Part 1

"Jangan mendekat! Aku tak ingin kau terluka…"

"Aku juga tidak ingin kau terluka! Ijinkan aku untuk melindungimu juga.."

Aku tahu dia mengawasiku, sejak ada pesan aneh di RFA messenger dia bilang kalau apartemen ini diawasi menggunakan CCTV. Dia mengawasiku? Fakta tersebut membuatku gugup.

"Hah…" aku mendesah, "Kuatkan dirimu Rheina,"

Aku pergi ke dapur untuk memasak makan siang, pasta saus teriyaki menjadi pilihan karena aku sedang malas memasak. Aku makan sambil mengerjakan tugas kuliah di meja, mencari tempat kosong karena aku sudah diperingatkan untuk tidak menyentuh file-file yang ada di apartemen ini.

"Ugh…" apa ini! Rasanya mual. Aku mengecek bungkus pasta. Masih jauh dari tanggal kadarluarsa. Tapi kenapa rasanya perutku tidak enak!

Aku langsung lari ke kamar mandi dan memuntahkan isi mulut. Rasanya menjijikan dan tidak enak. Aku mencari obat di kotak P3k tapi kosong. Pasta yang baru sedikit termakan aku buang di tempat sampah. Mengalihkan peringatannya kalau aku tidak boleh memakan junk food, aku membuka sebungkus Buddha honey butter chip dan dr pepper untuk makan malam. Kali ini perutku tidak memprotes.

"Ah… email dari tamu," aku melihat layar handphoneku menyala.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Hei luciel, kau tidak ingin melihat ini?" tanya vanderwood sambil tetap mengawasi layar monitor.

"Ada apa?" luciel berpaling dari pekerjaannya untuk melihat layar yang sama lalu tertawa, "Sudah kubilang untuk makan sesuatu yang sehat,"

"Bukan itu," gerutu vanderwood. "Coba kau putar rekaman CCTV beberapa menit yang lalu."

Luciel menurut, dia segera memutar ulang rekaman CCTV untuk mengecek. Terlihat seorang gadis memakan sebuah pasta di meja. Tak berapa lama gadis tersebut menutup mulut seraya berlari ke dapur mengecek sesuatu di tempat sampah. Detik selanjutnya pergi ke kamar untuk beberapa menit.

"Racun? Sepertinya bukan," tebak luciel kalut. Tapi dia melihat gadis tersebut memakan butter chip dengan riang seraya mengecek handphone. "Dia terlihat baik-baik saja. Apa yang terjadi?"

"Kau tidak ingin menemuinya?" tanya vanderwood.

Luciel menatap tak percaya, "Kau mengijinkanku menemuinya? Kau benar-benar Vanderwood, kan?"

Vanderwood mendelik, "Baiklah kalau kau tidak mau. Cepat selesaikan pekerjaanmu!"

Luciel langsung menyambar handphone, "Sampai nanti!" dia langsung menuju mobil Lamborghini putih favoritnya. Mobil langsung menuju dengan kecepatan tinggi.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Rasanya badanku jadi aneh. Pastanya tadi adalah hadiah bonus saat aku membeli budha honey butter chip, harusnya tidak apa-apa.

"Hah… sejak awal aku juga tidak suka pasta, mungkin karena itu," meski sudah meminum dr pepper, aku beranjak ke kulkas untuk mengambil air putih. Saat itulah badanku tiba-tiba kehilangan tenaga. Beruntung tanganku sigap memegang meja. "A apa yang terjadi?"

Handphone di meja kerja tiba-tiba berbunyi, aku melihat 707 di layar, "Luciel?" cepat-cepat aku mengambil handphone dan mengangkatnya. "halo?"

"Dewa 707 memanggil pelayannya dengan cepat!"

"Wahai dewa 707, hamba siap melayani anda…" ugh… kepalaku…. Dengan cepat menjejakkan tangan untuk menjaga badanku.

"He hei… apa yang terjadi?" suara luciel terdengar panik. Dia pasti melihatku limbung. Samar-samar aku bisa mendengar deru mobil. Dia sedang pergi kemana?

"Tidak apa-apa, aku hanya merasa pusing," jawabku menenangkan. "Ada perlu apa dewa 707 memanggil hamba?"

Luciel tertawa kecut, apa dia marah? "Aku tidak sedang bercanda. Apa yang terjadi?"

Aku tidak pernah bisa berbohong kepadanya, "Aku tidak tahu, setelah makan pasta beberapa suap rasanya mual. Pastanya sudah aku buang jadi aku hanya makan cemilan saja."

"Tanggal kadar luarsa?" tanya luciel.

"Emmm… masih dua tahun lagi." jawabku mengingat-ingat. "lagi pula itu hadiah gratis karena aku membeli budha honey butter chips,"

"Tidak ada promo itu! Kau ditipu!" teriak luciel kembali panik. "Dimana kau membelinya? Seperti apa kasirnya? Tsk! Sial!"

Aku bisa mendengar suara mobil menderu lebih kencang. "Aku beli di minimarket dekat apartemen kok," ugh.. kepalaku pusing lagi… luciel… "Luciel?" tak ada jawaban. Aku melihat layar handphone, masih tersambung.

"Ting tong!" tiba-tiba bel apartemen berbunyi.

Aku berjalan perlahan menuju pintu, "Siapa?" apakah Luciel datang kesini?. Aku menurunkan handphone dari telinga tapi tidak mencoba memutus hubungan telepon.

Hening tidak ada jawaban.

"Luciel?" tanyaku sambil membuka pintu. Tapi siapa orang ini? Rambutnya putih, memakai baju merah dibalut jaket kulit hitam. Tatapan matanya dingin dan penuh kebencian. "Si siapa kau?"

"Hai Rheina.." sapa orang tersebut riang. "Aku bilang aku akan secepatnya datang menemuimu, kan?"

"Ka kau…" aku mencoba-coba mengingat apa maksud orang ini. Ah… pesan aneh itu. Dia yang menyuruhku datang ke apartemen Rika. Tapi.. kenapa wajahnya berbeda dari foto yang dikirim kepadaku? "Siapa kau? Kau berbeda dari foto yang kau kirimkan kepadaku."

"Aku hanya memilih salah satu foto dari google," orang ini tersenyum licik. "Seharusnya sebentar lagi bekerja,"

"A apa maksudmu?" tanyaku bingung. Beberapa detik kemudian kepalaku terasa pening, tubuhku kehilangan keseimbangan. Dengan sigap orang tersebut menangkap tubuhku sebelum jatuh. Handphone di tangan terjatuh.

"Rheina apa yang terjadi?" Luciel terdengar panik.

Aku tak punya tenaga untuk menjawab atau bahkan mengambil handphone tersebut. Luciel… tolong aku..

Laki-laki ini mengambil handphone, wajahnya memancarkan kesenangan yang meluap-luap. "Saat ini Rheina tidak bisa menjawab telepon darimu,"

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada Rheina?"

"Hmmm… sebut saja aku hacker yang menyuruh Rheina datang ke tempat ini." Dia tertawa keras penuh kemenangan.

"Apa maumu sebenarnya?" tanya Luciel dingin. "Kalau kau sampai menyakiti dia. Aku bersumpah akan memburu dan membunuhmu."

"Kau berani?" tantang si hacker.

"Kyaaaa!" tiba-tiba dia menarik tubuhku dengan kasar. Gawat… pandanganku semakin kabur. Luciel…

"Kau…"

"Ahahahaha!" si hacker tertawa puas. "Kuberikan kau kesempatan untuk berpisah. Tubuhnya sebentar lagi akan tak berdaya karena racunku." Dia meletakkan handphone di telingaku. "Bicaralah!"

"Rheina? Tenanglah.. aku akan segera menyelamatkanmu.. maafkan aku Rheina.." gumam Luciel.

Suara Luciel terdengar sedih. Dia pasti merasa bersalah. "Dewa 707… pelayanmu… siap melayani… Luciel… aku…"

"Aku akan menghancurkannya jika kau tidak menuruti perintahku!" si hacker langsung memotong pembicaraan.

"Apa maumu?" tanya Luciel.

To be continued