1. Author : Nakamaru Ando
2. Twitter : at fckyeahljoe Facebook : Nakamaru Ando Wordpress : wewewe dot semeukezone dot wordpress dot com
3. Judul : Lovely
4. Kategori : General , Yaoi, Oneshoot
5. Cast :
- BAP Yongguk
- BAP Himchan
6. Support Cast :
- BAP member
Disclaimer : Cast merupakan milik agency masing-masing -re: TS Ent
Author Note :
Hoiii, author kembali lagi dengan ff baru. Ini adalah ff banghim pertama author, jadi maklum kalau masih banyak kesalahan di ff ini. Author juga buat ff ini jadi twoshoot, jadi author harap kalian gak ragu untuk follow ff ini agar bisa apdet ff selanjutnya hhe
Warning :
Ini ff yaoi, boylove, geje, typo bertebaran, EYD kacau dan ooc. Jadi kalau gak suka jangan di baca. Author gak terima flame apapun bentuknya.
SAY YES TO REVIEW , SAY NO TO FLAME!
.
.
.
Kantin Daesang High School yang tadinya riuh rendah mendadak hening saat sebuah suara nampan jatuh dengan suara yang cukup nyaring.
Suara itu benar-benar mencuri perhatian se isi kanting, buktinya sekarang semua mata tertuju pada sumber suara itu. Terlihat seorang namja bertubuh mungil tengah jatuh terduduk di depan nampan miliknya yang sudah berceceran di lantai.
Namja berkacamata itu membelalakan matanya saat menyadari seseorang tengah berdiri di hadapannya dengan raut wajah yang tidak senang. Dan betapa tegangnya dirinya saat menyadari siapa orang yang baru saja Ia tabrak tanpa sengaja itu.
"Hhimchan Sunbae..." Namja bertubuh mungil itu tercekat.
Namja yang di sebut Himchan itu melirik kerah lengan seragamnya yang sedikit basah dengan beberapa butir nasi menempel di pinggirnya. Dengan sinis, Ia melirik namja yang masih terduduk di lantai itu.
Setelah menyadari kesalahannya, namja mungil itu segera bangkit dan berusaha meminta maaf pada namja bernama Himchan itu.
"Jeongmal mianhae, Sunbae. Aaku tidak sengaja." Ujar namja itu dengan gugup. Dengan cekatan, Ia berusaha membersihkan kerah lengan Himchan yang kotor.
"Jangan sentuh Aku dengan tangan kotormu itu!" Himchan menepis tangan pemuda itu dengan kasar.
"Aaku hanya ingin membersihkannya, Sunbae..."
Himchan tersenyum meremehkan namja di hadapannya itu. "Dasar manusia rendahan. Kau tahu, seragamku ini harganya sangat mahal!" Seru Himchan.
"Mianhae, kalau begitu Aku akan membayar biaya laundry -nya." Kata namja itu mulai gusar.
"Aku tidak butuh uangmu. Kau bahkan tidak akan sanggup membayar ongkos laundry langgananku!" Ejek Himchan.
Semua orang menatap pemuda malang itu dengan pandangan iba. Sungguh malang sekali nasibnya harus berhadapan dengan Himchan di saat seperti ini, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi tak ada yang bisa mereka lakukan untuk membantu anak itu. Mereka lebih memilih untuk diam dari pada harus berhadapan dengan seorang Himchan, putra tunggal pemilik yayasan Daesang High School.
"Jjadi, apa yang harus ku lakukan?" Tanya namja itu.
Himchan menatap namja itu dengan sinis. "Tidak ada!" Jawabnya ketus.
"Splash..."
Dengan kasar Himchan menumpahkan minuman miliknya di atas kepala anak itu, sehingga membuat wajah dan seragamnya kotor. Tangan namja itu mengepal seolah-olah sedang menahan amarah.
Tapi tak ada sedikitpun perlawanan yang terlihat dari anak itu. Namja itu hanya bisa pasrah mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari namja tinggi di hadapannya.
"Dengan ini ku anggap kita impas. Lagi pula sudah sepantasnya manusia rendahan sepertimu mendapat perlakuan seperti ini!" Ejek Himchan yang menatap anak itu dengan pandangan meremehkan.
Himchan mendesis, kemudian berjalan melewati namja berkaca mata itu tanpa rasa bersalah sedikitpun. Bahkan saat mereka berpapasan, Himchan dengan sengaja menabrak bahu anak itu sehingga membuatnya sedikit terhuyung.
Dengan raut wajah arogan, Himchan berjalan menuju pintu keluar. Ia seakan tak peduli saat dirinya harus melewati beberapa murid yang menatapnya penuh kebencian.
Tepat saat Himchan sudah menghilang dari kantin, suasana kembali riuh rendah. Beberapa murid terlihat saling berbisik, mendiskusikan kejadian yang baru saja terjadi. Sementara beberapa murid lain terlihat membantu anak malang yang baru saja menjadi korban ke aroganan seorang Himchan.
"Aish, jahat sekali anak itu." Ujar seorang namja.
"Tapi anak berkacamata itu juga salah, Daehyunie..." Timpal namja yang duduk di sebelahnya.
Namja yang di sebut Daehyun itu mendelik kesal ke arah temannya. "Anak itu memang salah, Youngjae-ah. Tapi setidaknya Himchan tidak perlu membuatnya malu seperti itu!" Decak Daehyun kesal.
"Ya, panggil Dia Himchan Sunbae. Dia kan lebih tua darimu!" Ujar Youngjae menasihati.
"Shireo!" Seru Daehyun tak kalah sengit.
Youngjae hanya bisa menggelengkan kepalanya menghadapi kelakuan Daehyun yang menurutnya keras kepala itu.
"Ya, kalian ini berisik sekali. Apa kalian tidak bisa makan dengan tenang, hah?!" Kali ini, Yongguk, namja yang duduk di hadapan Daehyun dan Youngjae, mulai angkat bicara.
"Hyung, bagaimana Kau masih bisa makan tenang setelah kejadian yang baru saja terjadi?" Dengus Daehyun.
Namja bernama Yongguk itu tampak berpikir sejenak, kemudian berkata, "Karena itu bukan urusanku." Jawabnya dengan malas.
"Kau itu terlalu cuek, Hyung!" Seru Daehyun.
Namja bertubuh besar itu dengan santai memakan makan siangnya dengan lahap. Tak sedikitpun Ia merasa tersinggung dengan ucapan Daehyun. Dia memang selalu cuek dengan keadaan sekitarnya. Menurut Yongguk, masih banyak hal yang bisa Ia kerjakan dari pada harus mengurusi masalah orang lain.
"Kalian saja yang terlalu mengurusi urusan orang lain. Lagi pula siapa sih anak yang bernama Himchan itu sampai-sampai kalian heboh membicarakannya?!" Tanya Yongguk acuh seraya menyantap makanannya.
"Astaga, Hyung. Kau tidak tahu siapa Himchan Hyung?" Kali ini giliran Youngjae yang angkat bicara. Ia menatap Hyungnya itu dengan tatapan seakan-akan Yongguk baru saja keluar dari goa.
Dengan mulut yang masih penuh makanan, Yongguk menggelengkan kepalanya.
"Hyung, Kau benar-benar kudet!" Ejek Daehyun.
"Kudet? Apa lagi itu?" Tanya Yongguk dengan polosnya.
"Kurang apdet!" Seru Daehyun dan Youngjae dengan nada tinggi secara bersamaan.
"Aish, kalian ini kompak sekali kalau berteriak di hadapanku!" Sindir Yongguk.
"Tapi, Hyung. Kau benar-benar tidak tahu siapa itu Himchan Sunbae?" Youngjae bertanya tanpa mempedulikan sindiran yang di lontarkan Yongguk padanya dan Daehyun.
"Nde, Aku tidak tahu. Memang siapa Dia?" Yongguk balik bertanya.
"Youngjae, cepat ceritakan siapa itu Himchan. Biar otak Hyung kita ini sedikit terupgrade info-info terbaru!" Titah Daehyun pada Youngjae.
"Sialan Kau!" Desis Yongguk yang merasa dirinya di sindir oleh Daehyun.
"Sudah-sudah. Jangan berkelamin lagi!" Lerai Youngjae.
"Berkelahi, woy!" Seru Yongguk dan Daehyun, sehingga membuat Youngjae menutup telinganya karena berisik.
"Salah sedikit tak masalah kali." Protes Youngjae seraya mempoutkan bibirnya.
Setelah melihat Daehyun dan Yongguk diam, Youngjae kemudian melanjutkan, "Jadi, Himchan Sunbae itu adalah putra ketua yayasan sekolah ini. Di sekolah ini, tak ada yang tidak mengenal namja tampan dan kaya seperti Himchan Sunbae, kecuali orang sepertimu, Hyung!" Sindir Youngjae di sela-sela ceritanya.
Sebelum Yongguk hendak protes, Youngjae dengan cepat kembali melanjutkan ceritanya.
"Tapi sayang, kesempurnaan yang di milikinya itu tidak di imbangi dengan sikapnya."
"Akh, Aku mengerti. Pasti Dia memanfaatkan kekuasaan Ayahnya untuk menindas orang lain. Benarkan?" Tebak Yongguk dengan percaya diri.
"Aniyo!" Sahut Youngjae dengan mantap. Ia kemudian melanjutkan ceritanya, "Himchan Sunbae itu bukan tipe orang yang suka memanfaatkan kekuasaan Ayahnya untuk menindas orang lain. Dan lagi pula, Himchan Sunbae itu tidak pernah mencari masalah atau menindas orang lain seperti apa yang kau bilang barusan."
"Lalu apa masalahnya?" Tanya Yongguk menyela cerita Youngjae.
"Dia terlalu sombong!" Timpal Daehyun yang di ikuti sebuah anggukan setuju dari Youngjae.
"Kekurangan Himchan Sunbae itu memang dari sikapnya. Bisa di bilang Ia sangat sombong dan arogan. Dia selalu memandang rendah orang lain yang menurutnya tidak sebanding dengannya." Ungkap Youngjae.
"Akh, Aku mengerti sekarang." Sergah Yongguk.
"Maka dari itu, Hyung. Meskipun kaya dan tampan, tak ada seorangpun di sekolah ini yang menyukainya. Hanya Yeoja-yeoja nakal yang berani mendekatinya, meskipun Himchan Sunbae menolak mereka mentah-mentah." Ujar Youngjae menjelaskan.
"Intinya semua orang membenci Himchan. Sebisa mungkin kita juga jangan sampai berurusan dengannya!" Kata Daehyun menambahkan.
Yongguk membayangkan namja bernama Himchan yang beberapa saat lalu membuat kehebohan di kantin. Ada sedikit rasa tidak percaya di benak Yongguk saat mendengar cerita Youngjae. Apa benar namja berwajah tampan sekaligus cantik itu sangat buruk seperti apa yang Youngjae dan Daehyun katakan?
'Hmm, namja itu pasti sangat kesepian.' Pikir Yongguk.
Yongguk menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia bergidik dengan apa yang baru saja Ia pikirkan. Kenapa juga Ia harus bersikap seolah-olah peduli pada orang yang bahkan tidak Ia kenal.
Aish, benar-benar bukan gaya Yongguk. Saat ini yang harus Ia lakukan adalah menuruti kata Daehyun. Seperti yang tadi Ia bilang, sebisa mungkin bagi mereka untuk menghindari Himchan.
Dan bagi Yongguk yang terkenal cuek, sepertinya itu adalah hal yang mudah untuk di lakukan.
Mungkin saja...
.
.
.
Di perpustakaan, Himchan duduk di sebuah meja yang menghadap ke jendela. Di hadapannya terbuka sebuah buku tebal yang sepertinya tidak mendapat perhatian seorang Himchan.
Ke datangan Himchan ke perpustakaan memanglah bukan untuk membaca buku atau belajar. Himchan hanya sedang mencari ketenangan. Dan menurutnya, perpustakaan adalah tempat yang cocok untuknya sekarang.
Suasana hatinya sedang buruk saat ini akibat kejadian di kantin tadi. Niat awalnya untuk mengisi perut mendadak sirnah. Himchan benar-benar sudah kehilangan selera makannya, sehingga Ia memutuskan untuk menenangkan diri sejenak.
Pada jam istirahat seperti ini, suasana perpustakaan memang tidak seramai kantin. Hanya ada beberapa murid yang menurut Himchan nerd saja yang terlihat. Himchan sesekali melirik murid-murid yang tampak serius dengan tumpukan buku di hadapan mereka.
'Aishh, Aku benar-benar tidak percaya bisa berada di antara makhluk-makhluk aneh itu.' Batinnya. Himchan menghela nafas pertada sudah merasa bosan.
Himchan melirik jam tangan di pergelangan tangannya. Masih banyak waktu yang tersisa. Ia enggan untuk berlama-lama di tempat ini, namun Ia juga tak ingin diam di kelas atau berkeliaran tak jelas di sekitar sekolah.
Namja bertubuh tinggi itu sedang tak ingin berhadapan dengan orang-orang yang memandangnya dengan tatapan beragam. Pada dasarnya Himchan memang tidak mempedulikan pandangan orang lain terhadapnya. Hanya saja rasanya kurang nyaman bagi Himchan saat mendapat tatapan-tatapan itu.
"Hyung!" Sapa seseorang membuyarkan lamunan Himchan.
Himchan yang sedikit terkejut langsung menoleh ke arah sang pemilik suara. "Akh, ternyata Kau Junhong." Sahut Himchan.
Namja yang di panggil Junhong itu tersenyum dan tanpa permisi langsung duduk di hadapan Himchan. Choi Junhong, pemuda berwajah baby face itu merupakan hoobae sekaligus adik sepupu Himchan.
Bisa di bilang namja yang cukup populer di angkatannya itu merupakan satu-satunya orang yang akrab dengan Himchan. Setidaknya sikap arogan Himchan tidak akan mempan pada orang sepolos Junhong.
"Bagaimana Kau tahu Aku ada di sini?" Tanya Himchan dengan malas.
"Aku dengar Hyung berbuat onar di kantin hari ini. Suasana hatimu pasti sedang buruk sekarang. Dan biasanya saat Hyung sedang bad mood seperti ini pasti Hyung akan berada di tempat ini." Jawab Junhong panjang lebar.
Himchan mendesis mengingat insiden di kantin tadi begitu cepat tersebar ke penjuru sekolah. Dia yakin kalau berita itu sudah pasti di bumbu-bumbui dengan sesuatu yang menyudutkan dirinya. 'Lagi-lagi seperti ini.' , pikir Himchan.
"Kau tidak apa-apa kan, Hyung?" Tanya Himchan khawatir.
"Hmm, Aku tidak apa-apa. Lagian hanya insiden kecil seperti itu tidak akan mempengaruhiku." Jawab Himchan.
Junhong bergumam pelan, mengerti dengan maksud Himchan. "Akhh, mereka ini selalu melebih-lebihkan cerita saja!" Gerutu Junhong entah pada siapa.
"Biarkan saja. Aku tak peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentangku." Ujar Himchan seraya tersenyum simpul.
"Tapi Kan Hyung tidak seburuk dengan apa yang mereka pikirkan!" Protes Junhong. Ia mempoutkan bibirnya dengan kesal.
Junhong memang tahu betul sifat sepupunya itu. Junhong akui kalau Himchan memang sedikit jutek dan arogan, hanya saja itu tak seburuk dengan yang orang lain pikirkan. Setidaknya masih ada sisi baik Himchan yang di perlihatkan kepadanya.
"Ngomong-ngomong Kau punya makanan tidak? Aku lapar nih." Ucap Himchan.
"Tunggu sebentar," Junghong mengacak-acak isi tasnya. "Hanya ini yang tersisa!" Ujar Junhong tampak menyesal seraya mengeluarkan sebungkus snack.
"Tidak apa-apa." Seru Himchan tak keberatan.
Himchan menerima snack milik Junhong. Setidaknya lumayan untuk mengganjel perut, pikirnya.
Namun saat Himchan akan menyantap snacknya, tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampiri mereka. Wanita yang merupakan petugas perpustakaan itu terlihat ragu menghadapai Himchan dan Junhong yang notabennya bukan orang biasa di sekolah itu.
"Kenapa songsaenim?" Tanya Junhong ramah.
"Maaf, menurut peraturan kalian tidak boleh membawa makanan dari luar." Ungkap wanita itu dengan penuh rasa sungkan.
Himchan melirik guru petugas perpustakaan itu dengan tatapan sinis. Dia sedikit kesal karena acara makan snacknya terganggu. Guru itu salah tingkah saat merasakan aura pembunuh yang terpancar dari tubuh Himchan.
"Maaf, Saya hanya menjalankan peraturan." Ujar Guru itu menambahkan. Terlihat raut wajahnya yang tegang karena harus menghadapi putra tunggal ketua yayasan Daehan High School.
"Baiklah, Aku mengerti. Junhong, ayo kita pergi!" Ajak Himchan pada sepupunya itu.
Himchan dan Junhong bangkit dari tempat duduk mereka masing-masing. Sebelum pergi mereka membungkukkan badan pada Guru petugas perpustakaan yang masih terlihat tegang itu. Bagaimana pun, Himchan dan Junhong bukan murid yang menggunakan kekuasaan mereka terhadap orang lain. Mereka berdua masih menjungjung adat kesopanan pada orang tua seperti gurunya ini.
.
.
.
Malam itu Yongguk bekerja sebagai seorang kasir di sebuah minimarket yang tak jauh dari rumahnya. Waktu sudah menunjukan tengah malam ketika Yongguk sedang duduk dengan mata terkantuk-kantuk.
Bukankah Yongguk masih seorang pelajar? Mengapa Ia harus bekerja malam-malam seperti ini?
Yongguk memang masih seorang murid SMA. Entah apa tujuannya melakukan hal ini, yang jelas Dia hanya bekerja pada malam-malam tertentu saja. Bisa di bilang Yongguk hanya seorang pekerja paruh waktu.
Beruntung bagi Yongguk yang mempunyai tubuh besar dan wajah sedikit sangar sehingga sang pemilik minimarket pun tak tahu kalau Yongguk masih berstatus seorang pelajar. Setidaknya minimarket itu tidak akan di tuntut karena memperkerjakan anak di bawah umur.
"Ya, sampai kapan Kau akan tidur, hah?!" Seorang namja memukul kepala Yongguk dengan gulungan koran yang ada di tangannya.
Yongguk yang tanpa sadar tertidur sontak saja langsung terjaga. Matanya masih terasa berat saat melihat seorang namja dengan pakaian yang sama dengan yang Ia kenakan.
"Hyung, Kau menggangu saja!" Desis Yongguk kesal saat Ia melihat rekan kerjanya, Junsu, sedang berdiri di hadapannya.
"Lagian bukannya kerja, Kau malah tidur." Sergah Junsu.
"Tapi Kau tidak perlu memukul kepalaku juga dong!" Protes Yongguk.
"Yang penting Kau bangun!" Ujar Junsu beralasan dengan wajah tanpa dosa.
Yongguk mendengus kesal melihat wajah Junsu yang seolah-olah tidak berdosa setelah memukul kepalanya itu. Beginilah nasib seorang hoobae yang selalu teraniaya. Oke, Yongguk memang terlalu berlebihan. Ia juga tahu kalau yang di lakukan Junsu hanya main-main.
"Cerewet sekali Kau, Hyung. Minimarket sepi begini apa yang harus ku kerjakan coba?"
"Sampah di belakang sudah menumpuk. Kau bisa mengawalinya dengan membuang sampah." Jawab Junsu enteng.
Yongguk mendelik ke arah Junsu dengan sinis sembari menggerutu tidak jelas. Rasanya saat ini Yongguk ingin sekali menggantung seniornya itu di depan toko. *yongguk kejam mode on*
Dengan malas Yongguk bangkit dari kursinya, sementara Junsu langsung mengusir Yongguk dan langsung duduk di kursi bekas Yongguk dengan santai.
"Sudah sana pergi. Ingat, Jangan sampai sampahnya berceceran!" Ujar Junsu memperingati.
"Nde, yang mulia!" Ejek Yongguk sembari berpura-pura memberi hormat pada namja di hadapannya itu.
Yongguk langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Junsu yang masih terkekeh-kekeh menertawakannya.
'Lihat saja nanti, Hyung. Akan ku balas perbuatanmu!' Batin Yongguk di ikuti seringai jahat di wajahnya. Pokoknya sebelum Ia berhenti bekerja, Yongguk bertekad untuk mengerjai Junsu sekali saja.
.
.
.
Tidak biasanya malam ini begitu terasa sunyi bagi Yongguk. Tak ada suara kendaraan bermotor yang lewat ataupun suara gonggongan anjing yang biasa terdengar setiap malam. Sementara di atas sana, rembulan tampak perkasa memamerkan sinarnya, seolah-olah tak ingin kalah dengan gumpalan-gumpalan awan yang mencoba menghalanginya.
Yongguk mengusap-usap tengkuknya yang terkena sapuan angin malam ketika Ia membuka pintu. "Aish, dingin sekali." Keluh Yongguk seraya menarik zipper jaketnya.
Namja itu menggosok-gosokkan tangannya, kemudian menempelkan ke dua telapak tangannya pada pipi, mencoba menghangatkan diri meskipun itu tidak membantunya sama sekali.
Yongguk mulai menyeret 2 kantung sampah berukuran besar yang tingginnya bahkan hampir menyamai tinggi tubuhnya. Dia menyeret kantung-kantung itu dengan ogah-ogahan sehingga membuat suara ribut di tengah kesunyian malam, dan sepertinya Yongguk tidak mempedulikan hal tersebut.
Gumpalan uap-uap dingin tampak keluar dari hidung dan mulut Yongguk yang sedikit terbuka ketika Ia bernafas. Rasanya Yongguk ingin cepat-cepat melempar sampah-sampah di tangannya itu ke tong sampah agar Ia bisa segera kembali ke toko yang hangat.
Yongguk memasukan satu per satu kantung sampah pada sebuah box besar yang merupakan gerobak sampah. Dan tak butuh banyak waktu bagi Yongguk untuk menyelesaikan pekerjaannya itu. Dalam beberapa saat, kantung-kantung sampah yang tadi Ia bawa sudah berpindah tangan pada tempat seharusnya berada.
Kejanggalan mulai terasa saat Yongguk hendak berbalik menuju toko tempatnya bekerja. Sayup-sayup Yongguk mendengar suara-suara dari ujung gang.
Yongguk terdiam, mencoba memfokuskan telinganya. Namun hanya kesunyian yang di rasakannya.
"Aish, cuaca dingin sepertinya membuatku gila." Gumam Yongguk.
Namja bertubuh muscle itu pun memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu. Dia tak ingin menjadi gila karena berlama-lama dalam cuaca dingin ini. Namun saat Ia hendak melangkahkan kakinya, suara itu kembali terdengar, bahkan lebih jelas.
Yongguk mengkerutkan dahinya. Ia yakin tidak salah mendengar suara yang baru saja tertangkap telinganya. Kalau boleh menebak, Yongguk yakin pemilik suara itu adalah seorang namja.
Karena di landa rasa penasaran, namja bernama lengkap Bang Yongguk itu mulai berjalan ke arah sumber suara. Yongguk bisa saja pergi dan menganggap tidak ada sesuatu yang terjadi. Hanya saja hati kecilnya menyuruh Yongguk untuk memeriksanya.
Yongguk terus melangkahkan kakinya, menyusuri gelapnya gang sempit. Rasa dingin semakin menjalar ke sekujur tubuhnya. Samar-samar suara lelaki itu kembali terdengar di telinga Yongguk, perbedaannya kali ini Yongguk yakin kalau tidak hanya ada satu orang di ujung sana, melainkan beberapa orang.
Batin Yongguk mulai gusar. Dia mulai sadar, dalam tempat seperti ini, Yongguk yakin kalau mereka bukanlah orang baik-baik. Kemungkinan terburuk mereka adalah preman-preman yang tengah bermabuk-mabukkan.
Ingin sekali rasanya Yongguk menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik menjauh dari tempat ini. Ini bukan tempat yang baik untuknya, dan Yongguk sadar betul tidak seharusnya Ia berada di sini. Yang harus di lakukannya sekarang adalah menghindari orang-orang itu, tapi sepertinya kaki Yongguk tidak sejalan dengan pikirannya.
'Baiklah, Aku hanya akan mengintip sedikit lalu pergi!' Pikir Yongguk.
Suara-suara itu kembali terdengar ketika Yongguk sudah tinggal beberapa langkah lagi menuju sumber suara. Beberapa saat kemudian, Yongguk menghentikan langkahnya ketika Ia sudah sampai di sebuah perempatan gang.
Yongguk yang keberadaannya tidak ingin di ketahui oleh mereka hanya bisa menyembunyikan diri di balik tembok. Dengan hati-hati Dia mengintip kearah pemilik suara yang sedari tadi Ia dengar.
Di sebuah persimpangan gang, terlihat beberapa namja berpakaian urakan terlihat sedang mengurumi sesuatu. Mata Yongguk terus memperhatikan orang-orang itu. Dari penampilannya Yongguk yakin mereka adalah seorang preman. Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang sedang mereka lakukan di tempat ini.
"Ya, kalau Kau ingin selamat, cepet berikan uangmu!" Bentak seseorang entah pada siapa.
"Aku tidak mau!" Sahut seseorang.
Yongguk memicingkan matanya, mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia terus memperhatikan orang-orang itu. Dengan jelas Ia bisa melihat preman-preman itu berjumlah 3 orang. Tapi Yongguk yakin ada orang lain selain mereka di sana.
Tapi siapa? Yongguk tidak bisa melihat orang itu karena terhalang oleh tubuh-tubuh preman yang memunggunginya itu.
"Kau ingin mati, hah?! Cepat berikan uangmu!" Namja bertubuh gempal menghardik orang itu. Terlihat ke dua temannya menendang-nendang seseorang dengan kesal.
Yongguk baru menyadari sesuatu. Ini adalah sebuah pemalakan. Dia bergidik ngeri, Ia merasa dirinya tidak boleh berlama-lama di tempat ini. Salah-salah nanti Ia sendiri yang menjadi korban.
Bang Yongguk kembali memperhatikan preman-preman yang sedang memukuli korbannya itu dengan brutal. Umpatan-umpatan kasar pun terdengar memecah keheningan malam. Namja berjaket hitam itu pun memutuskan untuk segera pergi dari tempatnya bersembunyi. Yongguk benar-benar tidak tahan melihatnya, sementara Ia hanya bisa diam tak membantu.
Namun saat Yongguk hendak berbalik, samar-samar Ia melihat wajah seseorang yang kini tengah menjadi bulan-bulanan ke tiga preman itu.
Rasanya Yongguk pernah melihat wajah itu, tapi entah di mana pun Ia tak ingat.
Yongguk kembali ke posisinya semula, dan kembali menyaksikan adegan kriminal yang sedang terjadi di depan matanya. Ia memicingkan matanya, memperhatikan wajah sang korban.
'Ah, orang itu kan, Himchan...' Batin Yongguk.
Raut wajah Yongguk terlihat menegang, sementara jantungnya mulai berdetak tak karuan. Dia bingung, apa yang harus di lakukannya sekarang?
"Ini bukan urusanmu, Bang Yongguk. Lagi pula Kau tidak mengenal anak itu. Jadi lebih baik Kau segera pergi sebelum mendapat masalah!" Gumam Yongguk meyakinkan dirinya.
Yongguk mulai gusar. Dia memang tidak mengenal Himchan, jadi tidak masalah kalau Ia mengabaikannya. Yang harus di lakukannya hanyalah pergi dari tempat ini dan melupakan kejadian ini. Tapi Yongguk merasa jahat kalau Ia harus pergi begitu saja.
Meskipun mereka tidak saling mengenal. Faktanya Yongguk sendiri tahu kalau setidaknya mereka satu sekolah. Jadi bagaimana mungkin Ia pergi begitu saja seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi.
"Aish, apa yang harus ku lakukan sekarang?!" Yongguk mengacak-acak rambutnya frustasi.
Ia ingin sekali menolong anak itu. Tapi bagaimana caranya? Ini bukanlah sebuah drama di mana Ia bisa tiba-tiba langsung menyerang preman-preman itu. Yongguk tahu betul kalau Ia melakukannya, nasibnya tidak akan jauh berbeda dengan Himchan yang sedang menjadi bulan-bulanan mereka.
Fakta tubuh Yongguk yang cukup besar dan wajah yang terlihat sangar tidak membuat Yongguk merasa terbantu sama sekali. Bagaimana pun orang yang harus di hadapainya adalah nama-namja dewasa dengan predikat preman kejam, dan Yongguk sadar betul dirinya tidak akan bisa menang dengan mudah melawan mereka.
Yongguk memutar otak, mencari ide lain untuk membantu Himchan tanpa harus berhadapan langsung dengan preman itu. Tapi apa yang harus di lakukannya?!
Bugh! Bugh! Bugh!
Ke tiga preman itu terus memukul dan menendang tubuh Himchan. Mereka seakan tak peduli dengan namja berkulit putih susu yang merintih menahan sakit di bawah sana.
"Ini akibat karena Kau tidak mendengar apa yang Kami katakan!" Hardik preman yang bertubuh paling besar di antara rekan-rekannya.
Seorang preman lainnya berjongkok di hadapan Himchan yang babak belur. Ia menjambak rambut Himchan sehingga membuat wajah mereka berdekatan. "Kau pikir Kau itu siapa berani melawan Kami, hah?!" Bentaknya.
Meskipun tubuh Himchan rasanya seperti remuk, serta harus menahan perih luka di wajahnya, Himchan terlihat tidak gentar sedikitpun dengan gertakan preman itu. Sepertinya Himchan benar-benar tidak takut pada mereka.
Himchan menatap mata preman di hadapannya itu dengan pandangan sini. Ia kemudian berkata, "Dasar manusia rendahan. Untuk apa Aku takut pada kalian, cih!" Ejek Himchan dengan nada meremehkan.
Wajah preman itu tiba-tiba memanas. Mereka geram dengan ucapan Himchan barusan. Dengan emosi, orang itu memukul wajah Himchan dengan keras sehingga membuatnya tersungkur ke belakang.
"Dia sudah keterlaluan. Kita habisi saja Dia!" Ujar Namja bertubuh besar dengan emosi yang meluap-luap.
"Benar, Kita beri Dia pelajaran karena sudah berani melawan kita!" Timpal preman lainnya tak kalah semangat.
Preman yang tadi memukul Himchan terdiam. Jelas sekali kalau Dia adalah pemimpinnya, dan dengan sekali perintah Himchan bisa langsung di habisi oleh ke dua rekannya.
"Lakukan saja apa yang kalian mau!" Titah preman itu. Seringai jahat mengembang di ke dua wajah 2 preman lainnya. Sepertinya mereka terlihat sangat senang harus menghabisi anak itu.
Himchan melirik preman-preman itu. Ia benar-benar sudah tidak mempunyai tenaga lagi. Yang bisa di lakukannya sekarang hanyalah bisa pasrah, karena Himchan sadar kalau preman-preman itu tak akan segan-segan untuk menghabisinya.
Preman-preman itu bersiap untuk menghabisi orang yang berani melawannya mereka. Himchan memejamkan ke dua matanya, pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.
Namun sepertinya dewi fortuna masih berpihak pada Himchan. Tepat sebelum preman-preman itu menghabisi Himchan, terdengar suara sirine mobil polisi yang melengking memecah kesunyian malam.
"Polisi!" Pekik salah satu preman itu.
Mereka mulai panik dan gusar. Preman-preman itu sudah lupa dengan Himchan. Yang ada di benak mereka adalah harus segera lari sebelum polisi memergoki mereka.
"Kita harus segera pergi!" Pekik pemimpin mereka dengan panik. "Cepat ambil dompetnya!" Titahnya pada ke dua rekannya.
Dengan tergesa-gesa, ke dua preman itu menggeledah saku celana Himchan, mencari dompet yang sedari awal menjadi tujuan mereka.
"Dapat!" Seru salah satu dari mereka.
"Ayo pergi!" Perintah orang yang merupakan pemimpin mereka.
Tanpa bertele-tele, mereka pergi begitu saja meninggalkan sosok Himchan yang tergolek lemah dan tak berdaya di atas tanah.
'Syukurlah..' Batin Himchan yang merasa dirinya sudah aman.
Tak jauh dari tempat Himchan tergolek sekarang, terlihat seorang namja keluar dari tempat persembunyiannya.
Melihat preman-preman tadi yang sudah hilang entah kemana, Bang Yongguk pun menunjukan dirinya. Sebuah senyum puas terlihat mengembang di wajahnya.
"Dasar preman-preman bodoh." Ucapnya. Yongguk pun mematikan suara sirine polisi yang keluar dari ponselnya.
Genius, ternyata Yongguk memanfaatkan ringtone yang terdapat di dalam ponselnya untuk mengelabui preman-preman itu. Dan di luar dugaan, ternyata tipuannya itu berhasil.
Kali ini Yongguk mengedarkan pandangannya ke arah Himchan. Ia bisa melihat dengan jelas sesosok tubuh tampak tergolek lemah di bawah sorot cahaya lampu yang temaram. Dengan tergesa-gesa Yongguk segera menghampirinya.
"Hey, Kau tidak apa-apa?" Tanya Yongguk khawatir. Ia berjongkok di hadapan Himchan, memastikan kalau anak itu belum mati.
"Nghhh..." Erang Himchan. Dia sangat terlihat lemah, bahkan hanya untuk sekedar membuka matanyapun Ia tak kuat.
Yongguk menatap iba namja di hadapannya itu. Wajah penuh luka dan terlihat sangat lemah begitu kontras dengan sosok Himchan di sekolah yang Ia tahu. Dengan hati-hati Yongguk mulai mengangkat tubuh Himchan ke punggungnya. Yongguk berpikir kalau anak itu benar-benar membutuhkan perawatan saat ini.
.
.
.
Junsu yang sedang mendata barang-barang di toko tiba-tiba di kejutkan dengan kedatangan Yongguk yang tiba-tiba. Namun rasa terkejutnya semakin memuncak saat melihat seorang namja penuh luka yang berada di punggung Yongguk.
"Yongguk ah, ssiapa Dia?!" Junsu menunjuk tubuh Himchan dengan panik.
"Akan Ku jelaskan nanti, Hyung. Sekarang cepat bantu Aku!" Seru Yongguk.
Meskipun penasaran dengan apa yang telah terjadi, Junsu memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Ia harus membantu Yongguk terlebih dahulu, nanti Ia akan meminta penjelasan padanya.
"Cepat bawa ke kamar belakang!" Titah Junsu.
Dengan cepat Yongguk langsung membawa Himchan menuju kamar belakang di ikuti Junsu yang terlihat khawatir. Dan tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke kamar yang di khususkan untuk pegawai beristirahat itu.
Namun saat Junsu hendak mengikuti Yongguk masuk ke dalam kamar, Yongguk langsung mencegahnya. "Hyung, sebaiknya Kau jaga kasir saja!" Ujar Yongguk.
"Tapi..." Junsu hendak protes, namun Yongguk langsung memotong ucapannya.
"Hyung, Aku janji akan menjelaskan semuanya!" Yongguk menegaskan, meminta pengertian dari Junsu.
Junsu menghela nafas, Ia kalah menghadapi namja yang jauh lebih muda itu. Bagaimanapun Ia percaya Yongguk tidak melakukan hal-hal aneh yang bisa membahayakannya.
"Baiklah, kalau Kau butuh sesuatu, bilang saja padaku." Ujar Junsu. "Sekarang cepat obati dulu luka anak itu!" Titahnya kemudian.
"Terima kasih, Hyung." Ucap Yongguk.
Yongguk langsung membawa tubuh Himchan, kemudian membaringkannya di atas ranjang kecil yang biasa di gunakan untuk para pegawai beristirahat.
"Ya, Apa Kau masih sadar, huh?" Tanya Yongguk yang hanya di balas dengan sebuah erangan kecil oleh Himchan.
Yongguk memperhatikan wajah Himchan yang penuh luka. Benar-benar berbeda dengan Himchan yang selama ini Ia tahu sebagai anak yang sombong dan arogan. Di dalam hatinya Yongguk bertanya-tanya, apa yang di lakukan anak ini di tempat seperti itu malam-malam?
"Ya, apa benar Kau itu seburuk apa yang orang-orang katakan?" Gumam Yongguk tanpa melepas pandangannya dari wajah Himchan yang masih setengah tidak sadarkan diri itu.
'Anak ini... Kalau di lihat-lihat tampan dan cantik sekaligus.' Batin Yongguk yang memperhatikan wajah terlelap Himchan. Memang tidak ada yang salah dengan apa yang Yongguk pikirkan, dengan garis wajah tegas Himchan memang terlihat sangat tampan, namun kulitnya yang seputih salju dan bibirnya yang ke merehan membuat sisi feminim Himchan terpancar. Sehingga tidak salah rasanya kalau Yongguk menilai Himchan adalah orang yang bisa memadukan ketampanan dan kecantikannya sekaligus sehingga membuatnya tidak bosan menatap wajah anak itu.
Bagai tersadar dari sebuah hipnotis, Yongguk menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan apa yang barus saja Ia pikirkan tentang orang yang bahkan belum Ia kenal sama sekali.
'Ahh, tidak-tidak. Apa yang sudah ku pikirkan? Lebih baik Aku mengobati lukanya dulu deh.' Pikir Yongguk.
Yongguk segera bangkit dari tempatnya. Ia kemudian langsung pergi meninggalkan Himchan untuk mencari obat. Yongguk tidak menyadari saat dirinya sudah keluar dari kamar, Himchan membuka matanya secara perlahan.
Himchan memandang langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Beberapa saat kemudian, bulir-bulir air mata jatuh dan membasahi pipi Himchan. Namja tampan itu menangis nyaris tanpa suara.
Sementara Himchan meratapi nasibnya, di luar sana Yongguk tengah memasak air panas untuk membersihkan luka Himchan. Yongguk kemudian mengambil sehelai handuk bersih berwarna putih. Tak lupa Ia juga menghampiri kotak P3K yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
"Hmm, apa yang harus ku ambil?" Gumam Yongguk seraya menatap tumpukan obat di dalam kotak itu.
Yongguk memang tidak mengerti dengan hal-hal seperti ini. Saat Ia terluka pun, paling mentok Ia cuman pakai plester saja. Bagaimanapun juga Ia tak mungkin mengobati Himchan asal-asalan seperti Ia mengobati lukanya sendiri.
"Apa Aku harus menggunakan betadine atau alkohol ya? Hmm..." Gumam Yongguk tampak berpikir. "Ahh, sudahlah, Aku bawa saja ke duanya!" Ujarnya kemudian.
Selain mengambil betadine dan alkohol, Yongguk juga tak lupa mengambil sekotak plester dan segulung perban. Air yang Yongguk masak pun sepertinya sudah panas.
Uap panas langsung menerpa wajah Yongguk ketika dirinya menuangkan air panas ke dalam baskom kecil yang sebelumnya Ia isi dengan air dingin. Setelah semua siap, Yongguk menggantung handuk putih di bahunya, dan memasukan obat-obatan yang tadi Ia ambil ke dalam saku celananya. Dengan hati-hati Yongguk membawa baskom berisi air hangat itu.
Dengan perasaan bangga, Yongguk mendatangi kamar Himchan dengan membawa sebaskom air hangat dan obat-obatan lainnya untuk Himchan. Namun Yongguk begitu terkejut saat Ia melihat ranjang di dalam kamar itu kosong.
'Kemana anak itu pergi?!' Batin Yongguk bertanya-tanya.
Yongguk langsung masuk ke dalam kamar dan langsung menaruh baskom dan obat-obatan yang di bawanya di atas meja. Tanpa berlama-lama lagi, Yongguk langsung mencari Himchan.
Dengan panik Yongguk berlari ke luar toko. Junsu yang melihat Yongguk buru-buru keluar hanya bisa menatap anak itu dengan bingung dari balik meja kasir.
Yongguk mengedarkan pandangannya, berharap Himchan masih belum pergi terlalu jauh. Namun sayang, Ia tidak melihat seseorang pun di sana. Hanya jalanan kosong dengan sorot cahaya lampu jalan yang terlihat.
Dengan langkah gontai Yongguk masuk ke dalam toko. Dia pun langsung bertanya pada Junsu apa Dia melihat Himchan atau tidak.
"Hyung, apa Kau melihat Himchan?" Tanyanya.
"Himchan?" Gumam Junsu bingung.
"Namja yang tadi ku bawa, Hyung. Dia tak ada di kamar, Apa Kau tidak melihatnya?" Tanya Yongguk.
Junsu hanya mengangguk-angguk mengerti. "Ahh, Aku melihatnya!" Ucap Junsu membuat Yongguk langsung memandang Junsu penuh harap.
"Beberapa saat yang lalu, Aku lihat Dia berjalan keluar dengan gontai. Aku sempat memanggilnya beberapa kali, tapi Ia tidak menoleh ke arahku sedikitpun. Benar-benar sombong sekali!" Gerutu Junsu kesal.
Yongguk tersenyum mendengar penuturan Junsu. Dari penjelasannya, Yongguk yakin kalau Himchan baik-baik saja.
"Ahh, sepertinya anak itu baik-baik saja!" Seru Yongguk dengan tenang seraya menggeliat, meregangkan otot-ototnya yang kaku, sementara Junsu hanya bisa memandangnya dengan tatapan heran.
* TBC *
.
.
.
Mian ya ffnya bersambung dulu. Tadinya Aku mau bikin ff oneshoot, tapi kayanya bakal jadi twoshoot hhe. Nah, berhubung Aku belum tahu endingnya kaya apa, sad atau happy ending, jadi maaf kalau next chapnya agak lama hhe *plak
Oya, jangan lupa RnR ya. Aku berhubung Aku masih baru di ffn, jadi Aku gak tahu cara balas komen kalian. Jadi jangan anggap author sombong ya, aku cuman belum nemu cara yang pas buat bales komen kalian.
Tapi berhubung ff ini chap, jadi author bisa bales komen kalian di next chap deh
Jangan lupa follow twitter author ya at fckyeahljoe
