Nagisa, namanya adalah Nagisa Shiota.
Anak laki-laki bersurai biru panjang yang terikat dua, warna matanya senada dengan rambutnya.
Wajahnya terlalu manis untuk ukuran anak laki-laki, tubuhnya mungil dan ramping, banyak yang mengira bahwa dia anak perempuan, karena bukan hanya wajahnya yang menipu suaranya pun juga.
Tetapi bukan berarti semua yang ada di dalam dirinya membuat dirinya menarik perhatian orang sekitarnya, tidak.
Tidak seperti itu, disekolahnya Nagisa tidak lebih dari sekedar siswa biasa.
Nilai mata pelajarannya tidak terlalu bagus untuk dibanggakan, dirinya juga tidak pandai dalam kelas olahraga, oh tidak! Nagisa tidak terlalu pandai diberbagai kelas dan pelajaran.
Sikapnya terlalu kalem dan lembut, tidak pernah berbicara duluan jika tidak ada yang mengajaknya berbicara. Temannya pun bisa dihitung dengan jari, Sugino Tomohito, dan Kayano Kaede lihat? Bahkan mungkin itu hanya anggapan sebelah pihak.
Tetapi dirinya selalu menatap anak laki-laki bersurai merah yang bernama Akabane Karma.
Karma adalah siswa terpintar disekolahnya walaupun dia suka membolos dan sangat jahil terhadap teman-teman serta guru-gurunya, atau mungkin itu bukanlah kejahilan namanya.
Karma terlalu cuek, walaupun begitu banyak yang ingin berteman dengannya. Banyak juga gadis maupun anak laki-laki berwajah manis menyukai dirinya, bahkan setiap harinya Karma akan mendapatkan bentou dari penggemarnya.
Padahal sikap dan sifat Karma seharusnya tidak mendapatkan pujaan, tetapi karena dirinya pintar dan ahli dalam beladiri membuat dirinya disukai banyak orang. Dirinya memang tampan, tapi dia suka bertindak seenaknya.
Nagisa tidak pernah menyukai sikap Karma, tetapi terkadang pipi Nagisa akan bersemu hanya dengan memikirkan Karma.
Seperti sekarang ini, pipi putihnya bersemu secara tiba-tiba saat tersadar bahwa dia memikirkan Karma.
"Nagisa shiota!! "
Dirinya tersentak saat namanya dipanggil.
"N-ne Karasuma sensei? "
Semua teman sekelasnya melihatnya tak terkecuali Karma, oh apa aku lupa bilang jika Karma dan Nagia satu kelas? Ya sekarang kalian tau kalau mereka satu kelas.
"Giliranmu! "
"Giliranku? "
Jawab Nagisa membeo.
Dia tidak tau apa yang dimaksud dengan kata 'giliranmu', wajah polosnya yang lucu membuat semua anak kelas tertawa, begitu juga dengan Karma, walaupun tersenyum tipis tidak bisa disebut tertawa.
"Kau tidak memiliki kelebihan apapun dalam bidang olahraga, dan kini kau melamun saat pelajaran berlangsung? Lari 20 putaran lapangan ini sekarang juga! "
Nagisa hanya terdiam dan menatap Karasuma sensei dengan horror. Sedangkan teman-teman sekelasnya tertawa kecil saat melihat si manis Nagisa dihukum.
Nagisa hanya bisa lari dengan terburu-buru saat melihat tatapan tajam Karasuma sensei.
Nafasnya terengah-engah, dua puluh putaran lapangan sekolah yang cukup besar, tentu saja akan membuat siapapun yang terkena hukuman itu kelelahan. Apalgi yang terkena hukuman adalah Nagisa yang jelas-jelas tidak terbiasa dengan apa yang dinamakan olahraga.
"Karena kebodohanmu, kau kena hukum! Apa yang tengah kau pikirkan memangnya? "
Kayano, gadis berambut hijau yang menjadi salah satu temannya.
"Tidak ada, Kayano-san membawakan aku minuman kan? Aku haus sekali... "
"Sayangnya aku tidak membawa apapun kemari, kau tau sendiri jika aku juga habis berolahraga dan minuman ku sudah habis, dan juga aku terlalu pemalas untuk membeli minuman dikantin. "
Nagisa tersenyum.
"Sayang sekali yaa, padahal aku haus sekali, tapi tidak apa-apa terimakasih karena sudah mengkhawatirkanku. "
Setelahnya, dengan langkah gontai Nagisa berjalan menuju kelasnya untuk mengambil minumannya.
Kalian lihat sendiri kan? Itulah yang kumaksud dengan teman sepihak.
"Yo Nagisa-chan! "
Seorang anak laki-laki dengan rambut coklat pirang menghampirinya, Nagisa langsung mempercepat langkahnya setelah tau siapa yang memanggilnya.
"Hei! Kenapa kau melarikan diri dariku? "
Nagisa menghela nafas saat dirinya tersadar jika usaha melarikan dirinya sia-sia. Nagisa sedikit risih saat tangan kekar anak laki-laki itu bertengger manis dibahunya.
"Aku tidak menghindarimu kok Terasaka-kun, aku hanya ingin buru-buru kekelas untuk mengambil minum, aku haus sekali. "
Jawabya berbohong, sebenarnya Nagisa tidak sepenuhnya berbohong. Karena dirinya benar-benar haus.
"Kau bisa meminta minumanku kalau kau mau, lihat? botol minumanku masih terisi. "
Nagisa melihat botol minuman Terasaka dengan was-was, bukan apa-apa Terasaka itu anak nakal, sudah sangat wajar jika Nagisa curiga padanya.
"Aku yakin sekali jika aku tidak memasukan apapun kedalamnya, jadi kau bisa meminumnya. "
"Benarkah? "
Itu bukan Nagisa yang menjawabnya, tetapi anak laki-laki bersurai merah bernama Karma lah yang mengatakannya.
"Kalau begitu biar aku saja yang meminumnya, kebetulan sekali aku haus. "
Nagisa melepaskan rangkulan Terasaka, dan menatap Karma dan juga Terasaka secara bergantian.
"E-etto, tapi ini untuk Nagisa. "
Nagisa tau kalau Terasaka nampak gugup, tapi dia tidak tau apa alasannya.
"Heee? Jadi maksudmu tidak ada yang boleh meminum ini kecuali Nagisa? Begitukah? "
Dan wajah Terasaka semakin pucat, entah apa yang membuat wajahnya pucat.
"Aku jadi ragu, kalau apa yang kau katakan tadi itu benar. "
Kini Nagisa mengerti, apa alasan dari pucatnya wajah Terasaka. Tak mau memperpanjang masalah Nagisa terburu-buru menggeleng dan setelahnya tersenyum.
"Aku yakin Terasaka-kun tidak berbohong tadi, Karma-kun tidak baik mencurigai orang seperti itu! Uhm... Terasaka-kun arigatou ne, tapi menurutku lebih baik jika aku meminum air minumku, jaa ne! "
Setelahnya Nagisa melanjutkan jalannya menuju kelas, menyisakan Terasaka dengan wajahnya yang bersemu merah dan Karma yang tersenyum tipis.
Seharusnya Nagisa sudah pulang dari sejam yang lalu, tetapi itu akan terjadi jika saja rantai sepedanya tidak terlepas dari tempatnya.
Entah bagaimana caranya rantai sepedanya itu bisa terlepas dari tempatnya, Nagisa yakin ini semua kerjaan anak-anak iseng yang suka sekali mengerjai orang lain, seperti Karma misalnya.
Tidak mau berburuk sangka, Nagisa buru-buru menghilangkan pemikiran seperti itu.
Kini Nagisa tengah mencoba untuk memperbaikinya, tetapi telah satu jam juga dirinya mencoba tanpa hasil. Nagisa tidak tau kalau memperbaiki rantai sepeda yang terlepas sesulit ini, belum lagi ditambah oli dari sepeda yang sedikit mengotori tangannya, meski Nagisa menggunakan batang kayu untuk memperbaikinya.
"Nagisa ada apa? "
Suara orang yang sangat ia kenal menginterupsi kegiatannya.
Sugino Tomohito, saat ini dia sudah berganti pakaian dengan seragam club baseball. Nagisa tersnyum saat melihat Sugino, semoga saja Sugino mau membantu dirinya.
"Rantai sepedaku terlepas entah bagaimana caranya, sudah sejam yang lalu aku mencoba untuk memperbaikinya, tapi sepertinya aku tidak bisa. Sugino-kun bisa bantu aku memperbaikinya? "
Nagisa menangkupkan tangannya bukti bahwa dia membutuhkan pertolongannya.
"Aku bisa memperbaikinya, tapi sayang sekali mengingat saat ini aku menggunakan seragam baseball, jadi aku tidak ingin mengotori seragamku. "
Selalu seperti ini, orang-orang yang ada disekitarnya akan berfikir dua kali sebelum menolongnya. Padahal Nagisa yakin sekali bahwa dia selalu membantu sesama, tetapi kenapa dia tidak pernah merasa bahwa dirinya dibantu oleh orang lain.
"Tidak apa Sugino-kun, aku bisa menuntun sepedaku sampai kerumah. "
"Nagisa! "
Baru saja Nagisa akan menuntun sepedanya, tetapi seseorang lagi-lagi menginterupsi kegiatannya.
"Eh? Karma-kun ada apa? "
Orang itu adalah Karma, yang kini tengah menaiki motor ninjanya.
"Rantai sepedamu terlepas? "
Nagisa hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Kalau begitu bagaimana jika kita pulang bersama? Kebetulan sekali rumah kita searah. "
Nagisa nampak berfikir, dia tak melihat kalau Karma membawa helm lagi, dia takut jika nantinya dia dan Karma akan berurusan dengan polisi jika dirinya tidak memakai helm.
"Tapi Karma-kun tidak membawa helm lagi, bagaimana jika nantinya kita berurusan dengan polisi? "
"Aku punya, aku meninggalkannya dicafetaria dekat sekolah. "
"Souka? Bagaimana dengan sepedaku? "
"Nagisa tenang saja, besok aku akan menjemputmu, biar sepedamu disini saja. "
Akhirnya Nagisa memutuskan untuk menerima tawaran Karma.
Kini mereka tengah berada dijalan yang ramai, setelah tadinya mereka pergi ke caferaria dekat sekolah untuk mengambil helm yang Karma katakan sebelumnya.
Tak ada yang bersuara selama perjalan berlangsung, keduanya menikmati perjalan. Hanya ada suara bising motor dan juga hembusan angin yang kencang.
Hingga akhirnya Karma membuka suara untuk pertama kalinya.
"...mu Nagisa"
Suaranya terputus, Nagisa tidak bisa mendengar suara Karma dengan jelas, karena suara hembusan angin yang begitu kencang. Maklum saja Karma mengendarai motornya begitu cepat.
"A-apa? Kau mengatakan apa? "
Nagisa terpaksa mempersempit jarak diantara dirinya dan Karma supaya dirinya bisa mendengar apa yang dikatakan Karma.
"Aku... ...mu Nagisa. "
Lagi-lagi suara Karma tidak terdengar, suaranya begitu pelan sedangkan angin begitu kencang.
"Maaf tapi aku tidak bisa mendengarmu. "
Tiba-tiba saja Karma menghentikan laju motornya, hal itu membuat Nagisa bingung dengan apa yang Karma lakukan.
"Aku... "
Ada jeda, walau terlampau pelan namun Nagisa masih bisa mendengarnya.
"Menyukaimu Nagisa. "
Terkejut? Tentu saja.
Nagisa bingung harus mengatakan apa sebagai balasan dari pernyataan Karma.
"A-apa alasannya? Kita bahkan tidak terlalu akrab. "
Nagisa menatap punggung Karma, mau bagaimana lagi? Posisi mereka masih diatas motor.
"Tidak ada, aku rasa tidak ada alasannya. Tapi, aku suka melihat Nagisa. "
Nagisa bingung, dia tidak dapat mencerna apa yang Karma katakan.
"Nagisa terlihat sangat manis saat tersenyum, aku suka melihatnya! Aku suka melihat Nagisa saat Nagisa mencatat semua yang dikatakan Koro-sensei, aku suka melihat bagaimana cara Nagisa membuka kamus bahasa inggris saat pelajaran Irina-sensei berlangsung, aku suka melihat wajah Nagisa memerah secara tiba-tiba, bagiku mungkin itu alasanku menyukai Nagisa. "
Nagisa bingung mau berekspresi seperti apa sekarang, terharukah? Sedihkah? Atau bahagia? Entahlah.
Apakah Nagisa harus terharu karena akhirnya ada seseorang yang memperhatikan dirinya, atau dia harus Bahagia karena pernyataan Karma, atau mungkin dirinya harus sedih karena dari sekian banyak orang, kenapa harus Karma yang memperhatikannya? Kenapa tidak Isogai-kun sang ikemen kelas atau mungkin Maehara-kun si playboy kelas, kenapa harus Karma? Si setan merah yang suka menindas orang lain.
"Mungkin Nagisa tidak tau, tapi aku selalu melihat kearahmu. Memperhatikan bagaimana dirimu bersemu secara tiba-tiba dan menggerutu setelahnya. "
"Aku suka Nagisa, jadi apa balasannya? "
Dan kini Karma meminta jawaban darinya.
"Entahlah Karma, dirimu selalu saja menindas orang lain, bertingkah seenaknya dan tidak mau mendengarkan perkataan sensei. Tapi walau begitu, namamu masih ada diurutan pertama. Aku kesal saat melihat namamu di urutan pertama, aku tidak suka melihat dirimu tetap memiliki banyak teman meski kau suka menindas, karena rasa tidak suka ku pada dirimu membuatku terus memikirkanmu, dan setelahnya wajahku memanas saat tersadar jika aku memikirkan dirimu. "
"Huaaa Karma-kun!! "
Nagisa refleks memeluk Karma, saat Karma melajukan motornya dengan sangat cepat.
"AKU SENANG SEKALI!! TERNYATA NAGISA JUGA MERASAKAN APA YANG KURASAKAN!! "
Karma berteriak begitu keras, Nagisa yang mendengarnya bersemu.
Karena pada dasarnya keduanya saling memperhatikan tanpa mereka sadari.
END
Hello! i'm here, kini Ran pun berlayar diffn :'v, semoga kalian suka dengan pair ini /\
Ps : disini Ran memakai sudut pandang orang ketiga jadi kalau nanti nemu kata 'aku' itu adalah penggambaran Ran atau author.20 March 2018see you!
