MR CUPID

Ini cerita aslinya milik kak MIA ARSJAD dengan judul yang sama. Di sini aku hanya remake oke? Aku begitu tertarik sama novelnya, dan aku pikir dengan karakter Renjun dkk juga bagus kok.

Oke, langsung cuss aja yok,

Pair : Lee Jeno/Huang Renjun, Lee Jeno/Na Jaemin, yang lain nyusul… (atau ada yang mau reques mau pair siapa?

YAOI, OOC, Bahasa Nggak baku yang bagiku menghibur..

HAPPY READING~

RENJUN tersenyum lebar di depan kaca. Giginya yang putih dan kecil-kecil di tambah gingsulnya yang menggoda. Sambil menyiulkan lagu New York New York-nya Frank Sinatra, jari-jari lincah Renjun menyisir rambut cepaknya yang berwarna orange.

Sambil terus bersiul-siul sampai bibirnya monyong, jemari mungilnya meraup hair gel dari meja, menyapukan ke rambutnya, dan cling! Rambut cepak trendinya langsung berdiri alias rancung-rancung.

"Ka, lo lama banget sih?" tiba-tiba Jisung, adik cowoknya, sudah berdiri di depan pintu sambil cemberut. Ujung sepatunya mengetuk-ngetuk lantai tak sabar.

Memang seminggu terakhir setiap pagi Renjun rutin bersiul sepanjang satu lagu. Kalau belum beres satu lagu, dia nggak bakal berangkat ke sekolah. Alhasil, Jisung yang kebagian telat karena selalu nebeng Renjun.

"Ih, sewot! Lo kan udah tau gue selalu-dan-mesti-menjalani rutinitas bersiul satu lagu setiap pagi," sahut Renjun di sela-sela siulannya. "Lagian kan lo yang nebeng gue. Kalo nggak mau nunggu, naek angkot sana," sambungnya judes.

Jisung mencibir kesal. "Lagian apa gunanya sih, kegiatan siul-siul lo itu?"

Siulan Renjun makin kencang. Bibirnya maju sampe tiga sentimeter, pake ada gerimisnya, lagi.

"Latihan otot bibir, tau! Biar seksi," jawab Renjun setelah menyelesaikan bait terakhir lagunya.

"IH!" Jisung bergidik jijik dan buru-buru kabur, menyelamatkan diri sebelum Renjun mengeluarkan teori tentang bibir seksi yang pasti dia dapat dari majalah cowok kece.

"Reseee...! kan lo juga yang bangga kalo bibir gue seksi!" jerit Renjun.

Setelah memasukkan HP-nya ke tas, Renjun becermin sekali lagi.

"He-he... udah keren," katanya pada diri sendiri.

Renjun melenggang ke ruang makan. Jisung yang dari tadi duduk manis sambil cemberut, membuang napas lega melihat Renjun muncul.

"Yuk..." Renjun menyambar roti isi telur dari meja dan langsung menuju rak sepatu.

"Renjun, kamu makan jangan sambil berdiri gitu dong," tegur mamanya yang juga sedang sarapan.

"Mama, jangan nasehatin Renjun duduk terus makan sekarang, aku bisa telat. Mendingan Mama beliin buku teks lagu-lagu pendek deh buat dia," gerutu Jisung.

Alis mama mengerut bingung. "Kok gitu?"

"Iya, biar acara siul-siulnya jadi cepet kalo lagunya pendek."

Mama tersenyum geli mendengar jawaban Jisung.

"Kamu hari ini dapet setoran, ya?" tanya Mama pada Renjun yang masih sibuk mengikat tali sepatunya.

"Iya. Kok Mama tau sih?"

"Soalnya kamu nyengir melulu," ucap Mama sambil menyentil hidung Renjun.

Hari ini memang hari Haechan membalas jasa Renjun. T-shirt hijau toska bergambar anak ayam yang ia taksir di distro favoritnya. Eh, jasa. Jasa apa yang membuat Haechan dengan senang hati dan sukarela membelikan kaus impian Renjun?

Jawabannya : birjod. Biro jodoh. Yap, biro jodoh alias mak comblang.

Entah kapan dan bagaimana ujung-pangkalnya, Renjun terkenal sebagai mak comblang canggih dan tokcer. Di SM HIGHSCHOOL, Renjun sudah terkenal mulai dari anak kelas satu sampai kelas tiga. Klien-kliennya pun hampir tidak ada yang gagal. Sampai-sampai Renjun dapat julukan Miss Cupid. Itu lho, malaikat imut-imut dan hobi bawa panah sama busur, terus dengan senang hati menembakkan panah bermata cintanya langsung ke hati sepasang manusia.

Pokoknya yang dicomblangi Renjun pasti jadian. Kalau putus, ya salah mereka sendiri. Intinya, tugas Renjun membuat mereka jadian. Renjun juga tidak sembarangan menerima misi. Katanya, Renjun punya bakat melihat kans kliennya, kira-kira bisa jadi atau nggak. Tidak jarang Renjun menolak kliennya karena dia melihat tidak ada kemungkinan untuk berhasil. Pokoknya, predikat Miss Cupid itu pas banget deh buat Renjun!

Tapi dia juga dengan senang hati menerima misi Hina, teman sebangkunya waktu kelas satu. Hina itu biasa aja. Cewek kutu buku, berkacamata minus, penampilannya juga jauh dari modis. Hina itu baik hati, sabar, ramah, dan sebenarnya manis itu, curhat pada Renjun. Dia naksir Yukhei. Anak kelas sebelah yang superpinter dan juga superkeren. Dia ini salah satu cowok ngetop di sekolah. Dengan kepiawaiannya membaca situasi, Renjun berhasil membuat Hina jadian sama Yukhei. Dan mereka masih pacaran sampai sekarang, saat hampir kenaikan kelas tiga.

Keberhasilan kasus Hina ini menggemparkan seisi sekolah. Yukhei sama Hina! Berkat Renjun. Mungkin itu awal mulanya Renjun menjadi supertenar.

Oh ya, kembali ke hari ini. Hari ini Haechan sudah janji membawa T-shirt yang ia janjikan ke sekolah. Misi Renjun berhasil lagi. Semalam Mark menyatakan cintanya pada Haechan. Berkat campur tangan Renjun, tentunya.

"Oke deh, Mam, aku cabs dul, ya? Nih, wayang orang udah nebeng brisik banget sih."

"Yeee... kalo nggak terpaksa banget mah malessss." Jisung menjulurkan lidahnya.

Mama cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua anaknya. "Udah, sana berangkat."

Renjun dan Jisung mencium tangan Mama.

Honda Jazz kuning Renjun diparkir di bawah pohon mangga favoritnya yang teduh dan banyak buahnya. Dilahapnya potongan terakhir roti isi telur yang ia bawa dari rumah, lalu bergegas turun dengan senyum sumringah. Siapa sih yang nggak sumringah menyongsong rezeki pada pagi hari. Betul kata orang-orang tua, jangan bangun kesiangan. Nanti rezekinya dipatok ayam.

"Pagi, Pak Dudunggggggg..." Dengan semangat '45 Renjun menyapa Pak Dudung, tukang parkir sekolahnya. Pak Dudung sedang duduk di kursi kayu di bawah pohon mangga sambil menghirup kopi pahit.

"Eh, Den Renjun. Narik setoran ye hari ini?"

Kepala cepak Renjun mengangguk-angguk penuh semangat. Tau aja nih, Pak Dudung. "Ntar Pak Dudung dapet persen deh..."

"Nah... gitu dong, Den. Bapak doain deh kliennya tambah banyak."

Renjun tertawa lebar. "Thank you, Pak Dudung. Kalo Pak Dudung punya order, saya kasih diskon deh. Siapa tau anak Pak Dudung mau cepet naik pelaminan. Hehehe…"

Renjun berjalan meninggalkan lapangan parkir. Lagi-lagi sambil bersiul, kali ini lagu dangdut Jatuh Bangun.

"Hei!" tepukan halus di punggungnya hampir membuat Renjun terjungkal saking kagetnya. Maklum, bersiul sambil melamun sampai-sampai nadanya agak lebih deket ke keroncong daripada dangdut. Hebat, kan? Bersiul lagu keroncong. Keahlian khusus tuh.

"Gila, kaget gue." Renjun mengelus-elus dadanya kayak nenek-nenek latah kena lemparan petasan.

Di depannya berdiri Jaemin. Sobatnya itu nyengir kuda melihat reaksi Renjun yang over.

"Sori deh... kok lo jadi jantungan gini sih?" ucap Jaemin lembut.

"Lo tuh, yang bikin kaget."

Jaemin tertawa renyah. Serenyah kerupuk udang yang baru digoreng.

Renjun menatap sobatnya. Heran, bisa-bisanya dia sobatan sama Jaemin padahal mereka begitu berbeda. Jaemin tipe cowok idola cowok-cowok kece juga cewek sih. Tampan yang cenderungnya manis, tinggi, lemah lembut, sabar, dan bla bla bla... pokoknya memenuhi syarat banget deh.

Renjun? Kelihatan dong dari kelakuannya. Kayak cacing kepanasan. Cuek, lincah-tepatnya hiperaktif dan sporty. Tampang Renjun sih cute, tapi galak. Jangan sekali-kali minta Renjun pelihara kumis. Buat Renjun, itu sama aja kayak disuruh melihara tuyul atau jin botol alias mustahil.

Cowok-cowok segan deketin Jaemin karena dia anggun, mereka segan deketin Renjun karena dia galak.

Jaemin sih belum pernah tuh butuh bantuan Renjun. Iya lah, mau cowok mana aja dia sih tinggal tunjuk. Wong hampir semua cowok juga cewek di sekolah naksir dia.

Sebulan yang lalu dia baru putus sama kapten voli sekolah, anak kelas 3 IPA3.

"Lo kok pagi-pagi gini udah ceria banget, Njun?" Jaemin mengibaskan rambutnya persis iklan sampo.

"Biasaaaa..."

Mereka berdua langsung berjalan beriringan menuju kelas.

Sesampainya disana, Haechan sudah berdiri di depan pintu. Tangannya menenteng kantong karton berlabel distro langganan Renjun. Ia langsung tersenyum begitu melihat Renjun.

"Renjunaaaaaaaaaaaaaa... lo top banget deh. Sumpriiiiit!" jeritnya. Anak-anak lain yang bergerombol di teras depan sambil menunggu bel masuk, langsung sibuk berbisik-bisik melihat aksi Haechan berlari menyongsong Renjun dengan gaya India.

"Lo emang tokcer, Njun. Nggak salah gue pilih lo jadi mak comblang gue." Haechan berjingkrak-jingkrak heboh sambil memeluk Renjun.

"Gue...! Mana, mana kaos anak ayam gue?"

Haechan menyerahkan bungkusan di tangannya. "Nih."

"Merci." Dengan semangat Renjun membuka bungkusan dari Haechan.

Bel berbunyi nyaring. Renjun masuk kelas sambil melompat-lompat kecil karena kegirangan.

Waktu istirahat Renjun menarik Jaemin ke toilet. Jaemin yang memang dasarnya kelewat lembut alias lambat, kerepotan mengikuti langkah Renjun.

"Ngapain sih, Njun? Kebelet pipis?" omel Jaemin.

"Gue mau nyoba kaos baru gue."

Jaemin cuma bisa pasrah. Kalau ada maunya, Renjun susah dibendung, apalagi waktu kegirangan gini.

"Lo tunggu depan pintu, oke, sista?" Renjun menutup pintu bilik kamar mandi.

"Njun?" panggil Jaemin dari luar.

"Hm?" sahut Renjun dari dalam kamar kecil.

"Lo aneh banget sih? Sibuk aja ngurusin urusan cinta orang-orang, nah lo sendiri nggak cari pacar?" tanya Jaemin iseng.

"Hmmm," Renjun bergumam. "Kayaknya gue belum butuh deh sekarang. Lagian profesi gue menguntungkan kok."

Terdengar krasak-krusuk Renjun mengganti baju.

"Tiga bulan lalu gue dapet benda item dari Soyou. Sebulan lalu dapet tas transparan dari Lisa. Dua minggu lalu dapet dompet mini gambar jack fross dari Jimin. Nah, sekarang dapet T-shirt dari Haechan."

Pintu kamar kecil terbuka.

"Menguntungkan dooong!?" ujar Renjun sambil bergaya di depan Jaemin. "Keren nggak, Jaem?"

Renjun memutar-mutar badannya seperti model kawakan.

"Keren. Pas banget deh, Njun. Lo pesen ke Haechan pake nyebut ukuran segala ya?"

Renjun mengedipkan sebelah mata. "Ya dooong. Misi khusus sih. Lo tau kan mantan cowoknya si Haerin itu judesnya minta ampun."

Jaemin cekikikan. "Dasar. Untung lo nggak disemprot, tau-tau ngajak tu cowok kenalan."

"Yoi. Malah pertamanya dia sangka gue yang naksir gue. Ih, amit-amit! Judes gitu."

Renjun berjalan masuk kembali ke bilik kamar mandi untuk memakai seragamnya lagi.

"Njun, menurut gue lo perlu juga lho, cari cowok. Masa mak comblang profesional nggak bisa nyomblangin diri sendiri," ucap Jaemin saat Renjun di dalam bilik.

"Jaemin, Jaemin... Mak nggak perlu cowok sekarang. Kalo Mak mau, Mak tinggal ngedip-dip," sahut Renjun sambil meniru suara dukun nenek-nenek. Mereka tertawa keras bersama. "Atau, gue tinggal memanah hati gue sendiri pake panah cupid gue yang canggih itu, terus satu lagi ke hati cowok yang gue incer. Dijamin tokcer. Masa Miss Cupid nggak bisa cari jodoh sendiri, ya nggak?!"

Jaemin mengangguk-angguk setuju. Iya juga sih. Buktinya di gambar-gambar yang dia lihat Cupid selalu bermuka ceria dan senyum. Pastinya mereka nggak ada masalah cari jodoh sendiri, dong? Jaemin geleng-geleng sendiri. Ngapain sih mikirin begituan?

Di dalam, Renjun terdiam sesaat. Ada juga ganjalan hatinya yang sudah lama menyesakkan dada. Apa yang Jaemin bilang memang benar. Satu-satunya cowok yang pernah jadi pacarnya Cuma Chani , itu pun cuma bertahan dua bulan. Chani yang posesif tidak tahan dengan sifat Renjun yang periang, supel, dan banyak teman.

Renjun membuang napas berat. Mungkin hampir semua orang berpikir seperti Jaemin.

Renjun, si Miss Cupid, gagal cari jodoh buat diri sendiri.

TBC

Gimana gimana? Bagus kan Novel nya kak Mia? Aku aja langsung jatuh cinta, bahasanya yang simple dan ringan jadi sesuatu banget. Oh iya, ini tuh novel menangan dari lomba gitu, juara satu kalao nggk salah. Pas 2006. Cerita di eranya yang bener-bener keren deh. Nggak heran kak Mia jadi juara

Review buat lanjutin cerita ini. Walaupun remake juga perlu usaha kali :v