CAMARADERIE

Summary : Sasuke Uchiha, yang kaya, tampan, dan ramah. Namun sering berpindah-pindah sekolah dengan alasan tak mempunyai teman dan tak pernah diperlakukan dengan baik oleh teman-teman sebayanya. Entah apa sebabnya.

Warning : Hard—Out of Characters, AU, First Fanficion, etc.

Disclaimer : Naruto © Masashi Kisimoto, CAMARADERIE © Nakashima Kokoromiru.

Author's Note : Ah, silahkan dibaca, readers! Maaf kalau idenya –mungkin—pasaran. Tapi CAMARADERIE benar-benar berasal dari otak saya.. Dan mohon dimaklumi apabila didalamnya terdapat kesalahan-kesalahan. Karena ini first fic saya. Mohon dimaklumi, dan diapresiasi.. agar kedepannya bisa lebih baik dan yang lebih penting menambah SEMANGAT saya.. Arigatou^^

xxXxx

Senin, 12 Juli 2010—Kediaman keluarga Uchiha.

Sasuke Uchiha menggeliat diatas ranjang empuknya, sesekali berpindah posisi agar tubuhnya menempati posisi yang nyaman. Tubuhnya benar-benar hangat dan nyaman dibawah selimut biru dongker tebalnya. Sampai ketika, sesuatu yang terasa dingin menyentuh pipinya dan membuat anak itu mengerjap saking kagetnya. Sasuke menggeliat lagi, dan membenarkan posisi kepalanya yang tadi sempat terangkat dari bantalnya.

Mikoto Uchiha tersenyum melihat tingkah putranya yang masih berniat untuk bermalas-malasan di atas ranjang empuknya, lantas menyentuh lagi pipi Sasuke dengan tangannya yang dingin dan basah karena baru saja selesai mencuci piring. Dan membisikkan sesuatu di telinga putra bungsunya itu.

Sasuke mulai bereaksi, mengerjapkan matanya sedikit demi sedikit dan menyesuaikannya dengan cahaya matahari dari tirai yang sudah dibuka Mikoto sekitar lima menit yang lalu. Anak itu mendesah, lalu berbalik menghadap ibunya. Dengan mata yang setengah terpejam. Masih mengantuk.

"Bu, ini jam berapa? Aku masih ngantuk, bu.." bisik Sasuke lirih, lalu mengangkat kembali selimutnya sampai sebatas dada. Hal itu membuat Mikoto kembali bereaksi. Sedikit gemas dengan tingkah Sasuke.

"Sayang.. Ayo bangun! Ini sudah jam 6 tepat! Ibu tak mau kamu terlambat dihari pertama sekolahmu," ujar Mikoto lembut, wanita paru baya itu menarik selimut sasuke dan membangunkan anak itu dengan menarik pergelangan tangannya sampai dia terduduk. Hal itu membuat Sasuke yang benar-benar masih mengantuk, luar biasa kesal.

"Ibu! Aku benar-benar mengantuk, bu! Biarkan aku tidur lima menit lagiii saja! Semalaman aku menonton pertandingan sepak bola, bu! Huh, kupikir ibu mengerti.." bantahnya, mata orientalnya masih setengah tertutup, piama biru muda yang dipakainya sangat kusut—apalagi dibagian punggungnya.

"Ibu tidak menyuruhmu untuk menonton pertandingan sepak bola sampai larut malam, Sasuke.. kau tahu 'kan?" jawab Mikoto sembari tersenyum, berusaha untuk sabar menghadapi putranya yang agak bandel itu.

Sedangkan Sasuke, anak itu sudah tersadar sepenuhnya, tertarik untuk membantah perkataan ibundanya. Bibirnya mengerucut, "Itachi yang memaksaku untuk menemaninya nonton! Padahal sudah tau keesokan harinya aku harus berangkat pagi! Dasar kakak durhaka!" tuduhnya sembarangan.

"Siapa yang durhaka, Sasuke?" tanya seseorang yang berdiri menyandarkan pundaknya pada bingkai kamar pintu Sasuke. Sorot matanya menunjukkan bahwa dia kesal dengan perkataan yang barusan diucapkan Sasuke. Sebenarnya cowok berambut agak panjang diikat itu tak perlu menanyakan siapa obyek penghinaan Sasuke tersebut. Cowok itu terlalu pintar. Namun dia hanya berusaha menghentikan adiknya dengan kalimat 'Siapa-yang-durhaka-Sasuke?' agar anak yang masih terduduk diranjangnya itu tak melanjutkan lagi kata-kata kurang ajar terhadapnya.

Namun ternyata ia salah, bukannya Sasuke berhenti, anak berambut jabrik kebelakang itu malah menjawab pertanyaannya dengan muka tanpa dosa, "Kau, bodoh!"

Itachi ingin sekali menjitak kepala adiknya, namun diurungkannya. Mengingat Sasuke adalah adik semata wayangnya yang sangat ia sayangi—sekalipun anak itu selalu bersikap kurang ajar kepadanya.

"Hei! Kau yang bodoh! Ayo cepat mandi sana.. aku akan mengantarmu ke sekolah barumu! Jadi bergegaslah, aku juga ada jadwal di kantor.." ucap Itachi dengan nada tenang, lalu melirik arloji siver yang melingkar di tangan kirinya. "..Ghezz! Ayo cepat Sasuke! 10 menit lagi kau harus sudah siap dibawah, atau kau akan naik bus umum sendirian!" ancamnya, lalu berdiri tegap dan berbalik meninggalkan adik dan ibunya di dalam kamar.

Mikoto berpaling ke Sasuke, "Nah, ayo cepat mandi, ibu akan menyiapkan seragammu.." perintah Mikoto lembut.

Hal tersebut membuat Sasuke mau tak mau menuju kamar mandi setelah menyambar handuk putihnya terlebih dahulu. Tentu saja dengan sungutan yang terus saja keluar dari bibirnya. Membuat Mikoto tersenyum sendiri melihat kelakuan putra bungsunya yang memang keras kepala.

xxXXxx

Usai Sarapan, Mikoto merapikan dasi yang sedikit miring dibalik setelan jas hitam Itachi, lantas mengecup pipi kanan putra sulungnya itu. Setelah itu, wanita berambut panjang itu menghampiri suaminya—Fugaku Uchiha, dan melakukan hal sama dengan yang dilakukannya pada Itachi, lalu mencium punggung tangan kanan suaminya itu. Setelah itu, ia menuju anak bungsunya yang masih melahap sehelai roti dengan selai coklat diatasnya, memijit pundak anak itu perlahan.

"Bergegas, Sasuke.." bisiknya lembut.

"Ya," Jawab Sasuke singkat, lalu melahap potongan terakhir roti selai coklatnya, lalu meminum segelas susu yang sudah disediakan oleh ibunya disamping keranjang buah. Terlanjur melirik buah apel berwarna merah segar, anak itu tergiur untuk menyambar dua buah apel tersebut. Satu sudah dicomot olehnya, satu lagi ia masukkan kedalam ransel hitamnya. Anak itu lalu menghampiri ibunya, memejamkan mata ketika wanita yang paling ia sayangi itu mengecup keningnya dan mengusap rambutnya.

"Sukses di sekolah barumu ya, sayang.. Ibu harap tidak terjadi sesuatu yang dulu pernah terjadi padamu.." Ucap Mikoto, matanya menyorotkan rasa kepedulian yang amat besar kepada anak bungsunya itu.

Mendengar kata-kata ibunya, mata Sasuke sedikit berkaca-kaca, "Ibu, jangan ingatkan aku tentang itu lagi.. Aku takut, bu.." Katanya lirih, wajahnya pun pias. Anak itu menggenggam erat jemari-jemari ibunya.

Melihat itu, Mikoto pun sedikit menyesal mengatakan kata-katanya tadi, "Oh, Sasuke.. Maafkan ibu, nak.. Ibu janji 'itu' tidak akan terjadi lagi padamu,"

Meskipun sang ibu sudah berjanji dan menjamin keselamatannya, Sasuke tak bisa memungkiri bahwa perasaan takut itu masih membekas dalam pikirannya. Lama. Sampai di dalam mobil Hyundai silver milik kakaknya, hingga mobil itu meluncur membelah suasana hening pagi, Sasuke masih terus terbayang akan hal-hal yang membuat hatinya cemas dan kalut. Semuanya seperti roll film yang menampilkan kejadian-kejadian masa lalunya.

xxXXxx

(Flashback)

Senin, 07 Juni 2010—Sunagakure High School.

Sasuke ngeri melihat betapa besarnya tubuh teman-teman cowok barunya. Sedangkan Sasuke sendiri adalah siswa dengan tubuh paling kecil dikelasnya, padahal anak itu punya tubuh yang normal-normal saja dikalangan anak seusianya—15 tahun dan berada dikelas satu SMA.

Tapi bagi Sasuke, badan boleh pas-pasan, namun otak jenius dan wajahnya yang rupawan benar-benar menonjol di kelasnya—Ah, ralat! Di sekolahnya. Anak itu dengan briliannya menjawab kuis-kuis super sulit yang bisa dikategorikan sebagai soal tingkat murid kelas tiga SMA, dan langsung mengambil hati gurunya itu. Lalu dengan anggunnya menjadi idola para cewek-cewek, baik itu sebayanya, maupun kakak-kakak kelas cewek dikelas dua atau tiga.

Dalam kurun waktu 3 hari, nama Sasuke sudah melejit bak artis yang sedang naik daun. Namun itu tak membuat Sasuke tinggi hati atau besar kepala. Anak itu tetaplah Sasuke yang pendiam, pintar, dan senang menyendiri dikelas. Bukan dia sombong atau apa, tapi anak itu merasa risih karena tidak ada seorang pun yang menjadi teman akrabnya, yang memandang dia sebagai anak yang baik, dan tulus menerima dia apa adanya. Bukannya memandang dia sebagai bintang sekolah, dan bicara baik di depannya, namun dibelakang Sasuke mereka membicarakan hal-hal buruk. Memikirkan itu mebuat cowok berkulit putih pucat itu frustasi sendiri.

Sasuke yang menyadari kelasnya sudah sepi, beranjak mengamit ransel hitamnya, dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas ber-AC itu. Hari itu sekolahnya hanya 4 jam pelajaran saja, di karenakan salah satu guru meninggal, sehingga guru-guru serta para staff melayat untuk berbela sungkawa. Seluruh murid dipulangkan. Dan Sasuke bersorak gembira dalam hatinya. Badannya benar-benar tak bersahabat hari itu. Suhu tubuhnya pun terasa naik sedikit. Kepalanya pusing sekali. Membuat anak itu berjalan dengan sedikit limbung. Beruntunglah ia, karena hari itu ia pulang cepat.

Setelah turun dari kelasnya yang terletak di lantai dua, Sasuke bergegas keluar gerbang. Anak itu bergidik ngeri. Ini masih jam dua siang, tapi sekolahnya benar-benar gelap dan menyeramkan. Anak itu bersandar dibawah pohon—yang dia tidak tahu itu pohon apa namanya. Lalu merogoh ponsel flipnya, berniat menghubungi kakaknya, dan meminta sang kakak untuk menjemputnya. Ketika hendak mengarahkan ponsel ke telinganya, tiba-tiba ada yang merebut ponselnya dan membantingnya.

Sasuke terkejut. Dia mendongak agar ia tahu siapa yang melakukan hal kurang ajar iu kepadanya. Bibirnya sedikit terbuka bersiap-siap melontarkan kata-kata umpatan. Namun hal itu tak terjadi, kata-kata itu seolah ditarik kembali dengan satu tarikan napas. Oh, tidak! Sasuke benar-benar dalam masalah. Cowok raksasa itu, dia sekelas dengannya. Tapi untuk apa Sasuke takut, kan dia tidak punya masalah apa-apa dengan cowok raksasa ini.

"Hei, Sasuke! The-Most-Perfect-Boy, huh?" Cowok raksasa iu menyeringai kejam.

"KISAME! AKU TAK TAHU APA MASALAHMU! KENAPA KAU MEMBANTING PONSELKU?" teriak Sasuke. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan Kisame—si Cowok Raksasa.

"Yeah, buat apa kau marah? Kau kan kaya, setelah ponselmu itu dinyatakan rusak, nanti malam kau pasti akan beli lagi.. betul 'kan?" masih dengan seringaian jahatnya.

Sasuke geram, dia bangkit berdiri lalu berusaha mensejajarkan pandangannya pada Kisame, namun sia-sia, Kisame 10 cm lebih tinggi darinya, cowok itu benar-benar raksasa.

"TIDAK SEMUDAH ITU TAHU! KAU KIRA AKU ANAK RAJA? KAU BENAR-BENAR KURANG AJAR!" Sasuke tak mengubah nada bicaranya, anak itu masih saja berteriak. Menantang Kisame, mungkin?

Kisame mengernyit, dia marah, "KAU YANG KURANG AJAR! SEKARANG IKUT AKU!"

Sasuke memberontak saat Kisame menyeret lengannya dengan erat, membawanya kesuatu tempat.

xxXXxx

Sasuke ketakutan sekarang, dihadapannya terdapat 6 anak laki-laki bertubuh besar-besar, berpawakan seperti preman. Dan yang lebih parah, Sasuke terjebak di gang sempit bersama mereka, Sasuke piker berteriak pun tak ada gunanya. Karena kawasan lumayan jauh dari pemukiman. Dan memakan waktu 30 menit dari sekolah. Sasuke gemetaran sekarang, namun rautnya tak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Anak itu menatap satu persatu anak-anak menyeramkan dihadapannya termasuk Kisame.

Kisame menatap Sasuke dengan pandangan khasnya, seram. Lalu maju beberapa langkah hingga ia dan Sasuke berhadapan dengan jarak satu jengkal saja.

"Nah, Sasuke.. Kau akan rasakan pembalasanku! Aku dan teman-temanku akan mengeroyokmu habis-habisan disini.."

"Memang aku pernah salah apa padamu?"

"Salah apa? Huh, salah apa? Kau tak tau dimana letak kesalahanmu?"

"Bodoh sekali kau. Kau pikir aku ini dukun? Yang bisa tau segalanya, IDIOT!"

"APA KATAMU?" Kisame berteriak, lalu meninju wajah Sasuke hingga lebam dan mengeluarkan darah di hidungnya. Sasuke mengernyit kesakitan. "Itu untuk Kau yang sudah merebut perhatian guru favoritku, Kakashi-sensei! Dulu aku ini murid yang paling pintar! Tapi semenjak adanya kamu, aku ini bagaikan sampah yang sudah tak di pedulikan lagi olehnya.."

Sasuke berusaha bangkit, anak itu menyeka darah yang mengalir di hidungnya, "Kalau kau merasa tersaingi olehku karena masalah prestasi, harusnya bukan seperti ini kau membalasku! Tapi dengan belajar giat lagi agar kau bisa mengalahkanku!" setelah mengatakannya, Sasuke kembali mendapat bogem mentah dari Kisame, dan Sasuke tersungkur untuk yang kedua kalinya.

"Pukulan kedua, kau telah merebut hati Konan dariku!" kata Kisame, wajahnya menunjukkan rasa cemburu yang luar biasa.

"Ka..kalau begitu pukuli saja gadismu itu! Jangan pukuli aku! Mengenal gadismu saja tidak! Kapan aku merebutnya darimu!"

Setelah mengatakan itu, Sasuke mendapat pukulan-pukulan lagi, tidak di wajahnya saja, melainkan sekarang diseluruh tubuhnya, Bukan Kisame saja yang memukulnya, melainkan teman-teman Kisame juga ikut mengambil bagian menghantami tubuh Sasuke dengan tangan mereka yang besar.

Sasuke pun pingsan. Tergeletak di dalam gang sempit dengan luka memar yang.. ah, ya ampun.. luar biasa parah.

xxXXxx

Keesokan harinya Sasuke dibawa dirumah sakit, setelah ditemukan oleh seorang wanita tua yang sebenarnya hendak membuang tumpukkan sampah di tong kecil di gang tersebut, dan menemukan seorang anak laki-laki yang tergeletak dengan kondisi yang menggenaskan. Wanita itu mengira Sasuke sudah mati, karena kondisinya yang tidak bisa di deskripsikan lagi. Namun setelah itu ia mendengar Sasuke menggumam sesuatu. Da sesegera mungkin ia membawa sasuke ke rumah sakit terdekat dan menghubungi keluarga sasuke dengan cara mengambil kartu pelajar sasuke dan menemukan alamat anak itu disana.

Keluarga Sasuke, berkumpul disana, menemani Sasuke yang benar-benar down—baik fisiknya maupun psikologisnya. Mikoto juga dengan berat hati dan air mata yang tertahan mengatakan pada anak bungsunya bahwa kaki si anak bungsunya tersebut lumpuh untuk sementara.

Mendengar itu Sasuke sempat depresi dan mogok bicara. Sampai ada Itachi yang menyemangatinya dan mengatakan bahwa kelumpuhan adiknya itu hanya sementara saja. Itachi benar-benar tidak bisa memaafkan anak-anak berengsek yang telah melukai adiknya itu. Dan mengambil langkah hukum. Sampai akhirnya, keenam anak yang mengeroyok Sasuke itu dikeluarkan dari sekolah dan dihukum sepantasnya.

Setelah itu Sasuke pindah sekolah karena keinginannya sendiri.

xxXXxx

Senin, 14 Juni 2010—Fregass High School.

Sasuke kini berada di sekolah keduanya, kejadian yang menimpanya 3 hari yang lalu masih membekas dalam benaknya, dan menjadi trauma baginya. Anak itu masih menggunakan kursi roda.

Seperti biasa, Sasuke tetap populer meski dia bergantung pada kursi rodanya agar tetap bisa beraktifitas. Anak itu tetap saja mempunyai sejuta penggemar. Tetap berwajah manis meski bekas luka hantam itu masih bertengger di wajahnya. Benar-benar cowok beruntung. Namun tetap saja, Sasuke merasa sendirian di sekolah keduanya itu. Sampai akhirnya ia merasa dekat dengan guru matematikanya, Kurenai-sensei. Awalnya anak itu hanya merasa nyaman ketika ia bertanya, berdebat, atau membahas soal matematika bersama gurunya yang cantik itu. Namun lama-kelamaan dia merasa begitu akrab dengan gurunya itu, seperti hubungan teman dengan teman.

Namun hal itu bukan masalah bagi Sasuke, anak itu malah girang bukan main. Karena ia akhirnya mempunyai seorang teman yang dengan tulus berada di dekatnya. Apalagi ini gurunya, yang lebih dewasa dan lebih bisa mengajarinya apabila ia sedang labil.

"Kurenai-sensei! Lihat nilai Geografiku! Aku mengalami peningkatan!" serunya dengan mata berbinar-binar,memamerkan nilainya kepada sang guru sekaligus sahabatnya itu. Ia memang agak kesulitan dalam pelajaran hapal-menghapal.

Kurenai tersenyum, lalu mengusap rambut jabrik Sasuke. Ia bangga.

"Bagus Sasuke! Perahankan nilaimu.."

Sasuke lalu mengernyit heran kepada Kurenai, "Bu, ibu kenapa kok akhir-akhir ini ibu dingin sekali padaku? Tidak seperti biasanya.."

Senyum Kurenai lenyap, ia lalu memandang Sasuke serius, sepertinya ada sesuatu yang ia sembunyikan dari Sasuke, apalagi ia dengan cepat mendorong kursi roda dan menggenggam tangan Sasuke keluar dari kelas X-A.

Sasuke takut. Ia trauma apabila ada seseorang yang menggenggam tangannya dengan erat. Apalagi kejadian itu masih beberapa hari lamanya berlangsung. Namun sasuke percaya bahwa Kurenai-sensei tidak akan membahayakan dirinya.

Sasuke saat itu berada di ruangan yang ia yakini sebagai ruangan Kurenai-sensei. Ia lalu mengikuti Gurunya lalu duduk berhadapan dengannya.

"Ada apa, Kurenai-sensei? Mengapa membawaku kesini?" tanyanya dengan wajah polos, membuat Kurenai ingin mencubitnya gemas.

"Sasuke kau tahu kenapa selama ini aku begitu dekat denganmu?"

Sasuke mengangguk, "Karena aku murid pintar, bukan?" katanya bangga.

Kurenai tertawa kecil, "Itu salah satunya, tapi ada lagi yang lebih intim.."

Sasuke mengernyit bingung, "Intim? Apa maksudnya, guru?"

Kurenai meremas jemari-jemarinya sendiri, wanita cantik berambut hitam bergelombang itu cemas, bimbang, dan dilemma, "Aku.. menyukaimu.. Sasuke.. Uchiha.."

Sasuke terkejut, kepalanya dipenuhi oleh bayangan yang tidak-tidak, namun segera ia tepis dengan tawanya, "Hahaha.. Guru menyukaiku karena aku pintar dan perfect 'kan?" candanya.

Kurenai menggeleng, membuat Sasuke semakin cemas,"Aku menyukaimu sebagai seorang pria.."

Pernyataan Kurenai membuat Sasuke seakan berhenti bernapas, ia benar-benar terkejut, namun sekuat tenaga ia memutar kursi rodanya, berbalik, dan meninggalkan Kurenai seorang diri.

xxXXxx

Sejak hari itu, Sasuke merasa ia sangat membenci apabila ada jam pelajaran Matematika. Ia merasa tak enak ketika harus berpandangan dengan gurunya—Kurenai-sensei. Wanita itu memandang Sasuke dengan tatapan yang aneh, membuat Sasuke risih.

Berhari-hari lamanya, Sasuke harus menghadapi situasi seperti itu. Ia tak berani bercerita kepada keluarganya. Ia merasa ini belum saatnya menceritakan kejadian yang dianggapnya memalukan itu di hadapan keluarganya. Yah, biarlah ia menghadapi sebisanya sendiri sekarang.

Suatu pagi, Sasuke gelisah di meja makan. Ia memikirkan strategi lain unuk menghindari Kurenai-Sensei. Dan hal itu diketahui Kakaknya—Itachi.

"Sasuke, kau kenapa? Dari tadi kamu gelisah.. habiskan makananmu.. Ibu sudah susah payah membuatkan sup tomat untukmu.. tapi kau cuekin gitu aja," tegur Itachi, dengan mulut yang masih dipenuhi makanan.

Sasuke tersadar dari lamunannya, lalu menyendok satu suap makanan dihadapannya tanpa menjawab apapun dari pertanyaan kakaknya. Sasuke benar-benar stress.

xxXXxx

Sasuke merasakan jantungnya berdegup kencang, ini jam pelajaran MATEMATIKA!. Apalagi Sasuke tahu kalau Kurenai sekarang duduk disampingnya, ia baru sadar kalau teman sebangkunya tidak masuk, sehingga bangku disebelahnya kosong. What the hell?

Kurenai mendekatkan wajahnya pada Sasuke, sekilas apabila dilihat hanya seperti seorang guru yang melihat pekerjaan muridnya, sehingga murid-murid lainnya tidak curiga dan tetap fokus pada soal yang diberikannya. Namun tak ada yang tau apa yang mereka bicarakan diluar materi pelajaran. Kurenai semakin mendekatkan bibirnya pada telinga Sasuke.

"Sasuke, kau harus tahu aku benar-benar mencintaimu.. Tapi kalau kau menghindariku terus, kau akan tahu apa akibatnya!" ujarnya dengan nada sarkasme.

Sasuke bergidik, ia menggeser duduknya menjauhi Kurenai. Kurenai tersenyum aneh, tak dapat diartikan. Dia menggenggam tangan Sasuke. Sehingga anak itu berusaha menarik tangannya dari genggaman guru sekaligus MANTAN sahabatnya itu. Namun tak lama kemudian..

Beruntungnya Sasuke, karena setelah itu ia mendengar suara bel pulang. Setidaknya ia bisa terbebas dari pandangan dan sentuhan gurunya yang membuatnya semakin terintimidasi.

Dengan cepat Sasuke membereskan peralatan tulisnya. Dan segera bergegas keluar.

Tapi sialnya Sasuke tak menyadari bahwa Kurenai lebih dulu meninggalkan kelas X-A—kelas Sasuke.

xxXXxx

Sasuke duduk di kursi rodanya di depan bangku panjang sebelah kantin. Sekolah sudah lumayan sepi, hanya beberapa anak saja yang tertinggal. Anak itu menanti sang kakak yang tak kunjung menjemputnya. Selebihnya, Sasuke merasa baik-baik saja, tak ada yang mengancamnya.

Tapi salah, sebuah mobil jazz berwarna hitam terhenti dihadapannya, dan keluar seorang wanita yang sangat ditakuti Sasuke—Kurenai!

Sasuke terlonjak, hendak kabur dari sana. Namun karena efek dari keterkejutannya, anak itu agak sedikit lamban, dan akhirnya pegangan kursi rodanya diseret oleh Kurenai . Dengan bantuan anak buahnya, ia menaikkan Sasuke ke mobilnya, dan melipat kursi roda anak itu.

"Kurenai-sensei, apa yang kau lakukan padaku! Tolong jangan lakukan ini!"pinta Sasuke—meronta, namun Kurenai tak menggubrisnya. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke pria berwajah sangar yang menyetir mobil—mungkin ia sopir Kurenai.

"Hei, pak Tua! Kau dibayar berapa oleh Kurenai hingga melakukan ini? Seharusnya apabila kau melihat penculikan kau harus melapor pada pihak yang berwajib bukan seperti..ehmm" Sasuke tak sadarkan diri setelah ia dibekap oleh saputangan putih yang dibawa oleh lelaki berwajah sangar yang lainnya..

Sialnya Sasuke, tak ada yang menyadari bahwa dirinya diculik. Oleh seseorang yang sangat ia percaya setelah keluarganya.

xxXXxx

Itachi mondar-mandir, ke kantin, ke perpustakaan, ke lapangan basket, semua penjuru sekolah ia cari. Bahkan ke ruangan informasi untuk menyiarkan panggilan kepada aiknya pun sudah ia lakukan. Tapi dua jam berlalu Itachi tak menemukan adiknya. Itachi cemas. Adiknya mengenakan kursi roda, dia sangat rentan, apalagi orangtuanya sedang dinas keluar negeri sekarang. Dan dia diemban untuk menjaga adik semata wayangnya itu. Tapi nyatanya, Itachi mendapat masalah sekarang. Dua kata. Adiknya Hilang!

Ia sudah menghubungi nomor Sasuke berulang kali. Namun tak diangkat oleh bocah itu. Itachi semakin berpikir hal-hal buruk yang terjadi pada Sasuke. Otaknya sekarang tak lagi berpikir dingin.

"Ototou, kamu dimana?"Tanya Itachi kepada.. entah kepada siapa, yang jelas bukan kepada Sasuke, karena Sasuke tidak sedang berada disitu—didekatnya. Itachi merogoh saku dicelananya, mengambil ponsel, dan mengetik tuts nomor yang sudah ia hapal diluar kepala. Cowok berwajah tegas itu menghubungi orang tuanya.

"Halo? Ibu! Buu.. Sesuatu buruk terjadi!" teriak Itachi. Membuat ibunya yang sedang ia telepon disebrang sana sedikit khawatir.

"Ada apa, Itachi.. tenangkan dirimu dulu, nak.." jawab Mikoto, mau tak mau bingung juga.

"Sasuke hil.."

Sambungan terputus.

Hell, yeah! Itachi mengumpat habis-habisan. Bagaimana bisa dalam situasi seperti ini baterainya low batt dan harus drop ditengah pembicaraan penting. Dan satu pelajaran yang dapat Itachi ambil dari peristiwa ini. Bawalah dua ponsel. Yang satunya buat cadangan.

'Ah, tidak penting.. Fokus pada Sasuke!' batin si pengusaha muda itu.

xxXXxx

Disebuah ruangan kosong dan agak berdebu, Sasuke tersadar dari pingsannya. Anak itu mengerjapkan mata. Lalu terkejut saat ia merasakan tangan dan kakinya terikat. Ia baru sadar apa yang terjadi padanya saat itu, ia diculik.

Sasuke berusaha melepaskan tangan dan kakinya dari ikatan tali itu. Namun sia-sia saja. Sampai akhirnya seseorang masuk dalam ruangan itu. Menghampiri Sasuke dan berjongkok dihadapannya. Kurenai lagi! Oh, kenapa wanita itu begitu posesif pada Sasuke?

"Bagaimana keadaanmu, Sasuke? Maaf aku harus melakukan ini.. Ini semata-mata hanya agar perhatianmu tetap padaku.." bisiknya pada Sasuke. Membelai rambut anak itu pelan.

Sasuke benar-benar ingin muntah, dan jijik dengan apa yang dikatakan sang guru kepadanya. Namun ia berusaha menetralisir perasaannya sendiri dengan mengatakan, "Kau ini bicara apa? Aku tak mengerti sama sekali!"

Kurenai tersenyum, lalu menyuntikkan sesuatu pada lengan Sasuke. Anak itu hendak tak sadarkan diri lagi, namun sebelum ia memejamkan mata, ia sempat mendengar,

"Hmm.. jangan lagi kau berkata kau tidak tahu apa-apa, dan bersikap sok polos seperi itu! Sebentar lagi aku akan membuatmu menjadi anak yang tidak polos seperti dulu.."

Sasuke tak sanggup merespon. Semuanya gelap.

xxXXxx

"Hai! Bangun.."

Sasuke merasa seseorang menepuk-nepuk pipinya perlahan, membuatnya agar tersadar dari alam mimpinya. Sasuke membuka matanya perlahan. Menatap seorang gadis berambut hitam kebiruan—gadis yang membangunkannya tadi.

"Akhirnya kau bangun juga.. Sekarang kau harus pergi, aku akan meepaskanmu dari sini.."

Sasuke hendak berontak, namun ia segera tersadar bahwa ia diculik beberapa jam yang lalu, dan ia sekarang harus dibebaskan. Sehingga anak itu menuruti saja apa yang dilakukan oleh gadis di depannya itu.

"Cepat pergi dari sini sebelum dia tahu.."

"Dia?"

"Kurenai.."

"Kau siapa? Kenapa bisa masuk kesini..?"

"Sudah jangan banyak tanya!" bentak gadis itu.

Sasuke yang sudah terbebas dari ikatan itu langsung melarikan diri lewat jendela yang sebelumnya sudah dibuka oleh gadis bermata violet itu. Ia tak lupa mengucapkan terimakasih kepadanya.

Anak itu sekarang bingung sendiri, ia bahkan tidak mengenal tempat yang ia pijak sekarang ini. Namun ia dengan nekatnya menghadang taksi dan meminta sang supir melajukan kendaraannya ke alamat rumahnya.

xxXXxx

"Hei, anak muda! Bangun.. sudah sampai di depan rumahmu, nih.." Sopir taksi itu mengguncang-guncang bahu Sasuke, agak keras karena Sasuke tak kunjung bangun. Sasuke terbangun. Sedikit linglung.

"Eh..ohh.. iya tentu saja! Anda tunggu disini sebentar, saya akan mengambil uang dirumah saya.."

"Oke."

Sasuke berlalu, membuka pagar putih di depan rumahnya dengan sedikit goyah, langkahnya gemetaran, ingin ia tidur disembarang tempat, menetralisir tubuhnya yang benar-benar kelelahan. Ini pasti efek dari bius bodoh yang diberikan Kurenai tadi. Ia benar-benar mengutuki rumahnya sendiri yang memiliki halaman luas. Ia merasa sedari tadi ia berjalan namun ia tak kunjung mencapai pintu rumahnya.

Tiga langkah lagi.

Dua langkah.

Satu langkah.

Sasuke menggenggam ganggang pintu rumahnya dengan susah payah, namun seseorang terasa menarik pintunya dari dalam. Dan saat itu pula Sasuke tersungkur, pingsan lagi.

"Ya Tuhan, Sasuke!" Itachi terkejut sendiri melihat adiknya pingsan didepannya, ia hendak membopong adiknya, namun tertahan ketika melihat sopir taksi yang masih berdiri di depan rumahnya. Itachi menghampiri pria yang agak botak itu, menyerahkan beberapa lembar uang, dan menanyakan beberapa informasi tentang Sasuke. Seperti dimana adiknya itu mulai menaiki taksinya, atau bersama siapa adiknya saat itu. Setelah itu Itachi menghampiri Sasuke, dan menggendongnya masuk kedalam rumah.

Itachi bingung sendiri, adiknya itu selalu mengalami hal-hal yang menyeramkan, ia tak tahu dimana letak kesalahan adiknya, yang ia tahu Sasuke adalah anak yang pintar dan baik, meski terkadang sangat kurang ajar terhadapnya.

Itachi membenahi duduknya sendiri ketika ia melihat Sasuke mulai sadarkan diri. Anak itu menggumamkan sesuatu.

"Sasuke, bagaimana keadaanmu?" Itachi memastikan adiknya baik-baik saja, bahkan bekas suntikan yang bertengger di lengan kiri Sasuke sudah ia perban.

"Baik,"

"Mau cerita?"

"Ntar aja, deh.." anak itu memejamkan mata lagi.

Itachi medesah, lalu menyelimuti tubuh adiknya yang terasa dingin—ketika ia menyentuh lengan anak itu—dengan selimut hangat dan tebal. Lalu beranjak meninggalkan Sasuke setelah mencium dahi adik kesayangannya itu.

Sejak hari itu, Itachi merasa adiknya sedikit tidak banyak bicara, penakut, dan tidak mau bersosialisasi kepada orang lain selain keluarganya.

Anak itu tidak mau menceritakan apa yang terjadi pada dirinya saat kejadian itu. Membuat seluruh keluarga Uchiha yang lainnya terbingung sendiri.

Namun setelah hari itu si bungsu Uchiha minta pindah sekolah lagi.

(Flashback Off)

xxXXxx

Senin, 12 Juli 2010—Mobil Itachi.

Sasuke mengerjapkan mata, tersadar dari lamunannya. Ia sudah sampai di sekolah ketiganya. Konohagure High School.

"Melamun apa, Sasuke? Kita sudah sampai, nih," Itachi menoleh kearah sasuke yang duduk disampingnya—di sebelah kursi pengemudi.

"Hanya masa lalu," Sasuke menjawab pertanyaan Itachitanpa membalas tatapaan kakaknya. Mata hitam legam Sasuke terus mengamati bangunan megah dihadapannya.

"Hey, Are you ready, boy?"

Sasuke tersenyum penuh arti. Ia berharap tak akan ada lagi hal-hal buruk menimpanya, ia percaya ia akan mendapatkan teman disini. Banyak malahan. Bukannya angka 3 angka keberuntungannya, huh?

xxXXxx

To Be Continued

Author's Note : Saya bakal mengira seperti ini jadinya. Sasuke SANGAT OOC! For the God's Sake! Tapi entah mengapa saya menyukai Sasuke yang OoC, daripada yang cool dan jahat seperti yang asli *diguyurtintasamaMasashi* Xp

Saya minta maaf apabila ada typos bertebaran. Harap maklum, selagi saya mengerjakan fict ini saya terserang sesak napasss.. jadi agak gak konsen, maaf! *curhatcolongan*

Pada intinya saya meminta bantuan dan bimbingan kepada para senior yang sudah lebih lama disini.. saya sadar sekali fic saya masih SUPER DUPER AMAT SANGAT jelek..

Yah, akhir kata saya mohon reviewnya, apalagi saya sangat membutuhkan review yang bersifat membangun, dan penyemangat.. Over all, thanks..

Salam,

Nakashima Kokoromiru.