Pairing : Meanie couple

Rated : T

Genre : Romance *maybe

Disclaimer : Mereka sendiri, orang tua, Pledis Ent. Yang pasti sih Tuhan Yang Maha Esa. Saya menggunakan nama mereka hanya untuk kepentingan cerita tidak kurang dan tidak lebih. Kalo lebih boleh juga sih #plak. Jika ada kesamaan cerita itu hanya kebetulan semata/?

Warning : BxB, OOC, bahasa amburadul, tidak sesuai EYD, cerita pasaran/?, alur kecepetan dll. Masih banyak kayaknya.

-PPINE-

Seorang namja tampan berjalan santai memasuki kelas dengan tangan kiri membawa setangkai mawar putih dan sepucuk surat.

"Yo Min. kau dapat lagi? Kali ini apa?" Tanya namja berwajah blasteran yang diketahui memiliki nama Hansol itu.

"Oh ini" Mingyu mengangkat benda di tangannya.

"Mawar putih. Dan seperti biasa sepucuk surat ." Ucap Mingyu sembari mendudukkan dirinya dengan nyaman. Dibukanya surat berwarna biru muda itu, mengeluarkan kertas putih di dalamnya dan mulai membaca. Mingyu tersenyum melihat deretan huruf didepannya.

"Apa isinya Min?" Tanya namja pirang bermata sipit penasaran. Mingyu memasukkan kembali kertas di tangannya ke dalam amplop.

"Kali ini kalian tidak perlu tahu." Jawab Mingyu.

"Ya kau pelit sekali Min." keluh Soonyoung namja pirang yang baru saja bertanya.

"Benar pelit sekali kau Min, biasanya juga kita kau beritahu." Tambah Junhui. Mingyu hanya tersenyum mendengar gerutuan teman-temannya.

"Ya biarkan saja. he have privacy bro." ujar Hansol membela Mingyu.

"Berhenti menggunakan bahasa inggris." Hansol hanya menghendikkan bahunya mendengar ucapan Junhui yang diamini Soonyoung.

Ya bisa kalian tebak kalau Mingyu punya secret admirer. Sudah 1 minggu ini ia mendapati surat di lokernya yang tidak jelas siapa pemberinya *namanya juga secret admirer kalau dikasih tahu mah fans namanya. Hanya terdapat tulisan yang berisi kata-kata manis untuk Mingyu, dengan kalimat manis tersebut bisa dipastikan kalau orang yang memberinya surat sangat menyukai Mingyu.

Mingyu menatap bunga di tangannya, menerawang seperti apakah orang yang 1 minggu belakangan ini memberinya surat dan terkadang dengan setangkai bunga yang ditempel di pintu loker miliknya. Awalnya ia sedikit terganggu dengan ini, tapi entah kenapa lama kelamaan ia mulai terbiasa. Diletakkannya bunga beserta suratnya ke dalam loker meja ketika melihat Lee saem memasuki kelasnya. Pelajaran pun dimulai untuk 3 jam kedepan.

KRING!

Bel istirahat berbunyi membuat beberapa murid menghela nafas 'akhirnya'.

"Ayo ke kantin." Ajak Soonyoung yang kemudian diangguki oleh ketiga temannya.

"Kyaa! Mingyu oppa!"

"Junhui oppa jadilah pacarku!"

"Tersenyumlah Hansol oppa."

"Soonyoung oppa!"

Oke sepertinya kalian perlu tahu apa yang terjadi, inilah suasana di koridor kelas setiap mereka berempat berjalan bersama. Untuk Mingyu dan Hansol mereka tidak peduli dengan siswi-siswi genit seperti itu. Berbeda dengan Soonyoung dan Junhui yang justru meladeni mereka dengan sesekali melempar senyum bahkan wink. Soonyoung aku peringatkan untuk lebih hati-hati. Kkkk

"Ya hentikan kelakuan menjijikan kalian itu." Ucap Mingyu yang ditujukan untuk Soonyoung dan Junhui. Yang kemudian dibalas dengan cengiran bodoh khas mereka.

"Kita hanya berbaik hati memberi mereka fanservice, benarkan hyung?" ucap Soonyoung yang meminta persetujuan namja di sampingnya –Junhui. Junhui mengangguk semangat dengan kedua jempol yang diangkat. Soonyoung dan Junhui menghadap depan lagi yang sebelumnya menghadap belakang untuk menatap Mingyu. "Sudah biarkan saja mereka." Ujar Hansol.

.

.

Di kantin, di meja paling pojok terlihat 4 orang namja berbeda sifat duduk berhadapan. Namja paling mungil memulai percakapan.

"Apa hari ini kau melakukannya?" tanya namja mungil ke satu-satunya namja emo di meja itu.

"Begitulah."

"Apa kau tidak lelah hyung?" tanya namja lugu di hadapannya.

"Ya ya obrolan kalian sangat ambigu, kalian tahu." Gerutu namja chubby yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan teman-temannya dengan sumpit di tangan kanan yang ia acungkan/?. Disaat yang bersamaan, 4 namja tampan memasuki kantin dan bisa dipastikan kalau suasana kantin langsung ramai bak pasar ikan.

"Astaga mereka bikin ribut lagi." Seungkwan menatap malas ke-4 namja yang baru saja menempati meja kosong di sebelah kanan meja mereka.

"Sudah abaikan saja. Dan lanjutkan makanmu!" ujar Jihoon.

"Bagaimana bisa kau menyukai namja sepopuler itu?" Jihoon menatap Wonwoo heran. Wonwoo hanya menghendikkan bahunya tidak peduli. Jihoon-ah apa kau lupa kalau kau kekasih dari salah satu orang tersebut?

.

"Kalian pesan apa? Biar aku yang pesankan." Tanya Soonyoung yang tumben-tumbennya menawarkan jasa untuk memesan makanan. Teman-temannya menatap heran Soonyoung yang masih berdiri di ujung meja. Soonyoung yang ditatap seperti itu jadi kesal sendiri.

"Ya! Wae?" Sungut Soonyoung.

"Ani. Hanya saja, tumben kau mau pesan sendiri, biasanya juga kau titip ke kita." Soonyoung sakit hati mendengar ucapan Junhui yang menurutnya cukup pedas itu.

"Apa kau tidak mau? Ya sudah pesan sendiri! Mingyu Hansol kalian pesan apa?" Soonyoung beralih ke Mingyu dan Hansol yang sedari tadi sibuk dengan duniannya sendiri.

"Hei bukan begitu- ya Soonyoung-ah." Soonyoung tidak memperdulikan Junhui yang terus memanggil namanya dan memilih mendengarkan pesanan dari Hansol dan Mingyu. Bahkan Soonyoung sudah lupa betapa kompaknya dirinya dan Junhui di koridor sekolah saat menuju ke kantin tadi.

"Aku biasanya saja." ucap Hansol tanpa mengalihkan pandangannya dari benda tipis berbentuk persegi panjang di tangan kanannya.

"Kalau kau Mingyu?" Soonyoung menatap Mingyu. Tapi yang diberi pertanyaan malah sibuk menatap seseorang di meja sebelah. Ia mengikuti arah pandangan Mingyu, Soonyoung tersenyum.

"Apa kau mau aku kenalkan dengannya?"

"Eh? Apa?" tanya Mingyu bingung.

"Dia. Apa kau tertarik dengannya?" Soonyoung mengarahkan telunjuknya ke arah Wonwoo, namja yang sedari tadi diperhatikan oleh Mingyu.

"Apa kau gila? Aku masih normal. Aku hanya heran ada juga orang sedatar dia." Ujar Mingyu.

"Eiyy. Kau belum mengenalnya Kim. Sebenarnya dia punya sisi manis, kalau kau mau tahu." Jelas Soonyoung yang sudah mengenal Wonwoo dari Jihoon –kekasih mungilnya. Hansol dan Junhui menatap Mingyu, penasaran dengan reaksi Mingyu selanjutnya.

"Benarkah? Tapi aku tidak mau tahu. Sudah cepat pesankan aku 1 mangkuk ramyeon, kimchi, dan cola."

"Ck aku sudah berbaik hati mau memesankan milik kalian, tapi kenapa malah seperti pembantu begini?" gerutu Soonyoung sambil meninggalkan meja mereka.

"Ya! Ya! Soonyoung kau benar-benar tidak mau memesankan milikku!" teriak Junhui saat melihat Soonyoung mulai beranjak menjauh. Soonyoung hanya melambaikan tangannya.

"Ck anak itu." Junhui tidak habis pikir kenapa Soonyoung bisa sesensitif itu. Akhirnya Junhui lebih memilih menyusul Soonyoung untuk memesan makanan.

.

Jihoon memperhatikan Wonwoo lamat-lamat, ia penasaran dengan reaksi Wonwoo saat mendengar pembicaraan antara Soonyoung dan Mingyu tadi. Dan Jihoon harus mengenyahkan semua bayangannya saat melihat ekspresi Wonwoo tetap itu-itu saja, datar. Tapi jauh di dalam diri Wonwoo, dia cukup kecewa mendengar ucapan Mingyu beberapa menit yang lalu. Eiyy itu bukan berarti Wonwoo akan berhenti memberikan 'Love Letter' untuk Mingyu.

"Aku kembali dulu." Wonwoo bangkit dari kursi yang sudah 30 menit ia tempati, Wonwoo tidak sadar kalau ia mulai diperhatikan oleh Mingyu.

"Eh? Masih ada 15 menit hyung. Kenapa buru-buru?" protes Seungkwan.

"Aku mau ke perpustakaan." Hanya itu jawaban dari Wonwoo sebelum ia pergi meninggalkan ketiga temannya.

'Kalau diperhatikan lagi, dia cukup manis.' Mingyu masih menatap punggung Wonwoo yang mulai mengecil dari pandangannya dan menghilang ditelan pintu kantin. Hei Mingyu bukankah kau tadi bilang kalau masih normal, sekarang kau malah menyebut seorang namja manis. Ck ck ck hati-hati dengan ucapanmu.

"Aku heran, kenapa aku bisa berteman dengan seonbae sedatar itu ya?" ujar Seungkwan sembari menggaruk pipi tembamnya yang tidak gatal. Jihoon dan Minghao hanya bisa menghendikkan bahu saja, mereka juga bingung.

.

"Yo makanan datang~" Soonyoung datang membawa nampan berisi pesanannya dan Hansol.

"Mana punyaku?" Mingyu menatap nampan di depan Soonyoung.

"Itu." Soonyoung menunjuk Junhui yang berjalan sedikit kesusahan. Junhui meletakkan nampan ke atas meja dan

PLAK

Memukul belakang kepala Soonyoung dengan tenaga yang cukup besar kalau kalian ingin tahu. Soonyoung mengelus kepalanya yang menjadi korban kekerasan dari Junhui.

"Hyung ini sakit!"

"Ya kau- bagaimana bisa kau menyuruhku membawa pesanan Mingyu yang segunung itu sendirian, apalagi di tambah minuman kita berempat. Kau pikir gampang membawa itu dalam satu nampan huh." Omel Junhui kepada Soonyoung yang tentu saja tidak diperhatikan. Mingyu dan Hansol hanya bisa memutar bola matanya malas mendengar omelan Junhui yang menurut mereka terlalu hiperbola itu.

"Aish anak ini hah lupakan saja, cepat makan 15 menit lagi bel." Merasa tidak diperhatikan Junhui memilih menyudahi acara mari-mengomeli-Soonyoung yang dibuatnya sendiri itu.

'Lain kali kau akan ku balas Soonyoung-ah.' Batin Junhui jahat jangan lupakan seringaian yang terpasang di wajah tampannya.

.

.

.

"Min kau ikut ke rumah Junhui hyung kan?" tanya Soonyoung pada Mingyu yang masih sibuk memasukkan buku ke dalam tas ranselnya. Mingyu menatap Soonyoung.

"Tidak, aku malas." Mingyu menyampirkan tas di bahu kirinya bersiap untuk pulang atau tidak entahlah.

"Geurae. Hati-hati di jalan." Soonyoung meninggalkan Mingyu yang masih setia di bangkunya, menghampiri Junhui dan Hansol yang sudah menunggu di depan kelas. Kemudian menjelaskan kepada dua temannya kalau Mingyu kali ini tidak ikut dengan alasan malas.

Mingyu memandang langit dari jendela di samping kirinya. Ia memutuskan berdiam diri di dalam kelas untuk beberapa menit kedepan. Mulai bosan dengan apa yang dilakukannya saat ini, Mingyu berdiri dari bangkunya dan beranjak meninggalkan kelas.

Berakhirlah ia di sini, lapangan basket outdoor yang ada di sekolahnya. Berpikir kalau hanya berdiam diri di rumah pasti sangat membosankan, jadi lebih baik di sini bermain basket sampai sore. Mingyu melakukan pemanasan pada tubuhnya agar tidak terjadi cedera, tapi itu tidak mungkin terjadi pada Mingyu yang jelas-jelas ace di tim basket sekolah. Mingyu mulai mendribble bola berwarna orange di tangannya sambil berjalan, beberapa detik kemudian ia langsung melesat kearah ring dan melakukan shooting dari garis threepoint

SYUUT

Bola masuk dengan mulusnya melewati cincin raksasa itu. Berulang kali Mingyu melakukan shooting, lay up, under ring bola orange itu selalu…

BRAK

…masuk. Oh sepertinya tidak juga, Mingyu baru saja membuat bola basket terlempar keluar lapangan.

.

.

Wonwoo baru saja selesai dengan piketnya hari ini. Wonwoo berjalan santai sambil membaca novel yang baru didapatnya saat ke perpustakaan tadi. Saat berjalan melewati lapangan tiba-tiba…

BUK

Sebuah bola menghantam lengan kanannya. Wonwoo terkejut sebenarnya. Tapi… ya begitulah, ekspresinya tetap seperti papan tulis –datar-. Dari kejauhan terdengar suara derap kaki mendekat ke arahnya, Wonwoo mengalihkan pandangan dari bola di dekat kakinya. Ia melihat Mingyu berlari kecil menuju tempat dimana Wonwoo berdiri.

"Maaf aku tidak sengaja Wonwoo-ssi." Ucap Mingyu saat berhadapan dengan Wonwoo.

"Hm" hanya itu jawaban Wonwoo sebelum beranjak dari hadapan Mingyu.

Bukan apa-apa, hanya saja ia tidak bisa mengatur detak jantungnya saat bertatapan langsung dengan Mingyu, apalagi dalam keadaan Mingyu berkeringat seperti itu. Dia terlihat semakin sexy.

'Aih apa yang aku pikirkan.' Wonwoo menggelengkan kepalanya. Sedangkan Mingyu hanya bisa berdiri mematung menatap kepergian Wonwoo.

"Hanya itu jawabannya." Gumam Mingyu. Mingyu mengambil bola di depannya kemudian kembali ke lapangan untuk mengambil tas dan jas sekolahnya. Karena terlanjur penasaran dengan Wonwoo, akhirnya Mingyu mengikuti Wonwoo.

'Kenapa aku jadi seperti penguntit begini?' Mingyu berjalan cukup jauh di belakang Wonwoo agar Wonwoo tak curiga ada yang mengikuti. Sedangkan Wonwoo sendiri masih berjalan santai dan melanjutkan acara membacanya yang sempat terhenti. Mingyu terus mengikuti Wonwoo, selama itu pula Wonwoo belum atau tidak menyadari kalau ia sedang diikuti.

Sesekali Mingyu memainkan bola di tangannya, mendribblenya sambil berjalan atau hanya memutarnya di ujung jari telunjuknya. Itu salah satu cara mengurangi kebosanan saat mengikuti Wonwoo.

Mengikuti Wonwoo tidak ada hasilnya juga, Wonwoo hanya membaca buku. Tidak ada kejadian Wonwoo menyapa orang dengan senyum mengembang atau yang lainnya, Mingyu berharap itu terjadi. Tapi yang terjadi Wonwoo hanya membaca buku sambil berjalan.

Dalam pikiran Mingyu bagaimana kalau ia menabrak tiang listrik atau yang lebih parahnya lagi tertabrak mobil saat menyebrang? Eh? Kenapa kesannya Mingyu jadi mengkhawatirkan Wonwoo ya? Ah entahlah?!

Wonwoo sebenarnya tahu kalau ada yang mengikutinya. Tapi karena pada dasarnya Wonwoo itu orangnya cuek jadi ia memilih tidak peduli dengan penguntitnya itu. Mungkin itu fansnya yang terlalu tergila-gila padanya atau yang lebih buruk dia seorang penculik yang akan menjual organ-organ tubuhnya.

Ck kau terlalu banyak membaca novel bertema crime Wonwoo-ya. Hah oke lupakan pemikiran Wonwoo yang terkadang absurd itu. Wonwoo memilih melanjutkan perjalanannya yang tertunda, ia berhenti sejenak tadi.

Tak terasa Wonwoo sudah sampai di taman dekat rumahnya.

"Hiks hiks." Suara tangisan membuat Wonwoo mengalihkan pandangannya ke arah taman.

"Hei sudah jangan menangis Kookie. Hyung di sini." Dan suara yang lainnya terdengar, membuat Wonwoo penasaran. Akhirnya Wonwoo berjalan memasuki taman, jangan lupakan Mingyu yang masih setia mengekorinya dengan jarak yang aman tentunya.

'Apa yang akan dia lakukan?' alis Mingyu menukik tajam.

"Hei kenapa menangis adik kecil?" Wonwoo menyamakan tingginya dengan kedua bocah di depannya dan tersenyum lembut. Mingyu tertegun melihat senyuman –yang sayangnya manis itu- yang baru pertama kali dilihatnya dari Wonwoo. Keterkejutan Mingyu hilang saat melihat anak kecil yang ada di depan Wonwoo. "Taehyung? Apa yang dia lakukan di sini? Ini sudah sore, Akan aku adukan ke Eomma nanti" gumam Mingyu. Ah perlu kalian tahu kalau Mingyu mempunyai seorang adik, namanya Kim Taehyung.

"Hiks hiks… hiks." Bocah bersurai hitam tidak menjawab masih sibuk dengan tangisannya.

Dan sebagai hyung yang baik si dark brown yang sudah kita ketahui bahwa dia adik dari Kim Mingyu, Kim Taehyung menjawab pertanyaan Wonwoo.

"Kookie baru saja jatuh dari ayunan, Hyung. Dan lututnya terluka. Lihat!" Taehyung menunjuk lutut Jeongkook –si bocah bersurai hitam yang sedang menangis-.

Wonwoo mengangguk mendengar penjelasan Taehyung. "Kookie sudah jangan menangis lagi, anak laki-laki harus kuat. Jaa sini lukanya hyung obati." Wonwoo berucap sambil mengacak surai hitam di depannya. Wonwoo meletakkan novelnya begitu saja di atas tanah dan mengambil kotak P3K yang selalu ia bawa. Sebenarnya Wonwoo itu anak yang ceroboh kalau kalian ingin tahu. Isakan Jeongkook mulai berkurang, ia memperhatikan Wonwoo dengan seksama.

Taehyung juga menatap Wonwoo dengan seksama bahkan tatapanya sedikit blank/?. Wonwoo mengambil beberapa benda yang dibutuhkannya, seperti kapas, obat merah, dan plester. Wonwoo mulai membersihkan luka di lutut Jeongkook dengan air yang dibawanya dan membubuhkan obat merah di atas lutut yang terluka, meniupnya pelan saat melihat Jeongkook meringis tertahan. Taehyung juga meniup luka Jeongkook , meniru Wonwoo. Wonwoo tersenyum melihat Taehyung, mengacak surai dark brownnya.

"Kau baik sekali." Wonwoo memasangkan sebuah plester bergambar di atas luka Jeongkook.

"Jaa sudah selesai. Kookie jangan menangis lagi ne?" Jeongkook mengangguk semangat.

"Eum. Gomawo hyungie." Jeongkook tersenyum lebar menampilkan bunny teethnya yang lucu.

"Ne hyung, terima kasih sudah mengobati Kookie." Ucap Taehyung tulus disertai cengiran khasnya.

"Aigoo, kalian lucu sekali." Wonwoo mengacak gemas surai kedua bocah di depannya.

'kenapa aku jadi deg-degan begini ya?' tanya Mingyu dalam hati. Mingyu tahu kalau senyuman Wonwoo sangat manis. Tapi entah mengapa ia masih belum bisa mengakuinya. Kau terlalu jual mahal Kim.

Wonwoo merapikan kotak P3K miliknya dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Wonwoo menatap dua bocah di depannya.

"Ah ya. Hyung belum tahu siapa nama kalian?"

"Jeon Jeongkook/ Kim Taehyung" koor khas anak kecil menyahuti pertanyaan Wonwoo.

"Wah Kookie kita punya marga yang sama."

"Jinjja? Memang nama hyung siapa?" tanya Jeongkook. Taehyung menatap Wonwoo penasaran, sedari tadi ia juga tidak tahu nama namja yang mengobati Jeongkook.

"Nama hyung Jeon Wonwoo."

"Ooh~" koor Jeongkook dan Taehyung sampil saling berpandangan. Siapapun yang melihat ini pasti gemas sendiri, tak terkecuali Wonwoo. Wonwoo dibuat gemas dengan kelakuan mereka berdua.

"Wah benar marga hyung sama denganku." Ucap Jeongkook yang diikuti anggukan dari Taehyung.

Di kejauhan, Mingyu mulai tidak tahan degan adegan manis di depannya. Lama-lama dia bisa kena diabetes lagi, 'aduh jangan sampai' batin Mingyu. Dan Mingyu memutuskan menyudahi acaranya menjadi penguntit dadakan tersebut, ia memilih meninggalkan taman dan pulang.

"Eoh? Mingyu hyung?" gumam Taehyung.

"Eh eodi?" Jeongkook celingukan mencari orang yang digumamkan Taehyung tadi. Wonwoo mengikuti arah pandangan Taehyung, tapi ia tidak melihat siapa-siapa di sana.

"Mungkin aku salah lihat." Ucap Taehyung.

"Kalian tidak pulang? Ini sudah sore."

"Ya hyung habis ini kita pulang." Jawab Jeongkook.

"Memang rumah kalian dimana heum?" Tanya Wonwoo sekali lagi *asik/?

"Tidak jauh dari sini kok hyung." Kali ini Taehyung yang menjawab. Wonwoo mengangguk pelan mendengar jawaban Taehyung.

"Tidak apa-apa kan kalau hyung pulang dulu?"

"Ne/tentu saja." Wonwoo berdiri dan menepuk pelan celananya.

"Baiklah. Hyung pulang dulu. Kalian hati-hati ya!" Wonwoo melambaikan tangan disertai senyuman di bibirnya. Jeongkook dan Taehyung mengangguk tak lupa membalas senyuman Wonwoo dengan senyuman khas mereka. Baru beberapa meter Wonwoo melangkah,

"Wonwoo hyung!" Taehyung berteriak memanggil namanya.

Wonwoo yang merasa terpanggil, menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia lihat Taehyung berlari menghampirinya dengan sebuah novel di tangan kanannya.

'Ah novelku tertinggal.' Batin Wonwoo. Kurang sedikit lagi Taehyung sampai di hadapan Wonwoo sebelum..

BUG

"Astaga! Taehyung-ah!" Wonwoo buru-buru menghampiri Taehyung yang jatuh. Wonwoo membantu Taehyung berdiri.

"Kau baik-baik saja?"

"Taetae hyung, gwaenchana?" Jeongkook entah sejak kapan sudah berdiri di samping Wonwoo.

"Hehe. Aku baik-baik saja." Taehyung tersenyum lucu. Saying sekali Mingyu tidak melihat kejadian ini.

"Lain kali kalau sedang berlari, Taehyung harus lebih hati-hati ya." Taehyung menganggukkan kepala membuat surai dark brownnya bergerak lembut.

"Ini buku hyung tertinggal." Wonwoo menerima buku yang disodorkan Taehyung.

'Wah benarkah. Hamper saja. Gomawo ne Taehyungie."

Wonwoo melihat jam dipergelangan tangan kirinya. 'Sudah setengah 5.' Gumamnya.

"Kookie Taehyungie." Panggil Wonwoo.

"Ne hyungie." Jawab mereka.

"Sebaiknya kalian pulang sekarang. Ayo lebih baik hyung antarkan kalian." Wonwoo mengulurkan kedua tangannya bermaksud menggandeng 2 bocah di depannya.

"Ani hyung. Kami pulang sendiri saja." ucap Taehyung sambil menautkan tangannya dengan tangan mungil Jeongkook.

"Ne hyungie. Kami pulang sendiri saja. Kami tidak mau merepotkan Wonwoo hyungie." Jeongkook menyetujui ucapan Taehyung.

"Aigoo kalian sama sekali tidak merepotkan hyung. Baiklah kalau itu mau kalian. Ayo keluar bersama." Wonwoo mengajak mereka keluar taman. Jeongkook dan Taehyung berjalan di depan Wonwoo dengan tangan saling bertautan, Wonwoo menatap mereka lembut.

'Mereka lucu sekali.' Wonwoo mengambil ponsel di saku jasnya.

CKREK

Dan mengambil gambar Jeongkook dan Taehyung.

"Hyung kami pulang dulu. Hati-hati di jalan." Pamit Taehyung, Jeongkook melambaikan tangannya.

"Ya, kalian juga hati-hati." Wonwoo membalas lambaian tangan Jeongkook. Wonwoo memutuskan pulang saat Jeongkook dan Taehyung menghilang dari pandangannya.

.

.

.

.

TBC/KKEUT/DEL

Sekian lama nggak update, akhirnya update juga. Masih dengan Meanie couple tentunya. Adakah yang menungguku? Enggak ada ya? Yaudah lah ngga papa. Ini special buat Wonwoo's Birthday *walaupun telat wkwk. Oh ya buat 5DAYS aku usahain buat chap 2 nya, itupun kalo ada yang nungguin kkkk. Last review please^^

Kalo nggak ada yang review, ya nggak papa sih aku nyadar kalo ini cerita yang nulis masih abal-abal. Tapi itu tidak menyurutkan semangatku untuk berkarya #apaan-_-

Nanti chapter 2 nya tetep aku post kok walaupun nggak ada yang review, fav, or foll sekalipun. Oke sekian omongan tidak berguna dari author gaje ini. Bye~ :D