Disclaimer: I own nothing.
Sepasang mata terbuka bersamaan dengan suara jam alarm kedalam otak remaja berambut pirang. Dengan sedikit tidak sadar, ia pun meraih mesin bersuara tersebut dan mematikannya. Sosok itu menekan tombol dan bangun sambil mengusap-usap matanya seakan mencoba menghilangkan rasa ngantuk yang masih tersisa. Dia menguap dengan besarnya dan merenggangkan tubuhnya kemudian memutar kepalanya dan melihat sebuah cermin panjang diujung kamarnya tersebut. Naruto, itulah nama dari sosok itu. Ia adalah remaja yang cukup tinggi, mempunyai rambut kuning matahari serta mata berwarna biru cerah bagaikan langit.
Badannya sudah tumbuh layaknya remaja pada umurnya dan bebas dari lemak menyisakan badan yang sirat akan otot diberapa bagian. Matanya pun berkedip kearah bekas luka yang bisa ditemukan di dada kirinya.
Pemuda itu mengeluarkan uapan lainnya sebelum meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap untuk hari itu.
Pemuda itu mengunci pintu rumahnya dan berhenti menghirup udara pagi sesaat sebelum berjalan keluar dari gerbang dan kembali menutupnya.
Remaja itu berjalan dengan wajah tersenyum seraya menyapa orang-orang yang berjalan di sekitarnya yang akan sibuk dengan hari-harinya, meskipun begitu mereka tidak lupa membalas sapaan Naruto. Anak itu pun berjalan sambil melihat langit keatas dan membuka satu matanya sedikit yang tertutup dan menampakkan satu mata biru yang sedikit berpijar menyamai langit pagi di atasnya.'Dua tahun, huh..' Ia berpikir sambil mengingat kejadian masa lalu.
Kejadian yang membuatnya sampai ke tempat ini, yang membuatnya muncul di tempat asing yang sama sekali tidak ada di peta saat ia berada di Konoha. Tempat di mana ia tidak tahu harus berbuat apa-apa karena memang tidak tahu bagaimana cara kembali. Naruto masih mengingat betul hari-hari itu, hari di mana ia bingung dan seperti kehilangan arah tidak tahu harus berbuat apa.
Namun, kejadian itu tidak pernah terlepas dari ingatannya. Tempat pertama kali ia membuka matanya di dunia baru yang sekarang menjadi rumahnya. Itu tidak akan terlupakan... siapa yang akan melupakan kejadian saat dirinya membuka mata dan yang pertama kali ia lihat adalah api panas berkobar mengelilingi sekitarnya. Tapi, hal itu tidak berlangsung lama ketika seorang berpakaian aneh, yang ia ketahui nantinya merupakan pemadam kebakaran datang dengan wajah khawatir bercampur lega menjemputnya dan menyelamatkannya dari ruangan apartemen yang terbakar tersebut.
"Namamu siapa Nak?"
"..Uzumaki Naruto."
"Apa kau tinggal di Apartemen itu nak, apa kau melihat orangtua atau orang yang kau kenal masih di sana?"
"Aku tidak tahu..." karena memang Naruto tidak tahu jadi dia memberi jawaban seperti itu.
"Apa kau mempunyai keluarga atau orang yang dikenal yang bisa dihubungi, nama saja sudah cukup..."
"Aku tidak tahu... aku tidak kenal siapa-siapa."
Naruto juga tidak bisa konsentrasi pada waktu itu, masih teringat betul kejadian sebelum ia berada di tempat ini.
Dan begitulah selanjutnya. Pertanyaan demi pertanyaan dijawab Naruto yang bingung dan akhirnya sang polisi yang masih berdiskusi dan berbicara dengan para Dokter. Karena Apartemen tersebut membakar hangus bangunan tersebut, dan korban tewas yang mencapai puluhan lebih maka data dan surat penting mengenai para korban hilang tanpa jejak. Menyangka Naruto adalah seorang anak dari pasangan yang tinggal di apartemen tersebut , yang sayangnya sudah mati dalam kejadian dan selamat. Berpikir karena trauma yang berat menyebabkan Anak tersebut hilang ingatan. Dan melihat mata dan sikap Naruto yang seperti dalam kebingungan dan sering terdiam, sudah jelas menjadi cukup observasi bagi para dokter.
Meskipun sudah mengetes DNA Naruto para dokter hanya bisa mengatakan kepada polisi bahwa Naruto tersebut adalah keturunan campuran melihat dari ciri-cirinya tersebut. Proses dan proses merumitkan berlangsung. Pemerintah jepang yang ikut membantu korban selamat, baik dari finansial ataupun ganti rugi. Melihat dari umur Naruto yang muda, setelah keluar dari Rumah Sakit, dan yakin anak yang hilang ingatan itu tidak memiliki trauma dan telah pulih baik secara fisik maupun mental akhirnya di Sekolahkan. Seperti anak seumurnya pada umumnya.
Masuk SMP, merupakan ingatan yang tak akan dilupakan Naruto. Mengingat itu adalah hari pertamanya belajar di Sekolah yang bukan mengajarkan dirimu cara membunuh yang lebih efisien atau strategi cara menjebak musuh dan sebagainya. Satu hal Naruto kecewa akan itu, tapi ia juga punya rahasia tersendiri. Ia tidak ingin tidur di meja operasi dan menjadi eksperimen sebagai makhluk asing yang bisa menduplikat diri sendiri dan melakukan hal lainnya yang dianggap di luar akal sehat manusia.
Kaku.. tapi, Naruto mulai mengerti dan beradaptasi perlahan. Teman merupakan sesuatu yang tidak sulit didapatkan mengingat kepribadiannya. Dan ditambah tidak perlu melakukan aksi jahil untuk mendapatkan perhatian. Pertama kali Naruto melakukan itu, ia ditemukan dengan Kepala Sekolah yang menatapnya dengan dingin.
Ketahuan memang tidak mengenakkan.
XXXXXXX
Naruto terhenti ketika sampai di tempat tujuannya; dan menghela nafasnya kemudian tersenyum melihat nama Sekolah tempatnya melanjutkan sekarang setelah lulus SMP. SMA Sainan. Sekolah di mana ia melanjutkan pendidikannya.
Naruto menyapa balik orang yang menyapanya dengan wajah tersenyum. Hari-Hari seperti ini tidak begitu buruk, bahkan ia mulai menyukai dan beradaptasi. Mimpi nya yang sekarang mungkin tidak sehebat dulu, tidak setinggi dulu. Tapi, ketika merasa beban sudah diangkat dari pundak Naruto dihadapkan kepada pilihan yang pertama kali bisa ia pilih tanpa harus memikirkan konsekuensinya.
Dan dia menghargai setiap detiknya itu.
XXXX
Yuuki Rito memandang pada rahasia dan tidak rahasia tergantung siapa yang nanya kepada perempuan yang ia taksir. Memandang bukan kata yang tepat untuk menjelaskan, melainkan mengungtit dari samping dinding sedangkan gadis yang diomongkan berjalan tidak mengetahui apa-apa, meskipun merasakan perasaan yang aneh.
Rito adalah seorang siswa normal SMA Sainan, dia tidak terlalu memiliki kualitas yang –menonjol atau tidak juga memiliki kekuatan fisik yang banyak di duga dari komik shonen. Satu-satunya rupa yang bisa disebut unik adalah rambut berantakan alami orengnya, warna yang tidak biasa dimana pun kau berada.
Saat ini dia sedang bersembunyi di belakang dinding memandang gadis taksirannya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk nembak gadis tersebut, Sairenji Haruna. Itu merupakan cinta pada pandangan pertama yang dialaminya sejak lama namun belum bisa menyatakan perasaannya meskipun sudah mengumpulkan keberanian untuk melakukannya.
Jujur saja, adiknya sendiri sudah mengatakan kalau menyedihkan melihatnya bertingkah seperti itu, tentu saja dia tidak bisa menyalahkan adiknya. Dia sendiri tahu kalau kelakuannya sekarang ini bisa membuat orang salah sangka dan dianggap seorang penguntit.
"Rito... masih nguntit Haruna lagi? " sebuah suara mengatakannya dari belakangnya. Mengarah kepada suara tersebut, dan bertemu dengan sahabat lamanya Saruyama. Meskipun persahabatan itu lebih sering tidak menguntungkan.
"Sudah ke berapa kali ini? aku sampai lupa sudah berapa lama kau mencoba menembak Haruna tapi tidak jadi-jadi. Sudah kejar dia pegang tangannya dan katakan aku suka padamu. Selesai." Muncul lagi suara orang bicara, dan kali ini Rito dan Saruyama langsung melihat ke arah orang yang baru datang tersebut. lengkap dengan pakaian yang rapi, rambut pirang alami lurus, yang mencapai sedikit matanya.
"Naruto. Jika semuanya semudah itu."
Naruto Uzumaki, satu lagi Sahabatnya dari SMP. Meskipun terkadang menunjukkan sifat yang Aneh, Naruto merupakan sahabatnya yang paling bisa dihandalkan meskipun tidak mempunyai pacar. Jika Naruto mau, sebenarnya ia bisa mendapatkan pacar cantik yang berada di angkatan mereka atau kakak kelas, mengingat ia pernah melihat perempuan itu yang menanyakan nomor Naruto, setelah itu tidak ada kabar lagi. Ah, terkadang rasa cemburu juga ada, baik di dirinya maupun dari Saruyama. Di mana mereka sedang berjuang dan bersusah payah mencoba mendapatkan pacar meskipun tidak pernah dapat, Naruto malah tidak tertarik dengan hal tersebut.
Sesuatu yang perlu ditanyakan? Hal yang benar-benar dilakukan Kenichi namun mendapatkan tonjokan di wajah.
Bahkan waktu mereka Smp kelas 2, ada siswi dari dari kelas 3 yang nembak Naruto, siswi tersebut juga bisa dibilang bukan orang biasa, dia adalah siswi yang cantik, berasal dari keluarga konglemerat yang memiliki pengaruh besar. Ayahnya juga berada di parlemen. Gadis tersebut juga memiliki sifat oujo-sama, yang jarang menunjukkan ketertarikan kepada orang biasa.
Anehnya, bukannya menyerah atau marah. Gadis itu membalas dengan senyuman dan mendeklarasikan dirinya akan membuat Naruto tunduk pada kecantikannya. Untung saja, perempuan itu lulus duluan.
"Ah! bukannya ga berani atau apa, Setiap kali aku mau nembak pasti aja ada ajal di depan mata. Dari pot jatuh, sampai yang paling anehnya Gajah lewat! Seandaikan aku ini ditakdirkan tidak bisa nembak Haruna-chan." Ucap Rito dengan histeris.
"Hah... Di dunia ini tidak ada namanya yang mustahil. Jika kau sudah menetapkan tujuanmu lakukanlah hal itu dengan sekuat tenaga! Ganbate!" semangat Naruto dengan senyum mata bagaikan membentuk huruf U. "Kalau gagal, coba lagi. Kalau gagal coba lagi. Kalau gagal berarti dia memang nggak suka padamu."
"Aku tidak tahu itu bertujuan menaikkan moral atau mau menjatuhkannya yang sudah pada batas krisis." Balas Rito dengan air mata mengalir di kedua matanya, memang inilah untungnya mempunyai sahabat yang punya sifat penyemangat, meskipun terkadang menyakitkan. Nggak seperti seorang monyet.
Semantara itu Saruyama hanya bisa terbengong melihat semangat Rito yang bertambah. Rencananya membuat Rito mengambil jalan ero dan meninggalkan perempuan yang tidak mungkin dikejar, gagal. Untuk saat ini.
"Sebentar lagi jam akan mulai, aku punya urusan sedikit. Kalau kau gagal aku siapkan tisu. Bye, Rito, Saru."
"Oi, aku bukan monyet!"
"Wajahmu sudah menyiratkan namamu. Ternyata Ayahmu memang hebat memberikan nama sesuai dengan orangnya." Rito mengambil kesempatan membalas sahabatnya.
XXX
"Yo, pagi." Naruto menyapa kelasnya. Atau murid yang sudah ada di ruangan.
"Pagi juga, Uzumaki."
"Pagi, Naruto."
"Pagi."
Beragam jawaban yang diterima. Itupun sudah cukup bagi mantan Ninja tersebut. Tiba di mejanya, Naruto langsung duduk di kursinya dan mengistrahatkan kepalanya ke meja. Suara dengkuran kecil terdengar. Yang lain hanya bisa menghela nafas melihatnya namun tidak bisa menghilangkan senyuman, hal ini sudah biasa terjadi. Bukan lagi kelakuan baru yang terjadi di kelas.
"Hm, Haruna kau tahu mengapa Naruto begitu lelah dan langsung tidur di kelas~?" seorang gadis berambut cokelat bersenandung dengan dirinya.
"M-Mana aku tahu. Lepaskan tanganmu Ri-Risa." Suara yang dikeluarkan Haruna terasa aneh didengar. Membuat bayangan jauh tersendiri bagi laki-laki. Pelecehan yang dilakukan perempuan ke perempuan lain. Sayangnya juga, hal ini bukan pemandangan baru bagi mereka yang sekolah di Sainin.
"Ah, jangan bilang tetangga nakal bermain dengannya~" Risa menggoda dengan memainkan dua buah benda lembut yang berada di tangannya. "Sepertinya mulai tumbuh lagi."
"Risa!"
Saat pelajaran.
Pelajaran pun dilakukan seperti biasanya dimulai dengan Pak guru yang selalu gemetar saat mengajar, sejujurnya didalam pikiran mereka, kenapa guru yang sudah tua dan seharusnya menghabiskan waktunya bersama cucu berada di Sekolah? Bukankah ada peraturan mengenai itu. Tapi mengingat kembali sekolah apa yang mereka masuki dan bagaimana staff begitu juga Kepala Sekolah. Itu pemandangan yang sudah biasa.
Sang guru Tua yang melihat muridnya, lalu memperhatikan salah satu muridnya yang ia lihat dengan kacamata gemetarnya, dengan suara gemetar akibat usia Guru itu memanggil anak tersebut dan menyuruh membaca pelajaran selanjutnya.
Anak tersebut membuka bukunya dan melanjutkan penjelasan dengan... menutup mata. Melihat wajah Pak guru yang terkejut tentu saja mencerahkan suasana kelas dengan kejadian tersebut, sang guru yang selalu lupa akan murid yang tidak pernah membuka matanya saat pelajarannya. Sepertinya anak itu memiliki mata yang sipit sehingga terlihat seperti itu. Seharusnya ia menulis catatan mengenai hal tersebut agar tidak melupakan hal sepele seperti ini lagi.
Oh ya.. sampai pelajaran mana tadi?
Usia memang tantangan yang keras.
Bel sekolah pun berbunyi menandakan selesainya pelajaran terakhir para murid-murid sudah beranjak meninggalkan kelas begitu pula dengan para tokoh-tokoh kita. Rito yang pulang duluan untuk hal penting dengan adiknya, dan Saruyama yang pergi ke toko buku...entah mau beli apa. Tidak ada yang perlu bertanya mengapa pemuda berambut hitam itu terlihat girang dengan raut wajah yang aneh. Mereka sudah tahu. Pemegang gelar pelajar mesum tahun ini juga masih orang yang sama.
Hal yang tidak diketahui oleh orang-orang adalah jalan rumah Naruto dengan Haruna adalah sama. Naruto tidak pernah memberitahu itu karena memang hal seperti itu tidak penting. Memang bukan tetangga, tapi tepatnya arah menuju Rumah mereka sama dan hanya beda beberapa puluh meter karena Haruna tinggal di apartemen bersama keluarganya.
"Mau pulang bareng?" Naruto bertanya ketika keturunan Sairenji itu keluar dari kelas.
Gadis itu menatap Naruto sesaat dan mengangguk tanpa berpikir yang panjang. Naruto merupakan teman. Teman dari SMP yang sama, meskipun beda kelas. Tapi arah rumah yang sama membuat dua remaja itu saling mengenal satu sama lain. Dan tanpa diketahui, kebiasaan pulang bersama sudah menjadi rutinintas mereka sehari-hari.
"Jadi begitu, besok akan ada jam olahraga. Minggu lalu kita sudah olahraga berenang, jadi pasti yang ini adalah olahraga lari jarak jauh." Naruto menatap ke atas langit sambil berjalan. "Dan ujian Matematika juga diadakan besok. Apa kau sudah belajar?"
"Ada yang belum aku mengerti, tapi aku rasa aku bisa melakukannya sendiri. Hanya tinggal beberapa materi saja." Haruna menjawab dengan senyum tersendiri. Hanya seperti ini... pembicaraan hanya melibatkan topik mengenai pelajaran, apa yang dilakukan saat di Sekolah. Pembicaraan menyenangkan yang tidak pernah menyentuh topik yang lebih dalam.
Sesuatu yang tidak pernah berubah.
Hening.
"Hei...Haruna." panggil Naruto dari sampingnya, seakan merespon panggilannya Haruna pun melihat teman berjalannya tersebut. "Apa yang akan kau lakukan jika seseorang menyatakan perasaannya padamu?"
Gadis itu terhenti di langkahnya, dan menatap Naruto dengan mata sedikit melebar. Hal yang tidak berlangsung lama ketika Naruto yang berada di depannya berhenti, dan memutar badannya sedikit menatapnya dengan keseriusan. Dirinya memang sering mendengar bagaimana temannya terpana melihat sisi Naruto yang serius. Sesuatu yang jarang dilihat oleh orang lain. Naruto yang baik dan murah senyum memang memiliki aura tersendiri yang bisa membuatmu merasa nyaman. Naruto yang serius...
Meskipun bisa dianggap teman yang cukup lama, tapi raut wajah seperti itu memang jarang ia lihat Naruto munculkan. Ia memang tidak percaya akan perkataan orang yang pernah melihat hal jarang tersebut. Tapi, melihat langsung... ia memang harus mengakui kebenaran itu sedikit. Pikiran yang buruk, Haruna!
"K-Kenapa kau bertanya begitu?" Haruna merespon pelan. Entah mengapa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Hmm... kenapa ya?" Naruto menatap arah lain sesaat seperti melamun. "Mungkin, karena aku tidak pernah melakukannya. Atau, tidak tahu bagaimana orang lain meresponnya. Di satu sisi aku ingin merasakan apa yang membuat mereka berani menyatakan perasaan itu. Di satu sisi, aku sudah tahu bagaimana mendengar pernyataan itu. Sayangnya... aku tidak merasakan apa-apa. Karena aku sudah tahu aku tidak merasakan apa-apa, menjalankannya hanya membuat hati mereka sakit."
"O-Oh.." Hanya itu yang bisa dikeluarkan Haruna mendengarkan penjelasan itu. Sekarang ia bisa lebih mengerti Naruto walaupun sedikit. Alasan mengapa dia menolak gadis yang menyatakan perasaan padanya. "A-Apa kau mempunyai seseorang yang kau sukai?" Entah mengapa pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Tapi Haruna mau menyembunyikan wajahnya dalam selimut dan tidak akan pernah keluar lagi. Keberanian dari mana dirinya tidak tahu. Apalagi ketika orang yang ditanya menatapmu dengan alis mata yang naik.
"Jika kau tidak mau. Kau tidak perlu menjawabnya." Gadis itu menambah dengan cepat.
"Perempuan yang ku suka?" Naruto terdiam, membuat gadis itu terhenti juga. Apalagi wajah laki-laki itu yang seperti sudah tahu jawabannya. Sesuatu yang membuat semangatnya turun sedikit.
"Dulu, dari tempat aku berasal... ada seorang gadis berambut merah muda yang aku suka. Aku tidak tahu alasan pertama aku menyukainya, yang aku ingat dan tahu aku sudah mempunyai perasaan itu." Naruto tersenyum, meskipun alis matanya mengkerut.
"Apa... dia cantik?"
"Cantik? Ya, bagiku dia cantik. Meskipun ia memiliki sifat yang kasar dan selalu memukulku. Aku akui memang itu adalah kesalahanku bertingkah konyol dan selalu ceroboh, tapi aku tidak pernah marah karena itu. Itu adalah hari-hari yang menyenangkan. Segala usaha yang aku lakukan seperti tidak berhasil membuatnya tertarik, malah sebaliknya. Aku cemburu dan iri dengan orang yang ia sukai. Padahal orang itu tidak tertarik sama sekali pada orang yang ku sukai ini. Namun... dia tidak menyerah, begitu pun denganku. Aku menyatakan perasaanku, dia malah menolakku dan memukulku." Naruto tersenyum pahit mengatakan hal itu.
Haruna tidak tahu harus mengatakan seperti apa. Perempuan seperti apa yang begitu bodoh menolak Naruto? meskipun hal yang dikatakan Naruto benar bahwa dia bertingkah konyol... setidaknya dia tidak akan pernah merasa sedih bersamanya. Gadis yang bodoh. Atau orang yang disukai perempuan itu lebih hebat dibandingkan Naruto?
Ia tidak tahu. Tapi melihat wajah temannya yang seperti mengingat masa lalu itu membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi apa yang harus ia katakan?
"Dan, pada akhirnya aku menyerah. Aku sudah pindah ke tempat ini, dan perasaan itu perlahan mulai hilang. Memang wajahnya terkadang masih terlintas berpikir apa yang dia lakukan pada saat ini, tapi... aku pikir ini adalah yang terbaik. Dan, pada pagi hari aku bangun, aku sudah tidak memiliki perasaan itu. Kurasa itu yang dibilang orang dewasa sebagai cinta anak kecil, yang hanya sebentar dan cepat berganti." Naruto tertawa halus.
"Tapi... kenapa kau terlihat sedih?"
"...Kurasa karena aku tidak akan pernah melihat dia dan juga temanku yang lain." Naruto menjawab dengan senyuman. Sebelum gadis itu bisa bertanya lebih lanjut, Naruto menyambungnya. "Aku ingin merasakan lagi, merasakan sesuatu yang 'nyata' lagi. Jika waktu bisa menghilangkan perasaan itu, aku rasa waktu juga bisa mendatangkan perasaan itu. Aku hanya perlu mencari, tapi aku belum menemukannya. Karena itu aku bertanya padamu, Haruna, apa kau memiliki orang yang kau sukai sekarang. Aku sudah menjawab diriku yang sekarang tidak memiliki. Kamu?"
Gadis itu terlihat tidak yakin untuk beberapa waktu, dan dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan ia menjawab dengan suara pelan. "Aku... tidak memiliki orang yang aku sukai sekarang."
"Berarti siapapun mempunyai kesempatan, dong?" Naruto bertanya dengan nada bercanda.
"Y-Ya."
Naruto tersenyum. Rito akan bahagia mendengar ini. Sekarang adalah menyusun rencana bagaimana melawan takdir yang seperti tidak menginginkan hubungan Rito dan Haruna terjadi. Kalau perlu, dirinya akan menculik dua orang yang bersangkutan dan memasukkan mereka ke dalam satu kamar kedap suara yang terlindungi dari apapun. Selanjutnya serahkan pada Rito agar tidak bertingkah konyol atau mendapatkan tamparan di wajah.
"Hahahaha, berhenti menutup wajahmu. Aku mau melihat wajahmu yang memerah." Naruto bercanda kembali di samping Haruna. Suasana yang tadi menghilang dan kembali ke yang biasa. Atmosfer dua teman yang berjalan pulang.
"Naruto, apa kau mau datang untuk makan malam, hari ini? Ibu mengundangmu lagi." Ini mungkin pertanyaan yang sering ia utarakan. Mengingat Ayah dan Ibunya suka mengundang Naruto untuk ikut makan atau hanya untuk bersantai saja. Mengingat Naruto yang merupakan Yatim piatu dan hidup sebatang kara. Mendengar cerita Naruto yang dulunya amnesia tanpa mengingat orangtuanya, yang mungkin sudah meninggal Ibunya langsung menitihkan air mata. Berbeda dengan Ayahnya yang memeluk Naruto dan mengeluarkan air mata jantan.
"Terimakasih, tapi kurasa aku harus lewat untuk hari ini. Makanan yang ada di Rumah masih ada, jika tidak kumakan maka itu akan menjadi sia-sia dan membuang-buang. Tapi, terimakasih atas ajakannya. Salam untuk Ibu dan Ayahmu. Oh, jangan lupa katakan pada Ayahmu jangan mencoba membawaku minum-minum lagi, aku masih dibawah umur."
"Kurasa Ibuku lebih suka mendengar itu."
Tidak terasa mereka sudah sampai di depan pintu masuk menuju gedung Apartemen di mana keluarga Sairenji tinggal. Dengan lambaian tangan, Naruto melanjutkan perjalanannya menuju Rumahnya. Sesampainya, langsung menuju kamar dan melepas bajunya. Dengan gerakan yang sudah seperti mengetahui arah, Naruto pun masuk ke kamar mandinya dan menyalakan keran yang mengeluarkan air dingin menuju bak mandi, dan kemudian merubah arah menjadi air panas. Sembari menunggu, ia mandi terlebih dahulu membersihkan tubuhnya sebelum berendam santai di bak air panas yang sudah pas. Itu memang menyenangkan. Dahulu ia tidak pernah merasakan apa namanya mandi air panas di apartemen kecilnya dulu. Hanya air dingin. Di segala musim. Menjadi hobi? Mungkin iya. Hidup di tempat yang modern memang keras. Terlalu banyak bersantainya.
Tapi di dalam hatinya, entah mengapa ia merasa kosong. Apa karena dirinya sudah lama tidak melakukan hal Ninja? Apa karena dirinya terlalu banyak bersantai? Seharusnya senang bukan? berada di tempat yang tidak ada konflik? Tidak perlu takut akan pemikiran gelap orang lain yang tertuju padamu. Tidak perlu lagi... bertingkah seperti itu lagi untuk meraih perhatian orang. Dirinya harus bisa menerima keadaan yang sekarang. Menjadi manusia seutuhnya.
Renungan Naruto tersebut tiba-tiba berhenti, dan pandangannya tertuju pada satu tempat. Gelembung kecil muncul perlahan dan perlahan. Tunggu... dirinya tidak kentut. Tadi memang iya, tapi tidak sebanyak ini gelembungnya. Gelembung yang tadinya kecil kini berubah menjadi gelembung yang keluar dari air panas mendidih. Hey dirinya sudah mematikan air panas!
Terkejut, iya. Naruto terkejut ketika dari gelembung tersebut keluar kepala berwarna merah muda dan kemudian wajah yang tidak jauh dari wajahnya. Gadis itu berdiri dengan statis listrik yan seperti mengelilingi dirinya. Tubuhnya yang telanjang bulat terlihat untuk dunia menikmati. Meskipun Cuma ada Naruto yang bisa melihatnya.
"Rencana kabur, berhasil!" Suara gembira dari gadis itu memenuhi keheningan. Mata berwarna hijau cerah menatap kecil dan memberikan senyuman lebar.
Dan Naruto hanya bisa menutup hidungnya.
Sial. Dirinya masih remaja yang dalam pertumbuhan. Salahkan Hormon... tidak.
Salahkan Ero-Sennin!
Sementara itu, di negeri yang jauh dan tidak ada di planet bumi. Seorang Pria tua dengan rambut putih hanya bisa menggaruk telinganya dengan alat tulis yang ia pakai. Gatal karena seseorang membicarakan kehebatannya. Hingga sesuatu yang putih menghalangi pemandangannya ke arah surga.
"Uooh, pantsu~"
Dan matanya mulai naik.
"Berbahagialah karena itu yang mungkin terakhir kali kau lihat."
Ini merupakan versi Reboot dari Naruto; Masalah? Saya memutuskan untuk mengulanginya dari awal. Karena meh.. melihatnya saja sudah tahu itu tidak pantas untuk dipublishkan. Karena ada beberapa kesalahan dan terlalau straightforwad untuk saya lihat. Dan beberapa waktu saya kehilangan ketertarikan dengan cerita tersebut. Bam, suatu saat ide datang lagi setelah membaca cerita dari To love 'Ruto dari Drake wilson dan beberapa cerita variant darinya juga. Dia memang hebat dalam menulis cerita tersebut. Dia berhasil menggabungkan humor, harem, dan juga action. Seperti layaknya Mangaka Mainstream yang membuat cerita manga profesional. Itu patut diacungi jempol lo.
Saran: bagi mereka yang sudah merasa sudah Senior, tolong kurangi flame pada newbie Author yang ada di site ini. Bantu saja mereka, jangan dihina. Jika memang ada yang mencari masalah dan memang memulai duluan, saya angkat tangan, membuat masalah ada konsekuensi tersendiri. Tapi bagi mereka yang baru belajar menulis dan memang butuh bantuan dan berniat menulis fiction, kasihani sedikit. Bantu mereka, jangan malah menjatuhkan moral mereka. Cerita pertama kalian juga pertama kali seperti itu juga. Hancur-Hancuran, pairing yang diutamakan, dan terlalu sering mendengar permintaan pembaca. Dulu juga saya begitu, tapi saya mencoba fair setelah satu atau dua tahun. Sebagai Author sesama dari Indonesia, seharusnya membantu... bukannya main menjatuhkan dan menghina. Ingat kalian yang merasa senior aku masih diatas kalian, layaknya juga masih ada yang diatas saya. Aku mulai nggak suka melihat tingkah seperti itu.
Aku dan kalian juga dulu seperti itu. Berikan saran dan kritik yang memang berhubungan dengan cerita. Bukannya menjatuhkan kepercayaan diri para penulis. Fanfiction memang tempat bebas bagi kita, jadi jika ada cerita buruk kita memang tidak bisa buat apa-apa, satu hal yang bisa kamu lakuin daripada flame satu sama lain.
Buat cerita bagus itu juga. Buat cerita yang berkualitas. Buat cerita yang memang dengan pemikiran alur matang dan menarik. Dan jika kamu membuat itu, maka fiction yang bagus akan menyamai atau melewati dari yang tidak. Dan yang newbie bisa belajar dari fiction yang bagus itu. Dan beradaptasi karena melihat banyak yang bagus.
Bagi mereka yang mau bertanya mengenai fanfiction atau membuat cerita, atau bahkan menanya ide atau cara menulis yang bagus sesuai kerangka. PM saya. Atau, hubungi FB, "Kristianto Satria Surbakti" atau Line: "Kristoper21" saya akan berusaha membantu kalian. Namun jika pertanyaannya berhubungan dengan kelanjutan cerita(Update) saya ignore.
