustasi itu, padahal menurut Namjoon pendidikan Jimin akan lebih baik jika diteruskan disana karena Jimin termasuk siswi yang pintar disekolahnya siapa tau dia bisa masuk universitas terkenal disana.
"Jimin sayang kamu tidak ingin menyusahkan appa dan eomma kan?" Seokjin menatap putrinya dengan penuh harapan.
"eomma juga sayang padaku kan? Aku mohon biarkan aku tinggal di Korea yayayaya"
Mereka berdua pun pasrah pada Jimin yang keras kepala dengan pendiriannya, mereka juga berpikir ada benarnya perkataan Jimin bagaimana jika anak itu dibully atau pipinya berubah menjadi sangat tirus karena stress?
Tetapi yang sekarang menjadi masalah adalah bagaimana caranya Jimin hidup di korea sendirian tanpa orang tua, uang tidak menjadi masalah tapi anak itu bahkan tidak tau memasak ataupun mencuci. Terlalu manja. Memang anak itu bisa membeli makanan di restoran atau apapun makanan yang ia sukai tapi Seokjin kembali mengingat porsi makan Jimin yang luar biasa padahal tubuhnya begitu mungil, bisa-bisa seluruh tabungan Namjoon dan Seokjin bisa habis begitu saja.
"bagaimana jika menitipkan aku di rumah paman atau bibi?"
"Jimin otak mu yang pintar itu kemana sayang? Semua paman dan bibimu tidak ada yang tinggal di Seoul. Kau mau pindah ke busan?" Namjoon menatap anaknya yang sedang tertawa bodoh itu dengan wajah datarnya, sepertinya sang anak mewarisi kebodohan istri tersayangnya itu .g
Tiba-tiba Seokjin menepuk tangannya dengan heboh dan segera berlari mencari handphonenya untuk menghubungi seseorang, anak dan suami nya bertatapan bingung dengan tingkah Seokjin yang terlalu tiba-tiba.
"halo? Ya! Kalo diangkat berbicara lah, YA!"
"hm.. ada apa nyonya Kim yang sudah berani mengganggu tidur ku ini?"
"Yoon, lihatlah jam sudah siang begini kenapa masih tidur? Aku heran kau sangat kaya tapi pemalas seperti ini"
"sudah puas menceramahi ku heh? Aku tutup"
"YA! Jangan begitu Yoongi, aku butuh bantuan mu. Ini sangat mendesak"
"ck dasar, apa mau mu?"
"kau tau Namjoon tiba-tiba dipindah tugaskan New York"
"lalu apa masalahnya aku pikir kau akan bahagia suamimu akan menjadi pengusaha terkenal dan kaya disana"
"anakku, dia tidak ingin pindah ke sana dan aku tidak ingin meninggalkan dirinya hidup sendirian disini. Jika dia seorang namja pun aku tidak khawatir Yoon, tapi dia hanyalah gadis SMA yang masih butuh pengawasan. Aku benar-benar tidak punya pilihan Yoongi, hanya kau yang ku percaya"
Yoongi terdiam sejenak memikirkan permasalahan sang sahabat, disatu sisi dia sangat membenci ada orang lain yang memasuki apartemennya karena selama bertahun-tahun dia sudah tinggal sendirian tanpa beban orang lain tapi disatu sisi dia sangat mengerti masalah yang dihadapi Seokjin walau dia sendiri belum merasakan kekhawatiran sebagai orang tua.
Dengan keputusan yang sudah bulat untuk menolak membantu Seokjin, Yoongi ingin membuka suara namun ingatannya 7 tahun lalu tentang perjuangan Seokjin dan Namjoon membantunya membangun semua usaha yang dimilikinya sekarang membuat ia merasa bersalah jika harus menolaknya. Lagipula Kim Jimin anak mereka itu merupakan anak manis yang baik hati, apa susahnya menjaga anak itu.
"baiklah aku akan menjaga Jimin untuk kalian berdua"
"Benarkah?! Ya Tuhan! Aku mencintaimu Yoon! Terima kasih!"
Seokjin segera memutuskan panggilan dan berlari menuju suami dan anaknya dengan bahagia, Namjoon sendiri menatapnya seakan ingin membunuh wanita tersebut karena sudah mengatakan dia mencintai orang yang ditelepon nya tadi entah siapa dan Jimin hanya menatap sang ibu dengan bingung.
"aku mendapatkan jalan keluar! Kau bisa tetap tinggal di Korea tanpa mengkhawatirkan apapun!"
Segera Jimin memeluk ibunya dan melompat bersama karena terlalu bahagia. Meninggalkan Namjoon yang hanya menatap mereka seperti orang bodoh.
.
.
.
TBC
Huaaa kembali lagi dengan ff yang tidak jelas seperti ini. Semoga kalian menikmati cerita ini. Silakan meninggalkan review agar aku bisa tau bagaimana menurut kalian cerita ini ehehe
Sampai jumpa!
