The Mysterious Boy
Disclaimer:
Final Fantasy series © SQUARE-ENIX
Crescent's Diary © Roanolic
Lucrecia sedang duduk di meja kantornya. Wanita berambut coklat yang bagian atas rambutnya digelung itu sedang menyiapkan barang-barangnya, lebih tepatnya alat-alat kimia seperti kaki tiga, gelas ukur dalam berbagai ukuran, mikroskop, dan semacamnya.
"Karen." Panggil Lucrecia.
"Iya...ada apa?" Jawab seorang perempuan berkacamata yang mengenakan jas bewarna putih, memiliki rambut hitam dan berukuran pendek yang saat ini menghampiri Lucrecia.
"Tolong kau bawakan spesimenku ke sini." Perintah Lucrecia.
"Baiklah." Jawab Karen sambil mengangguk.
Tak lama kemudian Karen membawa spesimen yang diminta Lucrecia.
"Terima kasih. Kau boleh pergi." Kata Lucrecia dengan ramah.
Ternyata spesimen yang dimaksud adalah batu kristal kecil bewarna putih yang ditempatkan pada wadah kecil khusus bahan penelitian. Lucrecia lalu membuka tutup wadah, kemudian spesimen tersebut diletakkan di bawah mikroskop. Dia mengamatinya dengan seksama.
"Sudah sering aku mengamati benda ini...setiap kali kuamati selalu saja indah..." batin Lucrecia. Tak lama, dia melihat ada sesuatu yang bergerak dari batu kristal tersebut.
"Apa ini? ...Ada cahaya yang bergerak..." Lucrecia langsung menulis tentang apa yang dilihatnya di buku catatannya. Tiba-tiba ada suara ketokan pintu.
"Masuk."
Orang itu memasuki ruangan Lucrecia.
"Oh, Vincent. Bagaimana kabarmu?" sapa Lucrecia dengan ramah kepada seorang pria tampan yang mengenakan kemeja bewarna putih yang ditutupi oleh jas bewarna hitam. Dia juga (tentunya) mengenakan celana yang memiliki warna yang sama dengan warna jasnya. Pria itu juga memiliki rambut hitam yang pendek dan cepak.
"Saya baik-baik saja, Ms. Crescent. Hari ini saya bertugas mengantar dokumen-dokumen anda tentang bebatuan kristal." Jawab Vincent.
"Terima kasih. Ngomong-ngomong, panggil aku Lucrecia saja, Vincent.".
Lucrecia memang akrab dengan Vincent, baik di saat bekerja maupun di luar pekerjaan. Vincent menyukai Lucrecia karena dia ramah, namun dia sadar bahwa dia hanyalah asisten Lucrecia saja. Sang peneliti juga menyukai Vincent, karena dia dapat dipercaya dan setia.
"Tapi...saya.."
"Tidak apa-apa, Vincent. Lagipula kita sudah akrab sejak dulu, ya 'kan?"
"...baiklah...Lucrecia-san."
.
Kemudian...
.
Lucrecia dan Vincent sekarang berada di depan kantor penelitian tempat mereka bekerja. Diluar hujannya cukup deras dan tidak banyak orang keluar karena berteduh dari hujan, tentunya.
"Lucrecia-san, tidak apa-apa kalau anda pulang sendiri?"
"Tidak apa-apa, Vincent. Aku sudah bawa payung." Jawabnya sambil membuka payungnya.
"Aku pulang duluan, ya." Lucrecia langsung berjalan pulang.
"Hati-hati di jalan...Lucrecia."
.
.
"Siapa aku...? Aku...adalah dia?...masa?"
.
.
Lucrecia menyusuri jalan menuju rumahnya, namun tiba-tiba dia melihat seorang remaja berambut silver sedang duduk sambil melihat jalan dengan tatapan matanya yang dingin.
Kemudian ada seorang pria yang akan mengganggu anak tadi. Dengan sigap, anak itu menghajar pria tadi dengan kekuatannya. Lucrecia kaget.
"...anak yang misterius..." batinnya.
.
.
"...benar. Aku adalah...Phantom. Oh iya. Aku harus punya nama..."
.
.
Lucrecia lalu memberanikan diri menghampiri anak itu dan memayunginya supaya dia tidak kehujanan.
"Kau tidak apa-apa?" Lucrecia khawatir dengan anak itu.
"Siapa...kau...?"
"Kau kehujanan tadi ya? Nanti kau masuk angin."
"..." Anak tadi menunduk.
"Aku akan mengajakmu ke rumahku. Disana kita bisa berteduh dari hujan dan kau bisa menghangatkan dirimu..."
"Tapi..."
"Tidak apa-apa. Aku menghawatirkanmu."
Akhirnya si anak setuju untuk ikut. Dia sepayung dengan wanita itu untuk menuju rumahnya.
"Omong-omong, namaku Lucrecia. Siapa namamu?". Anak lelaki itu terdiam sebentar, kemudian dia mencoba menjawabnya...
"...Sephiroth..."
A/N: Ehehe, bagaimana fic saya kali ini? ^^ Sebenarnya aku mencoba membuat adegan gimana jadinya kalo Sephy ketemu Lucrecia secara langsung, akhirnya terwujud juga (yay!). Jika ada kesalahan dam penulisan kalimat, jangan malu-malu untuk mengoreksi, ya. ^^
Baiklah, sampai jumpa di chapter berikutnya dan ingat...waspadalah-waspadalah! (Jangan tuntut saya, saya cuman bercanda .) Eh, review. Review please!
