THE WAY

Harry Potter dan seluruh seluk beluknya adalah milik JK Rowling. Namun fanfiction ini adalah buatan saya. No copy paste, no plagiarism.

Warning : modif canon, femHarry, typho bertebaran, dikhawatirkan penulisan ada yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan, ada kemungkinan beberapa tokoh mengalami OOC incidental maupun permanen, diusahakan tidak memunculkan OC, dimungkinkan ada beberapa hal yang kurang pas dikarenakan pengetahuan saya mengenai Harry Potter yang masih sangat minim, cerita kurang menarik dan membosankan, dan lain-lain.


Hermione sudah berada di ujung tanduk dengan tongkat sihir Bellatrix yang menempel ketat di lehernya. Harapan nyaris sudah punah untuk menyelamatkan gadis itu dari tangan sang death eater gila. Namun seperti yang seharusnya terjadi, kebaikan pasti akan menemukan jalan kemenangannya. Di saat situasi sudah terlalu genting, dari atas lampu gantung besar yang berada tepat di atas kepala Bellatrix dan Hermione, terdengar bunyi yang mencurigakan. Semua pandangan mata terarah menuju ke sana, dan mendapati Dobby, sang mantan peri rumah kediaman Malfoy tengah bergelantungan sambil mengendorkan penggantung lampu. Sehingga dalam hitungan detik, benda besar itupun terjatuh dari tempatnya. Jeritan Bellatrix menggema. Serta merta melakukan gerakan refleks yang membuatnya tanpa sadar melepaskan tawanan di pelukannya. Draco yang berada tak jauh dari lokasi tak ayal juga turut menghindar. Lampu pecah berkeping-keping, Ron berhasil menangkap Hermione dan membawanya ke sisi yang aman. Sementara Harry menggunakan kelengahan itu untuk merampas tongkat milik Draco. Jangan remehkan sosoknya yang terlihat lemah, karena nyatanya dalam keadaan terdesak, gadis itu seperti mendapat kekuatan ekstra hingga mampu melakukan satu hal di atas ekspektasinya sendiri.

Draco, entah mengapa menjadi begitu pengecut saat itu. Bahkan saat Harry menggunakan tongkat miliknya untuk menghalau usaha sang ayah, Lucius yang berusaha untuk menghentikan langkah Harry dan kawan-kawannya, ia tetap hanya bisa diam di tempatnya. Namun saat melihat Dobby, mantan peri rumahnya mengambil tongkat milik ibunya, entah bagaimana keberanian Draco mendadak sedikit demi sedikit muncul. Ketakutannya akan kemarahan Dark Lord pada kedua orang tuanya membuat kenekatannya mengalahkan semua sikap pengecut yang selama ini terlalu sering membelenggunya. Pemuda itu berjalan mengendap, begitu perlahan hingga tak seorangpun mendeteksi pergerakannya lantaran perhatian mereka terpusat pada Dobby yang tengah beradu argumen dengan Bellatrix, serta Harry Potter dan teman-temannya.

Hingga saat Dobby sudah siap berapparate dan semua yang harus ia bawa pergi sudah berpegangan kepadanya, secepat itu pula mendadak Draco melompat untuk turut serta dalam rombongan kecil itu. Tidak banyak yang menyadarinya, bahkan Bellatrix tidak siap untuk menahan diri melemparkan belati kecilnya hingga tersedot dan ikut berpindah lokasi.

Xxxxxx

Mereka terdampar di atas pasir, di tepi pantai dengan ombak yang tenang. Mereka tiba di sana dalam posisi yang terpencar.

Harry berusaha bangkit. Susah payah gadis itu untuk mencoba berdiri, mengabaikan perasaan tidak nyaman dan shock yang masih menghinggapi tubuhnya. Kekhawatiran akan keselamatan sahabat-sahabatnya jauh lebih besar. Gadis itu lantas memandang berkeliling, memanggil nama dua sahabat terbaiknya, Hermione dan Ron. Memastikan kondisi keduanya baik-baik saja.

Menemukan Hermione dan Ron dalam keadaan selamat membuat gadis itu merasa lega. Namun perasaannya mendadak berubah saat sebuah suara lemah memanggil namanya. Suara Dobby terdengar menahan sakit. Sebuah luka menembus lengannya dan mengakibatkan darah segar membasahi pakaian lusuh peri itu. Beruntung, bukan dadanya yang tertembus, sehingga luka yang ditimbulkan tidak berujung pada kematian yang cepat. Namun tetap saja, jika tidak segera ditangani akibatnya akan sangat fatal.

Harry begitu panik. Ia membaringkan Dobby yang terlihat sangat kesakitan dalam pangkuannya dan meminta dittany kepada Hermione, ramuan yang sama yang bisa menyembuhkan luka Ron beberapa waktu yang lalu. Tapi Hermione menggeleng pelan. Rupanya ia kehilangan tas berpeluas miliknya saat tertangkap oleh para pelahap maut.

Tiba-tiba Luna dan Mr Ollivander menghampiri Harry yang masih memangku Dobby dalam kondisi kebingungan melihat keadaan Dobby.

"Harry, Hermione, Ron, kami menemukan sesuatu!" pekik gadis yang biasanya begitu kalem itu. Seketika semua penadangan menuju kepada Luna.

"Draco Malfoy, dia ada di sana!" sambung Luna sambil menunjuk sosok yang tergeletak di atas pasir berjarak sedikit jauh dari tempat mereka berada saat ini.

"Dobby, tahan!" peri rumah itu mengangguk perlahan saat Harry menyobek bagian bawah blus yang ia kenakan, kemudian membalutkannya pada lengan Dobby. Membuat peri itu meringis menahan sakit.

"Tolong jaga Dobby sebentar," Harry berlari kecil menghampiri sosok yang Luna katakan sebagai Draco Malfoy itu. Dan benar saja, Harry dapat memastikan bahwa itu memang Draco Malfoy. Pemuda itu terlihat menahan sakit yang teramat dan dengan jelas terlihat sebuah belati menancap di perutnya.

Draco yang terbaring kesakitan memang terlihat sama sekali tidak berbahaya, namun Harry tidak mau lengah. Kewaspadaan tetap yang utama baginya, demi keselamatan semua orang. Harry tanpa ragu mengacungkan tongkat milik Draco tepat di muka pemiliknya, membuat wajah Draco terlihat semakin pucat.

"Potter," gumamnya lemah.

"Kau mau membunuh musuhmu yang sedang sekarat?" lanjut Draco sambil perlahan mencabut belati itu dari perutnya dan membuat darah mengucur semakin deras disertai erangan tak tertahan pemuda itu. Harry sebenarnya sedikit ngeri dengan aksi Draco, tapi sekali lagi, ia tidak boleh lengah.

Bibir Draco bergetar hebat. Pemuda itu merasakan matanya berkunang dan semua semakin menggelap. Namun sebelum kesadarannya benar-benar lenyap, ia sepat mengucapkan sesuatu,

"Dittany, ambilah di kantung celanaku," ucap pemuda itu lemah sebelum kemudian benar-benar tak sadarkan diri. Harry masih tidak terlalu mengerti dengan keadaan itu. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah mengecek kondisi Draco, apakah pemuda itu benar pingsan atau hanya berpura-pura untuk mengalihkan perhatiannya.

Harry menggolekkan bahu Draco, namun tidak ada reaksi, berganti ke pipi pucat itu, Harry beberapa kali menepuknya ringan, namun tetap sama, tidak ada reaksi. Akhirnya gadis itu menyimpulkan bahwa Draco memang pingsan karena kesakitan dan mungkin kehilangan banyak darah.

Menimbang sebentar langkah apa yang akan dilakukannya, Harry memutuskan untuk membuktikan ucapan sang pelahap maut muda. Ia meraba kantung celana Draco dan menemukan sebuah botol kecil yang Harry yakini kemungkinan besar adalah dittany yang dimaksud oleh Draco.

"Dia tidak bohong, tapi tetap saja kau yang harus mencoba ramuanmu ini dulu, siapa tahu ini bukan dittany asli," gumam Harry perlahan, kemudian dengan perasaan sedikit ngeri meneteskan cairan berwarna cokelat itu pada luka di perut Draco.

Xxx

"Kau yakin akan merawat dia?" tanya Ron masih tak percaya dengan keputusan sepihak Harry yang ia rasa akan sangat merugikan mereka. Selain merepotkan dan menghambat gerak langkah mereka, pemuda berambut merah itu sangat tidak yakin dengan sang pelahap maut. Bagaimanapun Malfoy adalah pendukung Dark Lord, siapa tahu ini adalah taktik Dark Lord untuk memata matai pergerakan mereka?

Tidak ada jawaban verbal dari bibir tipis seorang Harry Potter. Hanya sebuah anggukan ringan disela gerak tangannya yang terampil saat membalut dan membersihkan darah yang sudah mengering di perut Draco Malfoy.

Ron mendesah panjang. Hermione menepuk bahunya, mencoba menenangkan sang kekasih yang sedang menahan berat emosinya. Iapun sebenarnya tak pernah setuju dengan kehadiran Draco Malfoy di tengah perjalanan maut mereka ini, tapi apa boleh dikata, jika 'The Girl Who Lives' memang sudah yakin akan hal ini, mereka berdua tidak punya banyak pilihan selain mendukung.

"Kurasa dia akan berguna," ucap Harry sekedar meyakinkan semua orang yang ada di tempat itu agar sudi menerima keputusannya dengan ikhlas. Karena nyatanya Harry mempunyai firasat bahwa keberadaan Draco bersama mereka saat ini memang kelak bermanfaat bagi mereka semua.

"Draco Malfoy, sebenarnya dia anak yang baik," ucap Dobby sambil memandang ke arah Draco yang masih terbaring tak sadarkan diri. Semua yang ada di sana mendadak memfokuskan perhatian ke arah peri rumah itu.

"Sayang, ayahnya terlalu mengekang hidupnya, sehingga dia tidak mempunyai banyak pilihan," lanjut Dobby.

"Tapi, bukankah kau sangat membenci Malfoy, Dobby?" tanya Harry bingung.

"Tidak Harry Potter. Itu hanya di luar saja. Agar tidak ada yang mencurigai kedekatakan hubungan kami, termasuk kedua orang tuanya," peri rumah itu bangkit dari duduknya dan perlahan mendekati tempat Draco berbaring, lalu mengelus rambut pirangnya perlahan.

"Dobby sebenarnya sangat menyayangi Draco Malfoy, sama seperti Dobby menyayangi Harry Potter dan teman-teman yang lain," lanjutnya dengan suara lemah dan begitu menyayat.

Shell Cottage, kediaman pasangan pengantin baru Bill Weasley dan Fleur Delacour selama beberapa saat disergap keheningan. Tidak ada yang bersuara selain Dobby yang masih terisak di tempatnya. Kemungkinan semua orang di sana sedikit terkejut dengan kenyataan yang tidak mereka sangka itu. Termasuk Harry yang sesaat mencoba menggali ingatannya, membuktikan kebenaran ucapan Dobby yang barusan didengarnya.

Harry menghela nafas panjang, gadis itu beranjak dari duduknya setelah ia rasa perawatan pada luka Draco sudah dianggapnya cukup. Ia kemudian menghampiri Bill dan Fleur yang berdiri tak jauh dari kursi yang ia duduki.

"Di mana Goblin itu?" Harry berucap pelan namun terselip aksen tegas di dalamnya. Bakat alami yang mampu membuat semua orang benar-benar menghargainya lebih dari pahlawan dunia sihir. Ia dianggap mampu menjadi pemimpin mereka untuk tetap menjaga dan memastikan bahwa kebaikan akan menemukan jalan untuk menang.

"Mari kuantar!" Bill Weasley berjalan memimpin, diikuti Harry, Ron, dan Hermione di belakangnya. Mereka berempat berjalan menuju sebuah ruangan lain yang lebih kecil.

Goblin yang dimaksud terlihat tengah duduk tenang, meskipun raut wajahnya dipenuhi kegusaran yang luar biasa dan segores luka terlihat membekas di pipi kasarnya. Ia menoleh saat mendengar derap lagkah mendekat ke arahnya, juga suara daun pintu yang dibuka perlahan.

"Harry Potter," ucapnya perlahan saat melihat Harry dan rombongannya memasuki ruangan tak terlalu luas yang sudah menampungnya sejak beberapa jam lalu.

"Aku butuh bantuanmu," ucap Harry to the point, tanpa melihat kelanjutan ekspresi goblin itu.

Sebuah diskusi tentang kemungkinan memasuki Gringotts, tepatnya brankas milik salah satu dedengkot pelahap maut, Bellatrix Lestrange yang dicurigai sebagai tempat menyimpan salah satu Hocrux milik Voldemort. Griphook, nama goblin itu, seperti umumnya goblin-goblin yang lain, mempunyai sifat tamak berlebih, dan Harry sangat menyadari hal itu. Entah apa yang dia inginkan, namun topik pedang Gryffindor yang tengah bersandar di salah satu dinding ruangan nampaknya cukup menarik atensi makhluk itu. Sesekali Harry bahkan melihat kilatan posesif di mata Griphook saat sekilas memandang pedang tersebut. Sebuah diskusi panjang hingga Griphook setuju mengantarkan mereka untuk menyusup ke brankas Bellatrix, dengan imbalan pedang Gryffindor. Penawaran yang cukup berat untuk Harry.

Ketiganya keluar dari ruangan itu. Melanjutkan diskusi sesaat dan memutuskan untuk menemui salah satu orang penting yang sangat ingin mereka mintai penjelasan, terkait tongkat Elder yang punya kekuatan luar biasa, yang kini berada di tangan Voldemort. Siapa lagi jika bukan sang ahli tongkat sihir, Mr Ollivander yang mereka tempatkan di kamar lain dalam Shell Cottage.

Pria tua itu sedang terduduk di sudut ruangan saat ketiganya datang. Harry menyapanya, lalu menanyakan mengenai dua tongkat yang ia bawa, yang secara luar biasa dapat diungkapkan bahwa kedua tongkat itu adalah milik Bellatrix dan Draco, menunjukkan keahlian si pembuat tongkat yang tidak main-main. Pembicaraan menjadi lebih serius saat Harry menanyakan tentang tongkat Elder dan tanda yang akhir-akhir ini menyita perhatian mereka. Sedikit informasi tentang hubungan tongkat Elder dan tanda itu serta peringatan tentang kekuatan Dark Lord yang akan sangat mengerikan saat memegang tongkat Elder di tangannya menjadi hasil pembicaraan mereka.


Bersambung

Ini mungkin semacam preview.

Mohon review.

Thank you.

See you.