Cast : Cho Kyuhyun
Kim Ki Bum
Lee Donghae
dll
Genre : Brothership/Friendship
Warning : Fict pertama, aneh bin geje. Mianhae, enjoy ya J
Summary : "Hyuuuuung..." / "Hentikan Kyu, kau bukan anak lima tahun lagi" /
"Pergilah Hyung." / "Bisakah eomma lebih peduli pada kami? A.. Ani.. eomma hanya perlu peduli pada Kyu. DIA MEMBUTUHKANMU, EOMMA!" / "Kyu janji, ini terakhir kalinya Kyu menangis. Kka, pergilah Hyung"/
Hyung!
Seorang namja tengah menatap buntalan besar di sebuah kamar bernuansa baby blue. Surai hitamnya bergerak pelan seiring hembusan angin musim dingin yang menerobos masuk. Namja tersebut bergerak malas menuju satu-satunya jendela yang ada di kamar sang adik lalu menutupnya pelan. Kim Kibum mendesah lelah. Ditorehkan kepalanya pada buntalan besar yang sedari tadi tidak menunjukkan tanda-tanda gerakan apapun.
"Kyuhyun... Ireona!"
"..."
"Kyuuuuuuu Palliwa Ireona!" teriaknya lebih keras.
Tetap tidak ada sahutan. Namja yang bernama Kim Kyuhyun itu tetap tidak bergerak, apalagi bersuara. Tanda bahwa dia tidak terusik dengan teriakan Hyungnya. Sedang sang hyung masih setia dengan ekspresi datarnya, menatap gumpalan tersebut lalu tersenyum. Tapi sedetik kemudian senyuman tersebut hilang digantikan dengan sebuah seringaian lebar
"Kyuuu bangun atau aku akan menyeretmu ke kamar mandi!"
SREEET...
Berhasil. Buntalan itu terbuka. Ki Bum berjalan pelan menuju nakas disamping tempat tidur dongsaengnya lalu mengambil sebuah benda berbentuk putih pipih yang dia yakini sebagai senjata andalannya yang terakhir. Dia tahu, dia sangat tahu bahkan dia sudah hafal bahwa setelah ini...
"KIM KI BUM! BETAPA MENYEBALKANNYA DIRIMU, Akan kuhajar kau!"
Bingo!
Benar kan tebakannya. Dihembuskan nafasnya perlahan, Kyuhyun sudah siap menerjang Ki Bum dengan beringas jika dia tidak melihat apa yang ada di tangan Hyungnya.
"Mandi sekarang atau kupatahkan PSPmu"
Dingin. Bulu kuduk Kyuhyun meremang seketika. Ucapan Ki Bum sukses membuat Kyuhyun menghentikan langkahnya. Dia tahu hyungnya tidak pernah bermain-main dengan kata-katanya. Dan itu berarti nyawa kekasihnya sedang dalam bahaya. Sedikit merutuk dalam hati, apa hyung-nya itu jelmaan setan ataukah iblis. Jika iya, Kyuhyun bertekad setelah ini dia akan rajin ke geraja. Ah! Atau mungkin setiap hari dia akan meminta anak pamannya -Siwon Hyung- untuk mengajarinya mantra-mantra pengusir setan.
Cetakk
"Akkhhhh Appo. Yak! "
"Apa yang sedang kau lamunkan? Aku bukan setan atau Iblis. Mandi sekarang atau kau mau kekasihmu ini beranak pinak menjadi empat, eoh?"
Jitakan Kibum membuyarkan lamunan Kyuhyun. Dengan tergesa-gesa Kyuhyun bangun dari tempat tidur lalu dengan cepat menyambar handuk yang berada di lemari. Tak lupa dibantingnya pintu kamar mandi tanda kekesalannya pada Kibum. Tanpa Kyuhyun sadari seringaian di wajah Hyungnya semakin lebar.
BLAMMM
"Aishhhh...Manusia es sialan!"
Kyuhyun mendecih pelan. Bagaimana bisa Hyungnya membaca pikirannya. Sepertinya dia benar-benar harus meminta pertolongan Siwon Hyung nya setelah ini.
**********************************************Hyung!**************************************
"Hyung" Ucap Kyuhyun. Tangannya mentoel-toel ujung kemeja Kibum yang berjalan didepannya. Sedang sang hyung tetap berjalan lurus tanpa menoleh. Sore ini Kyuhyun dan Kibum berniat mengunjungi rumah Donghae -sahabat Kibum- yang terletak di depan rumah mereka.
"Hyuuuungieee" teriak Kyuhyun lebih keras. Kyuhyun menggembungkan pipinya kesal. Dasar patung berjalan! Umpatnya.
"Hentikan, Kyu. Kau bukan anak lima tahun lagi." Kibum menghentikan langkahnya lalu menatap Kyuhyun dengan wajah stoic andalannya. Tidak ada respon dari dongsaeng yang umurnya hanya berjarak satu tahun darinya itu. Kibum menghela nafas pelan.
"Dongsaeng hyung marah, eoh?" goda Kibum.
Kyuhyun semakin memajukan bibirnya. Ingin rasanya Kibum terkekeh melihat dongsaengnya yang sedang merajuk -seperti ikan kembung- batinnya. Kibum berjalan ke arah Kyuhyun, mengacak surai ikalnya pelan. Menarik tangannya lalu menggenggamnya, membuat langkahnya sejajar dengan Kibum. Tak ada percakapan setelahnya, hanya senyum Kyuhyun yang terus mengembang. Hyungnya memang selalu tahu bagaimana meluluhkannya.
"Kyuuniee, Bummmieee"
"Teuki Hyung..." Kyuhyun melepaskan genggamannya pada Kibum lalu berlari menghambur memeluk seorang namja yang lebih tua lima tahun darinya itu. Park Jung Soo atau yang selalu dipanggil Leeteuk itu adalah kakak Donghae. Kyuhyun maupun Kibum sudah menganggap Leeteuk dan Donghae saudara mereka. Begitu pula sebaliknya.
"Teuki hyung, donghae eodiga?" tanya Kibum.
"Hae ada di dalam sedang menyiapkan makan malam untuk kita. Masuklah. Kajja Kyu!" Ucap Leeteuk sembari mempersilahkan dua tamunya untuk masuk ke dalam.
"Jeongmal? Teuki hyung dan donghae hyung yang memasak?" tanya Kyuhyun. Leeteuk hanya mengangguk.
"Yesss... Masakan teuki hyung dan donghae hyung selalu enak, tidak seperti masakan bummie Hyung. Kalau tidak terlalu matang ya gosong. Intinya masakan bummie hyung identik dengan warna hitam" Leeteuk tertawa mendengar ocehan Kyuhyun sedangkan Kibum tersenyum masam. Ingin rasanya Kibum menjahit atau bahkan mencincang mulut setan dongsaengnya itu. Aigooo...
"Yak! Kyu! Habiskan sayurmu" celetuk Donghae di tengah makan malam mereka.
"shireo!"
"Ya! Sayuran itu bagus untuk kesehatanmu."
"Teuki hyung, bummie hyung... Lihatlah, Donghae hyung tampak seperti ahjumma yang sedang mengomeli anaknya. Aigoo, ahjumma, berhentilah menyuruhku makan sayuran." Leeteuk dan Kibum terkikik geli dengan ucapan Kyuhyun sedangkan Donghae hanya mempoutkan bibirnya -membuat wajah tampannya terlihat imut
"Aishh, yak ahjumma! Jangan bertampang seperti itu. Kau membuatku mual" timpal Leeteuk disertai kikikan gelinya yang tak kunjung berhenti
"Ya! Teuki hyung! Kenapa hyung ikut-ikutan? Ketularan virus evil bocah itu, eoh?" Dengus Donghae. Kyuhyun hanya meleletkan lidahnya.
"Sudah sudah, lanjutkan makan kalian"
"Bummie, apa kau menerima beasiswa keluar negeri itu?" tanya Donghae yang sukses membuat dua namja bermarga Kim tersedak. Leeteuk menyodorkan air putih pada Kyuhyun sedangkan Kibum menepuk-nepuk dadanya pelan. Alis Donghae berpaut, wow awesome! hyung dan dongsaeng yang kompak, tersedak saja barengan. batinnya!
"Ya.. ya.. Donghae-ah, beasiswa apa yang kau maksud? Aku tidak pernah mendaftar beasiswa apapun"
Donghae mengernyit bingung. Tak paham dengan maksud ucapan Kibum. Tapi tatapan tajam Kibum menyurutkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut. Donghae menghela nafas pelan, otaknya terlalu lamban memproses apa yang sebenarnya terjadi. Dialihkan tatapannya pada Kyuhyun yang duduk disamping Leeteuk. Namja itu tengah menundukkan kepalanya, tangannya saling meremat –kebiasaannya jika sedang resah. Mereka semua tahu itu. Donghae mengusap wajahnya kasar, ingin rasanya dia menyumpal mulutnya dengan kaus kaki atau apalah agar tidak kelepasan berbicara seperti tadi. Sekarang dia mengerti, si bungsu Kim tidak tahu apa-apa.
"Kyu, waeyo?" tanya Leeteuk memecah keheningan. Diusapnya punngung tangan Kyuhyun. Berharap bisa menenangkan perasaan dongsaengnya itu.
"A.. aniyo hyung" jawab Kyuhyun pelan tanpa mengangkat wajahnya. Leeteuk tersenyum lalu mengangkat dagu Kyuhyun perlahan, membawa manik hitamnya berhadapan dengan onyx berwarna coklat gelap.
"Tidak akan terjadi apa-apa, kyu. Bukankah tadi bummie sudah menjelaskannya? Apa kau tidak percaya pada hyungmu, eoh?" Leeteuk tersenyum lembut seakan mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Kyuhyun. Donghae mengiyakan sedangkan Kibum hanya menatap dongsaengnya -Kosong-
"Ani hyung, aku selalu percaya pada bummie hyung" Kyuhyun tersenyum, lalu mengalihkan tatapannya pada Kibum. Raut muka Kibum datar, Kyuhyun tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Hyungnya. Namun tak ayal, sebuah perasaan sesak memenuhi dadanya. Hyung! Gwenchana?
**********************************************Hyung!**************************************
Rintik – rintik salju mulai turun memenuhi ruas jalan. Terkadang serbuk putihnya melayang bersamaan dengan semilir angin musim dingin. Suara desauan angin mengalun bak simponi merdu, menggelitik setiap gendang telinga pendengarnya. Kibum merapatkan selimutnya, lensa matanya terfokus pada langit-langit kamar. Sesekali uap dingin keluar seiring dengan helaan nafasnya. Pikirannya terpaku pada kejadiaan saat makan malam tadi. Ekspresi dongsaengnya masih melekat jelas di ingatannya. Dipejamkan matanya berusaha untuk tidur namun dirinya tak kunjung terlelap.
"Hyung, waeyo?" Sebuah suara mengagetkannya hingga membuat Kibum terlonjak.
"Yak! Kyu! Kau membuatku kaget. Sedang apa kau disini?" Kibum menatap Kyuhyun yang tengah berdiri dengan selimut baby bluenya. Diliriknya pintu kamarnya yang tertutup. Sejak kapan dongsaengnya itu masuk ke kamar. Tanpa menjawab pertanyaan Kibum, Kyuhyun mulai naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya disamping sang hyung.
"Ya! Kenapa kau tidur disini. Tidurlah dikamarmu sendiri" Kibum menyingkap selimutnya dan menggoncang-goncang bahu Kyuhyun kencang. Tak ada respon. Kibum mendecih pelan, heran dengan sikap dongsaengnya. Diliriknya sekilas dongsaengnya, lalu tangannya mulai membenahi selimutnya sendiri hingga menutupi leher.
Hening.
Hanya helaan nafas teratur dua namja bermarga Kim yang terdengar.
"Hyung, kau tak akan meninggalkanku, kan?"
Kibum membulatkan matanya. Kalimat lirih yang diucapkan dongsaengnya itu masih bisa ia dengar. Kibum tidak tuli, ia mendengarnya dengan jelas. Dieratkannya cengkeraman pada ujung selimutnya. Entah kenapa suhu kamarnya terasa lebih dingin padahal penghangat ruangan telah menyala. Pikirannya sibuk mencari kata-kata balasan untuk sang dongsaeng. Kibum merutuk dalam hati, kenapa otaknya yang mempunyai IQ diatas rata-rata itu tidak bisa mencari jawaban yang tepat, bahkan untuk sekedar mengatakan iya atau tidak saja ia tak mampu.
DEG
Nafas Kibum tercekat saat isakan lirih itu terdengar. Ditolehkan kepalanya berhadapan dengan sang adik. Onyx coklat gelap itu tampak berair. Sebagian telah membentuk jalur lurus di pipi putih Kyuhyun.
"Kau.. kau.. sudah berjanji kan hyung. Hiks. kau pernah janji untuk selalu. Hiks bersamaku."
Kibum menghela nafasnya. Dialihkan tatapannya pada langit-langit kamar. Isakan dongsaengnya mengalun memenuhi kamar bernuansa putih itu.
"Ck, Kau yakin umurmu 16 tahun, Kyu?" ucap Kibum setelah berhasil menguasai kendali otaknya.
"huh?" Kyuhyun mengernyitkan keningnya. Tak paham dengan maksud Kibum. Namun sedetik kemudian isakannya berhenti. Ditatapnya sebal sang hyung yang kini tengah mengeluarkan smirknya.
"Yak! Kau Patung es! Aku sedang serius dan kau menganganggapnya candaan, eoh?" sungut Kyuhyun sebal. Sedang Kibum tak bisa menahan kekehannya.
"Kenapa kau menanyakan itu, memangnya aku kemana? Aku disini bodoh." Ucap Kibum. Jarinya menyentil hidung dongsaengnya yang berair.
"Iuhh!" ucap Kibum melihat jarinya terkena lelehan lahar cair yang berasal dari hidung Kyuhyun. Diusapkannya jarinya tadi ke sekitar bibir Kyuhyun yang sukses membuat dongsaengnya berteriak-teriak berontak.
"Aishhhh, Sialan kau Hyung!" ucap Kyuhyun. Tangannya mengusap-usap bibirnya kasar. Tak lupa umpatan-umpatan kecilnya ketika lidahnya tak sengaja menjilat lelehan lahar hidungnya yang terasa asin itu. Kibum semakin geli melihat tingkah dongsaengnya itu. Dongsaengnya ini memang gampang sekali berubah mood.
"Jjaaa... Tidurlah, sudah malam besok kita masih sekolah. Jaljayo, Kyu." Ucap Kibum dan mulai menutup matanya. Kyuhyun terdiam. Pandangannya terpaku pada sosok Kibum yang berada disampingnya. Diubahnya posisi tidurnya menjadi menyamping. Kini dirinya bisa leluasa menatap wajah Kibum. Diamatinya setiap lekuk wajah hyungnya. Sempurna. Hanya itu yang dapat mendefinisikan bagaimana rupa sang hyung. Mata Kyuhyun memanas, ingatannya kembali pada kalimat yang diucapkan Donghae hyung. Beasiswa apa yang dimaksud? Apa yang Kibum sembunyikan darinya? Digelengkan kepalanya, menepis semua pikiran-pikiran buruknya. Dia percaya pada Kibum. Bukankah dia sudah mengatakannya tadi. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, namun sedetik kemudian sebuah smirk ala iblis andalannya muncul.
"Bummieee hyung" ucap Kyuhyun.
"Hyuuuunnnggg..." ulang Kyuhyun lagi. Kini disertai dengan cubitan-cubitan kecil di pipi Kibum.
"Hmmm... apa lagi?" jawab Kibum malas. Dirinya memang belum tidur. Tapi lebih baik berpura-pura tidur daripada dongsaengnya bertanya hal-hal yang saat ini tidak bisa dijawabnya. Diubahnya posisinya menyamping sehingga kini dirinya berhadapan dengan Kyuhyun.
"Hyung"
"Apa?"
"Ani... aku cuma mau bilang. Ternyata... wajah hyung seperti monyet jika diperhatikan lebih dekat."
Toeng...
Kibum menggeram. Ingin rasanya dia menjedotkan kepala dongsaengnya yang sedang terkikik geli dibalik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya itu ke nakas yang ada disamping tempat tidurnya. Dipejamkan kembali matanya, berusaha menstabilkan nafasnya. Beruntung Kyuhyun adalah dongsaengnya, jika bukan, entahlah apa yang akan Kibum lakukan padanya. Ya Kim Kibum, beruntungnya dirimu mempunyai dongsaeng jelmaan setan seperti Kyuhyun.
**********************************************Hyung!**************************************
Kibum menghela nafasnya pelan. Namja itu tengah menunggu Donghae di depan pagar Blue High School. Sekolahnya dan Donghae, juga sekolah Kyuhyun. Sesekali diarahkan matanya pada kiri kanan jalan sembari menggosok-gosokkan telapak tangannya yang kedinginan. Sampai akhirnya dirasakan tepukan pada bahu kirinya.
"Hoshh.. hosh.. ya kau! Hosh... kenapa kau tidak menungguku, eoh?.. hosh" Kibum menatap Donghae. Sahabatnya itu tampak tersengal-sengal dengan keringat bercucuran. Wajahnya memerah, sangat kontras dengan cuaca yang dingin ini.
"Kau berlari?" tanya Kibum datar.
"Pabbo ya. Tentu saja. Kau tak tahu jam berapa sekarang? Lima menit lagi gerbang ini ditutup. Ini semua salahmu, kenapa kau meninggalkanku." Sungut Donghae. Tangannya terulur menyentuh lututnya, distabilkan nafasnya yang masih terlihat ngos-ngosan itu.
"Aishh aku tak bawa parfum pula, ohh.. Bauku. Kka kita masuk, bummie." Ajak Donghae setalah berhasil mengatur nafasnya.
"Wae?" tanya Donghae melihat Kibum yang tak beranjak dari tempatnya.
"Kyuhyun belum datang." Jawab Kibum pelan. Ditatapnya kiri kanan jalan namun dongsaengnya tak terlihat. Kibum menyesal, kenapa tadi dia bangun kesiangan. Dongsaengnya sudah tidak ada disampingnya ketika dia membuka mata. Kibum mengira Kyuhyun telah berangkat dengan Changmin -sahabat dongsaengnya-. Tapi Kibum sudah mendatangi kelas Kyuhyun dan mendapati dongsaengnya tidak ada di kelasnya. Bahkan tas sekolahnya pun tak ada.
"Kalian tidak berangkat bersama?" Kibum menggeleng. Donghae mengernyitkan keningnya, heran. Tidak biasanya kakak-beradik itu berangkat sendiri-sendiri. Ya. Selama ini Kibum selalu berangkat bersama-sama dengan sang dongsaeng menggunakan mobil. Kyuhyun payah dalam hal menyetir dan Kibum tidak mau mengambil resiko terjadi sesuatu yang buruk pada dongsaeng satu-satunya itu.
"Sudahlah Bummie, mungkin Kyuhyun tadi mampir dulu ke suatu tempat. Mungkin saja sekarang dia telah berada di kelasnya." Jelas Donghae. Telapak tangannya mulai bergerak berlawanan arah, berusaha menghalau hawa dingin yang menusuk tulang.
"Dia tidak ada dikelasnya, Hae."
"Sudah kau tanyakan pada temannya?" Kibum mengangguk.
"Mungkin Kyuhyun naik bus dan sekarang jalanan sedang macet karna salju, makanya dia terlambat." Ucap Donghae asal.
"Kyuhyun tidak terbiasa naik bus dan aku tidak tahu apa dia membawa jaketnya atau tidak." Ucap Kibum pelan sembari menatap Donghae. Donghae merutuki mulutnya yang mengeluarkan jawaban seperti itu, dilihatnya gurat kekhawatiran semakin bertambah dibalik wajah stoic sahabatnya itu.
"Dia bisa menggunakan taksi kesini"
"Dia belum sarapan, Hae."
"Dia sudah dewasa Bummie" Donghae berusaha meyakinkan sahabatnya.
"Umurnya bahkan belum sampai 17, Hae"
Donghae mengacak rambutnya kasar. Percuma saja! Kibum tak akan mendengarkan apa yang dia ucapkan. Donghae cukup tahu sifat sahabatnya yang terbilang "berlebihan" jika sudah menyangkut dongsaengnya itu.
"Sudah kau hubungi ponselnya?" tanya Donghae sekali lagi. Kibum menggeleng pelan.
"Sudahlah, hubungi Kyuhyun nanti. Bel sudah berbunyi. Kajja kita masuk." Kibum hanya bisa menghela nafas pasrah ketika lengannya diseret oleh Donghae menuju kelas mereka.
**********************************************Hyung!**************************************
Tatapan Kibum menerawang. Tak bisa dipungkiri, Kibum khawatir pada dongsaengnya. Tidak biasanya Kyuhyun pergi tanpa mengatakan apapun pada Kibum. Otaknya mencari-cari kemungkinan dimana keberadaan dongsaengnya sekarang.
"Keluarkan buku biologi kalian!" Ucapan Jung Seongsanim membuyarkan lamunan Kibum. Donghae menyikut lengannya pelan.
"Tenanglah, aku yakin Kyuhyun baik-baik saja." Kibum hanya mengangguk pelan dan mulai membuka tas untuk mencari buku biologinya.
" IGE MWOYA!"
Ucapan Kibum yang tidak pelan itu sukses membuat Donghae terlonjak dan mengalihkan tatapannya pada Kibum. Begitu pula dengan teman-teman sekelasnya yang mulai menatap Kibum dengan pandangan heran. Oh, dan jangan lupakan kehadiran Jung seongsanim.
Donghae melongokkan wajahnya pada tas Kibum. Dan seketika matanya membulat.
"YAAAKKK!"
To be Continued.
Annyeong.
Baru kemarin saya menemukan sites FFN ini dan memutuskan untuk mengupload FF perdana saya disini. Jeongmal mianhae jika hasilnya kurang memuaskan. Kekekek~~
Salam kenal dari saya.
Gomawo :)
And Last. Mind to review?
