BI sequel Ch. 1
Jungkook
jimin
suga
and other
Pagi yang diawali dengan hujan, jungkook masih bergelung dengan selimutnya, mengabaikan ponselnya yang terus berdering sejak tadi, bahkan hingga ponselnya lelah dan tak menampakkan layar panggilan lagi jungkook masih tak menampakkan tanda-tanda untuk bangun dan meninggalkan tempat tidurnya.
Jungkook masih ingin melihat jimin meskipun hanya di mimpi saja, setidaknya jungkook bisa sedikit menyampaikan rasa rindunya. Apalagi saat hujan seperti ini, jungkook merasa jimin ada disampingnya sekarang.
Kalau saja ponselnya tak terus berdering dan mengusiknya, dengan terpaksa ia membuka matanya dan mengambil ponselnya, menghela nafas melihat siapa yang menelfonnya dan mengangkatnya.
"wae..."
Jawabnya dengan suara serak, ia mendudukkan dirinya dan bersandar di headbed, menguap dan mengucek matanya yang gatal.
"hum... aku baru bangun"
Ia mengalihkan pandangannya kearah jendela, hujan membuat jungkook mengembangkan sedikit senyumnya, ia mengabaikan panggilan suga dan meninggalkan ponsel dan juga bednya, beranjak membuka pintu balkonnya, cipratan-cipratan hujan mengenai kakinya namun jungkook tak mempedulikannya, ia menengadahkan salah satu tangannya, merasakan setiap tetes air yang jatuh dari langit, lalu kemudian ia menangkup kedua tangannya, menampung air hujan yang memenuhinya.
"kau merindukanku seperti aku merindukanmu?"
Hujan itu membuat tubuhnya basah, rasa dingin tak terlalu jungkook pedulikan, rasanya hatinya menghangat, jimin seakan sedang memeluknya sekarang, seperti ia yang dulu selalu memeluk jimin saat hujan turun, menghangatkannya dengan usapan lembut dikedua tangannya,
===BI===
Jungkook mengambil mantel hitamnya, memakainya dan mematut dirinya dicermin, jari-jarinya bergerak menyentuh setiap kancing dan berhenti dikancing terakhir yang ia hilangkan,jimin sempat memarahinya karena tak menjaga kado darinya dengan baik dan malah merusaknya, yang dilakukan jungkook saat itu hanya balik menggodanya dan memeluknya, tanpa peduli ocehan jimin yang tak berhenti memarahinya.
ia tersenyum, ia tak pernah marah atau tersinggung saat jimin memarahinya, ia tau itu jimin lakukan karena jimin peduli padanya, jimin tidak ingin jungkook ceroboh dan menjaga barang-barang yang ia punya. Ia menghela nafasnya sebelum ia mengambil payungnya dan keluar dari kamarnya, hari ini ia harus melihat jimin dan membawakannya bunga red tulip.
===BI===
Suga menghela nafasnya ketika telfonnya diakhiri sepihak oleh jungkook tanpa sempat ia mengatakan siapa yang ia lihat beberapa waktu yang lalu di sekitar venue konsernya, suga tak terlalu yakin tapi suga benar-benar mengira pria berambut merah itu adalah jimin, pria berambut merah itu memegang slogan namanya, konsentrasinya benar-benar terpecah, ia bahkan sempat berhenti bernyanyi dan fans yang melanjutkannya, mungkin mereka mengira suga melakukanya dengan sengaja tapi suga melakukannya tanpa sadar, venue yang gelap membuatnya kesulitan melihat dengan jelas.
"apa aku salah lihat? Tidak mungkin itu jimin"
Gumamnya sendiri, ia memandang layar ponselnya yang terpasang foto jimin dan dirinya. Foto yang mereka ambil dua bulan sebelum jimin meninggal, difoto itu jimin tersenyum melihatnya, sebenarnya foto itu sendiri diambil tanpa sengaja, suga berniat mengambil fotonya sendiri tapi jimin tiba-tiba datang mengganggunya dan akhirnya tertangkap oleh kameranya, meski suga kesal saat itu tapi foto itu kini menjadi fotonya yang paling berharga.
Mengingat keusilan jimin padanya membuatnya rindu pada sosok ceria itu, ia menyesal tak bisa menjadi sandarannya saat jimin terpuruk dan terasing karena orientasi seksualnya yang berbeda, meski suga tau bahwa jimin dikucilkan disekolahnya ia tak bisa melakukan apa-apa untuk membantunya, ia hanya bisa menghiburnya saat hanya ada mereka berdua.
Suga menganggapnya sebagai keluarga, adik yang sangat ia sayangi dan ia pedulikan, rasanya sakit saat ia harus memberitau kenyataan bahwa jungkook bertunangan dengan orang lain, ia tau bagaimana sakitnya jimin menahan perasaan kecewanya. Tapi suga tak bisa melakukan apapun.
===BI===
Jalanan basah dan juga bau hujan yang khas menjadi hal yang biasa bagi jungkook, ia menyukainya, menyukai setiap tetes yang menyapa bumi, dibawah payung hitamnya jungkook tersenyum, ketika ada anak-anak kecil yang bermain dengan kubangan – kubangan air, ia dan jimin pernah melakukannya, bermain-main seperti anak kecil yang dilihatnya sekarang, mungkin moment itu adalah moment yang paling mengesankan baginya dan jimin, mereka mengabaikan pandangan orang yang melihat aneh kearah mereka dan bersenang-senang dengan diri mereka sendiri, bergandengan tangan di tempat umum, sesuatu yang selalu jimin hindari.
Langkah kakinya berbelok kearah kiri, memasuki sebuah flower shop yang sering ia datangi untuk membeli red tulip kesukaan jimin. Ia melangkahkan kakinya ke jajaran bunga-bunga tulip. Dan seperti biasa ia membeli red tulip kesukaan jimin.
"kekasihmu pasti sangat bahagia memilikimu"
Jungkook terdiam mendengar pujian itu, ia menatap bunga yang sudah ia pegang itu sesaat sebelum akhirnya membayarnya, ia keluar setelahnya dan kemudian seseorang masuk ke toko bunga itu.
===BI===
Saat jungkook sampai di pemakaman, hujan sudah berhenti dan hanya menyisakan gerimis kecil, ia meletakkan payung yang ia bawa dibelakangnya dan menaruh bunganya tepat diatas pusara makam.
"selamat pagi, sayang…"
Jungkook menyadari sesuatu setelah jimin tak ada, selama mereka menjalin hubungan ia jarang sekali memanggilnya sayang dan lebih sering memanggilnya hyung, memang hanya kesalahan kecil tapi ini membuat jungkook merasa menyesal, masa-masa bahagia mereka sangat singkat dan ia tak bisa memberikan yang terbaik untuk jimin.
"hyung… aku bermimpi lagi semalam"
Ucapnya, nadanya mulai bergetar dan matanya mulai memerah, ia meletakkan tangannya di atas tanah makamnya dan meremas rumput – rumput yang tumbuh disana.
"aku tidur dipangkuanmu dan kau mengusap rambutku dengan lembut, kau juga bernyanyi untukku…. Suaramu masih kudengar dengan jelas hyung… masih indah seperti dulu…"
Jungkook gagal menahan air matanya, sekuat apapun ia mencoba untuk tak menangis setiap kali ia bercerita tentangnya, jungkook tak pernah bisa mengendalikan perasaan bersalah dan menyesalnya,. Seakan jimin berada disisinya sekarang namun tak bisa ia gapai dengan tangannya, jimin terlalu samar untuk ia sentuh.
"hyung, kau ingat lagu kesukaan kita? Aku tidak tau kenapa rasanya berbeda saat mendengarnya sendirian sekarang, selalu ada ruang kosong disisiku yang tak pernah bisa diisi selain olehmu, rumah kita… rumah kita terasa dingin sekarang padahal aku sudah menyalakan penghangat ruangan…"
Jungkook menggigit bibirnya, ia tak kuasa melanjutkan kata- kata yang ingin ia sampaikan, hingga akhirnya ia hanya bersimpuh dan roboh di atas tanah basah itu, memeluk tanah dingin dan mengabaikan coatnya yang basah juga kotor, jika bisa ia hanya ingin bersama jimin lagi, jika jimin tak ada maka tak ada gunanya ia hidup, meskipun orang-orang menganggapnya berlebihan dan gila, tapi kenyataannya sulit untuk melepaskan sosok hangatnya dari hidupnya, jimin datang saat ia terpuruk dan memeluknya dengan hangat ketika ia hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Jungkook mengabaikan norma masyarakat yang menganggap orang-orang seperti dirinya adalah sampah, ia tetap memandang pada satu orang yang membuat hidupnya lebih seperti manusia, meski pada akhirnya ia berpaling dan mengabaikan jimin.
Jungkook meninggalkan semuanya setelah jimin pergi, keluarganya, tunangannya, dan sekolahnya, ia hanya terus berada dirumah dan mengingat jimin, hanya itu yang ia lakukan, beruntung ada suga yang mengurusnya. Ia menolak kembali, jungkook menganggap keluarganya yang telah membuatnya meninggalkan jimin tapi ia juga menganggap dirinyalah yang membuat jimin pergi.
===BI===
"ya jeon jungkook, sudah kubilang kau harus menjaga kesehatanmu…"
Jungkook membuka matanya, dan melihat jimin duduk disampingnya, kedua tangannya memeras handuk kecil yang jungkook rasa ada salah satu didahinya juga sekarang, jimin memakai kaos merah kesukaannya dan mulutnya tak berhenti mengoceh, jungkook tak menangkap satu katapun darinya, ia hanya menatap sosok itu tanpa berkedip.
"jimin hyung…" lirihnya, sosok hangat itu menoleh dan menampakkan raut cueknya
"apa?"
Jungkook tak menjawab, ia menggerakkan tangannya untuk menggapai wajah jimin, Matanya memanas, entah ini mimpi atau bukan, sosok hangatnya terasa nyata, suaranya, bahkan perasaan hangat saat ia menyentuh jimin terasa sangat nyata.
"ini benar-benar kau…hyung "
Jimin hanya diam, membiarkan telapak tangan hangat jungkook mengusap wajahnya, ia memandang wajah pucat itu dengan sendu, kemudian ia meraih tangan jungkook dan menggenggamnya, salah satu tangannya mengusap ujung mata jungkook yang basah dan mengecupnya dengan lembut.
"jangan sakit lagi, kau tau aku tidak ingin melihatmu sakit…"
Jungkook memejamkan matanya, meresapi perasaan nyaman yang jimin berikan saat ini, sudah lama sekali sejak terakhir kali ia merasakannya, dan jungkook merindukannya, sangat hingga ia tak tau bagaimana caranya ia melampiaskan rasa rindunya ini.
"aku mencintaimu, jeon jungkook"
===BI===
Ketika jungkook membuka matanya, ia tak melihat jimin disisinya, yang ada hanyalah suga yang tengah duduk menunggunya siuman.
"kau sudah sadar?"
Jungkook mengamati sekitarnya, terakhir kali seingatnya ia berada di makam jimin dan bercerita disana, tapi kini ia berada dikamarnya dengan pakaian yang berbeda, ia mengangkat tubuhnya dan kepalanya terasa sangat pening, nafasnya juga hangat, suga membantunya untuk duduk dan bersandar di headbed, ia diam hingga suga berbicara.
"jika kau sakit seharusnya menghubungiku, kau tau hanya aku yang bisa kau andalkan sekarang, jika aku tidak mencarimu mungkin kau akan membeku disana"
Mungkin perkataan suga terdengar berlebihan, tapi saat ia tau bahwa jungkook tak ada dirumah dan tak kembali hingga siang, ia sangat khawatir. Ia bahkan memilih membolos latihannya dan pergi mencari jungkook meski ia tau dimana jungkook berada, suga hanya takut jungkook sudah melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri.
"kau demam sejak kemarin…"
Imbuhnya, jungkook mengalihkan pandangannya kearah jendela, cuacanya terlihat cerah dan matahari bersinar hingga cahanyanya membias dijendela balkon, ia tak tau berapa jam ia pingsan, ia melihat jam dimejanya, menunjukkan angka delapan, ternyata dia memang tak sadar seharian.
"kau sudah merasa lebih baik sekarang?"
Jungkook mengedipkan matanya sekali, mengiyakan pertanyaan suga, jungkook tak tau harus apa sekarang, jadi jimin hanya mimpinya? Ia kira itu nyata, sentuhan dan suaranya terasa begitu jelas.
"aku akan mengambil bubur untukmu, tetaplah disini, panggil aku jika kau butuh sesuatu"
Jungkook mengangguk, dan kemudian suga beranjak dari kamarnya.
Dan dalam sekejap kamarnya terasa sangat sepi, seperti biasanya, jungkook mengangkat tangannya untuk memgang pipinya sendiri, bodoh, seharusnya ia tau itu hanya mimpinya, jimin sudah tak ada, ia sudah tak nyata lagi sekarang.
Seberapa rindunya jungkook hingga ia tak bisa membedakan yang nyata dan khayalan, bagaimanapun jungkook tak bisa memisahkan jimin dari kehidupannya, setiap langkahnya, setiap jungkook membuka matanya ia selalu mengingat semua ucapan yang biasa jimin berikan padanya, sorot matanya yang menatapnya dengan hangat, bibirnya yang menyebut namanya dengan lembut, hidungnya yang selalu menghirup wangi tubuhnya dan pelukannya yang selalu memberikan ketenangan.
Jungkook merasa dirinya sudah gila sekarang, ia tak bisa membendung lagi perasaan yang mengendap dihatinya, seberapa kuatpun ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, jimin tetap dengannya meskipun alam mereka sudah berbeda, tapi terkadang rasa rindunya membuat jungkook ingin menyusulnya, mendekap kembali kekasihnya yang sudah ia campakkan itu dan menjaganya.
Ia mulai terisak dan menekuk kedua kakinya, memeluknya dengan tangannya sendiri dan menyembunyikan wajahnya disana, kedua tangannya mencengkram erat kedua sisi bajunya. Ia menangis dengan keras hingga suga datang. Ia buru-buru meletakkan bubur hangat yang ia bawa dan menghampiri jungkook.
"jungkook ah, kau kenapa?"
Tanyanya, tapi jungkook tak menjawab, ia hanya menggeleng dengan keras namun tetap menyembunyikan wajahnya dan terus menangis, membuat suga bingung dan juga panic, suga tak pernah melihat jungkook seperti ini sebelumnya, ia tak tau harus melakukan apa sekarang, yang bisa ia lakukan hanyalah berusaha melepaskan kedua tangan jungkook yang saling mencengkram meskipun sangat kuat.
"jungkook tenanglah, ya! Katakan kau kenapa?"
Jungkook mulai tenang, perlahan ia melepaskan cengkraman tangannya sendiri dan mengangkat wajahnya, memandang suga didepannya, dan suga bersumpah wajah jungkook terlihat kacau saat ini, ia terlihat sangat frustasi dan putus asa.
"hyung…"
Tanpa perlu berkata apapun, suga segera memeluknya dan mengusap kepala jungkook, membiarkan jungkook mengeluarkan perasaanya lewat tangisannya lagi.
"hyung..hyung…"
===BI===
Sosok berambut merah itu berjalan sendirian, menuju pemakaman yang sudah tak jauh lagi didepannya, ia bahkan bisa melihat dari tempatnya sekarang, sudah beberapa jam ia mencari tempat ini, bahkan ia sampai tersesat, ia belum terlalu mengenal seoul, baru beberapa hari ia di korea dan tanpa membuang waktu ia segera mencari yang menjadi tujuannya datang kenegara ini.
Langkah kakinya membawanya masuk ke area pemakaman, ia mengehela nafas, ia masih harus mencari makamnya sekarang, jadi ia melanjutkan lagi langkahnya, dengan tangan yang memegang bunga – bunga krisan.
Tak mudah baginya menemukan makam yang ia cari di tempat seluas ini, ada banyak makam di pemakaman ini, dan ia harus membaca satu persatu nisan – nisan yang ia temui, hingga kemudian langkahnya terhenti didepan sebuah makam.
Nafasnya seakan tertahan sesaat, dan matanya memanas, ia menggenggam erat bunga yang ia bawa, padahal ia sudah mengira ini akan terjadi padanya, tapi tetap saja… melihat makamnya secara langsung seperti ini membuat perasaan sedih dan menyesalnya tiba-tiba meruak, ia roboh, bersimpuh didepan makam itu, bunga yang ia bawa terjatuh begitu saja, ia tak kuasa mengendalikan air matanya, dadanya terasa tiba-tiba sesak melihat potret kecil di nisan itu, berkali-kali ia memukul dadanya setidaknya untuk merdekan sesaknya, namun itu tak berguna sama sekali, ia terisak dan tak mampu berkata apapun sekarang.
===BI===
-TBC-
gue gak tau kalian suka ama sequelnya apa enggak, kalo kalian suka pasti gue lanjut
kalo enggak gue hapus
makasih semua yang udah kasih review di ff gue yang lain, sorry banget gak gue sebutin satu-satu disini
yang pasti kalian yang terbaik
*BOW*
