Cerita abal dari author sedeng untuk ke sekian kalinya.

xXx

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

Cinta Segi Banyak © Yoshida Kei

Genre :

Romance / friendship

Rated :

T

Warning :

AU, Hinata remaja rada OOC tapi hanya sedikit berani saja kok ;) #plak lalu, Sakura agak galak terkesan jahat sih tapi baik kok xD #duakkk

xXx

Seorang gadis cilik barambut indigo duduk dan membenamkan wajahnya dikedua tangannya. Dibalik kedua tangannya, dia menangis. Dia menangis dibalik pohon di suatu pemakaman.

Anak laki-laki berambut raven berlari mendekat ke arah Hinata kecil.

"Hinata-chan!" seru anak laki-laki itu.

"Sasuke-kun," kata Hinata saat melihat anak laki-laki yang berlari kepadanya. Dia pun menyeka air matanya itu dan berdiri.

"Kata Neji, kalian mau pindah. Apa itu benar?" tanya anak laki-laki yang dipanggilnya Sasuke.

"I-iya," kata Hinata.

"Lalu kalau ada yang mengejekmu siapa yang melawan?" tanya Sasuke.

"Hi-Hinata akan melawan. Hinata kan sudah belajar karate dari Sasuke-kun," kata Hinata sambil tersenyum. Senyum yang dipaksakan. "Nanti Hinata juga minta ayah untuk memasukkan Hinata ke klub karate," sambungnya.

"Kau jangan menangis saat tak ada aku ya," kata Sasuke mengambil tangan Hinata dan menggenggamnya.

"Tidak akan," Hinata menitikkan air mata.

Sasuke cilik menarik Hinata kepelukannya dan berkata, "Kalau kau menangis, aku jadi ingin memelukmu. Kalau kau tidak di sini, aku gak bisa meluk".

"Hinata pasti akan merindukan Sasuke-kun," kata Hinata sambil membalas pelukan Sasuke.

Dua anak berumur kira-kira 6 tahun sedang berpelukan. Membagi sakit dan lara di hati. Mungkin kalian berpikir, 'dari mana mereka belajar'.

"Hinata-chan, apa aku boleh melakukan 'sesuatu'? Tapi kau jangan pingsan ya?" kata Sasuke.

Hinata mengangguk.

Perlahan, Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata. Wajah Hinata sudah semerah tomat. Aku menyukai wajah itu, batin Sasuke.

Dan saat bibir Sasuke kecil menyentuh bibir Hinata kecil—mungkin bertahan tiga detik, Hinata pingsan.

xXx

Hinata membuka matanya. Dilihatnya keluar jendela. Sudah pagi, pikirnya. Hinata bangun dari tempatnya dan membuka jendelanya. Sampai lupa menutup tirainya semalam, batinnya.

"Aku harus menyiapkan sarapan!" seru Hinata pada dirinya sendiri.

Hinata keluar dari kamar dan turun ke lantai satu.

"Nii-san?" panggil Hinata pada seorang pemuda gagah yang sedang memasak di dapur.

"Ah, Hinata-chan, kau sudah bangun? Aku lihat kau tadi malam tidur nyenyak. Jadi, kupikir Nii-san saja yang bikin sarapan," kata kakak sepupu Hinata, Neji.

"Oke, terima kasih. Dan, jangan panggil dengan akhiran chan ya? Terdengar aku ini anak kecil," kata Hinata sambil duduk di kursi ruang makan.

"Kau kan memang Hinata kecilku," kata Neji yang masih berkutat dengan masakannya.

"Ah, come on," kata Hinata sambil memutar matanya.

"Bagaimana dengan Sasuke? Kau akan bertemu dengannya di sekolah barumu," kata Neji.

"Entahlah," kata Hinata. "Aku tadi memimpikannya, mimpi saat hari di mana aku ke Manhattan, entah itu pertanda baik atau buruk. Aku tak yakin dia mengingatku," sambungnya.

"Lebih baik kau bersamaku saja".

"Come on, Brother. I'm your little sister and you're my brother. Can I make it anymore obvious?" kata Hinata sambil menunjukkan matanya dan menyanyikan kalimat akhirnya. "Aku mandi," sambungnya.

xXx

"Membosankan, di sini ada yang namanya upacara penyambutan murid baru. Mana dingin lagi," rutuk Hinata saat upacara penyambutan murid baru dilaksanakan.

"Itulah Jepang," sahut seorang gadis berada di sampingnya. "Hai, namaku Yamanaka Ino, aku pindahan dari New York," sambungnya.

"New York? Same here. I'm from Manhattan, exactly. I'm Hinata Hyuuga. Oh, I mean Hyuuga Hinata," kata Hinata sambil mengulurkan tangan.

"Gomen, tapi kita sedang upacara. Belum saatnya 'shaking hand'," kata Ino sambil nyengir.

"Kau benar. By the way, nice to meet you," kata Hinata.

"Teman?" tawar Ino.

"Sure," kata Hinata.

xXx

Upacara sudah selesai. Saatnya para murid mencari ruang kelas masing-masing.

"Hei, tak kusangka kita satu kelas," kata Ino.

"Gee, that's right!" kata Hinata. "Kau dari New York?"

"Yea, tapi aku pindah ke sini saat SMP di kelas ketiga. Kau baru pindah?" tanya Ino.

"Tau dari gaya bicaraku kah?"

"Yep. Kenapa kau pindah ke Jepang? Mengikuti orang tua?" tanya Ino.

"Tidak".

"So?"

"Find someone," kata Hinata.

"Who?"

"Kau frontal banget," kata Hinata.

"Ah, pasti orang yang sangat spesial. Sampai-sampai kau rela pindah ke Jepang," kata Ino.

"Rela? Apa Jepang seburuk itu?" tanya Hinata.

"Menurutku di New York lebih menyenangkan daripada di sini. Memang adat di sini itu adat Timur. Tapi, di Tokyo lebih brutal dari pada di New York. Jika terjadi penindasan di New York, mungkin sebagian temanmu menolong. Tapi kalau di Tokyo, jangan banyak berharap ada seseorang yang akan menolongmu," kata Ino setengah berbisik.

"Ah, masalah itu. Tenang, aku sudah belajar karate selama 10 tahun," kata Hinata sedikit bangga.

"Tapi mereka menindas bisa mengundang orang untuk menyerang. Ah, sudahlah. Yang penting New York masih lebih nyaman," kata Ino akhirnya.

xXx

"Ngomong-ngomong, siapa yang kau cari? Beritahu aku, mungkin saja aku bisa membantu," kata Ino. Sekarang, mereka berada di tempat di mana semua murid makan.

"Senior kita di sini," kata Hinata. "Tapi, aku tak tau, apa dia masih ingat aku".

"Siapa? Aku kenal hampir semua senior lho. Atau kusebutkan satu persatu?" kata Ino

"Terserah, coba saja kau sebutkan," kata Hinata sambil mengaduk-aduk makanannya.

"Oke, pertama kusebutkan senior yang terkenal di sekolah ini. Si Sasori yang manis? Si Naruto yang humoris? Si Sai yang murah senyum? Si Neji yang cool? Atau Sasuke yang elegan?" tanya Ino sambil menghitung jarinya. Hinata sempat berhenti mengaduk makanannya saat nama Sasuke disebut.

"Mereka populer?" tanya Hinata.

"Tentu," kata Ino.

"Bagaimana urutan fans mereka?" tanya Hinata.

"Sasuke, Sasori, Naruto, Neji dan Sai. Hayo, dia diantara mereka ya?" pergok Ino.

"Tidak kok, hanya saja aku tak percaya kakakku diantara mereka," jawab Hinata sambil menutupi wajahnya yang mulai memerah.

"Siapa?"

"Neji".

"Eh? Oh my Gee, aku tak sadar. Margamu Hyuuga ya? Bodohnya aku," kata Ino sambil menepuk dahinya.

"Wah, sepertinya ada yang membicarakan kita nih," kata seorang pemuda berambut jabrik.

"Jadi gadis ini yang sedang marak dibicarakan ya?" tanya pemuda lain yang berkulit putih pucat sambil duduk di samping Hinata dan merangkulnya.

"Minggir kau Sai! Dia pacarku!" kata Neji sambil menjauhkan pemuda berkulit putih bernama Sai dari Hinata.

'Pacar?' batin Hinata dengan dahi yang berkedut.

"Tapi kudengar tadi, gadis ini adikmu," kata Si Kuning Jabrik.

"Kan sepupu. Jadi tidak apa kan, Naruto?" tanya Neji yang sekarang menempati tempat Sai sebelumnya.

"Tapi masih ada hubungan darah tau!" kata Naruto.

"Tapi hebat lho Nona Hinata ini. Sampai bikin fans-nya Sakura migrasi. Padahal baru upacara penyambutan," kata Sai.

"Tentu. Pacarku gitu," kata Neji yang sontak membuat kedutan di dahi Hinata bertambah.

"Kau harus khawatir lho. Nanti Sasori mengambilnya," kata Naruto.

"Lalu kalau Pangeran Sasuke ngelirik Putri Hinata. Sasuke pasti akan merebutnya mati-matian," kata Sai.

Saat Sai mengatakan hal itu, Hinata memang berharap.

"Tidak akan kubiarkan," kata Neji.

Kedutan di dahi Hinata yang sudah hilang karena ucapan Sai tadi muncul kembali karena Neji.

"Maaf, kakak kelas yang baik hati, but I gonna go. Ino, kau sudah selesai?" kata Hinata yang sudah sumpek dengan para senior yang sedang ngerumpi itu.

"Su-sudah," kata Ino.

"Ayo, kita pergi".

"..."

xXx

"Ah, dasar Ino. Melihat senior-senior itu aja udah klepek-klepek. Sampai ajakanku pergi aja gak dihirauin. Awas aja kalau di kelas nanti," kata Hinata. Tiba-tiba Hinata menabrak seorang gadis.

"Kau menabrakku? Tunggu, siapa yang kutemui. Princess Hyuuga yang marak dibicarakan. Lumayan juga," kata gadis yang ditabrak Hinata.

"Kau siapa?"

"Kita belum kenalan ya? Aku Haruno Sakura. Jadi anak bule, namamu Hyuuga Hinata bukan?" kata Sakura.

"Iya. Ada masalah?"

"Tidak ada sih. Hanya saja pamorku turun gara-gara kau di sini," kata Sakura.

"I can't handle it," kata Hinata.

"Oke, aku bisa mengerti. Tapi, kau harus hati-hati ya. Ini bukan New York. Kalau kau mempunyai masalah dengan senior, nyawamu bisa melayang," kata Sakura.

"Tenang saja. Aku turunan kucing, nyawaku ada sembilan".

"Ahaha, lucu. Jadi, selamat datang di sekolah ini. Ngomong-ngomong, namaku Haruno Sakura," kata Sakura sambil berlalu.

"Untung saja, seperti berhadapan sama penagih hutang aja," kata Hinata.

xXx

"Gila! Aku sudah muter dari tadi sekalipun gak ketemu sama anak itu!" umpat Hinata.

Hinata berjalan di koridor sekolahan. Dan saat berada di tengah gedung, semuanya melirik Hinata. Kok pada lihat aku sih? Mending aku cepat keluar dari gedung, batin Hinata. Hinata setengah berlari meninggalkan gedung. Tiba-tiba kaki Hinata tersandung batu dan Hinata jatuh menimpa seseorang di depannya.

BRUKK

Hinata menabrak seorang cowok. Sasuke, pikirnya saat melihat wajah cowok yang ditabraknya.

Sontak, semua mata yang ada langsung mengarah kepada mereka.

Darah dari seluruh tubuhnya mengalir ke wajahnya. Huwaaa, jangan pingsan! Jangan pingsan Hinata, pikirnya.

"Hei, apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke.

"Go-gomen," kata Hinata sambil menyingkirkan tubuhnya dari tubuh Sasuke.

"Bajuku jadi kotor," kata Sasuke.

"Gomen, gomen," kata Hinata minta maaf lagi.

"Kau hanya bisa minta maaf ya?" Sasuke berdiri dari tempatnya jatuh dan membersihkan debu yang menempel.

"Gomen," Hinata pergi dan terlihat air mata yang mengalir di pipinya.

"..."

xXx

BRAK BRAK BRAK

"Hinata, kau kenapa?" teriak Neji sambil menggebrak pintu kamar Hinata.

"Tinggalkan aku sendiri!" teriak Hinata.

"Ada yang salah?"

"Ya! Sasuke tidak mengenaliku! Debaran indah menjadi tusukan pisau yang perih!" teriak Hinata.

BRAKK!

"Nii-san?" Hinata kaget karena Neji mendobrak pintu kamarnya.

"Kau ini bodoh ya? Mana mungkin Sasuke melupakanmu?" Neji menarik Hinata ke dalam pelukannya.

"Tapi dia gak inget Hinata".

"Sasuke hanya butuh waktu untuk mengingat. Mana mungkin Sasuke melupakan gadis cilik yang manis itu," kata Neji lirih dikalimat terakhir. "Cucilah wajahmu. Kau tak mau matamu sembab kan?" sambungnya sambil melepaskan pelukanya dari Hinata.

xXx

Karena pintu kamarnya kudobrak, aku bisa masuk kamar ini, pikirnya. Dia mebuka pitu kamar Hinata. Mendekati ranjang Hinata.

"Maaf, Hinata. Aku hanya ingin 'little kiss'," kata Neji.

Neji mengambil ancang-ancang untuk mencium Hinata. Ciuman kecil dari Neji pun terlaksanakan.

xXx

Hinata sedang duduk di halaman sekolah. Membaca buku tentang kendo.

"Hai. Hari ini semua orang membicarakanmu," kata Sakura yang mengambil tempat duduk di sebelah Hinata.

"Aku tak menyadarinya," kata Hinata.

"Siapa yang kau suka?" tanya Sakura.

"Excuse me?"

"Yang kau suka di sekolah ini. Siapa?" tanya Sakura sekali lagi.

"Apa itu penting?" tanya Hinata sambil menutup buku kendonya.

"Tidak terlalu. Tapi semua siswi punya pujaannya masing-masing. Setidaknya si cowok-cowok populer," kata Sakura.

"Sayang sekali, ya".

"Kau punya teman?"

"Ada, Yamanaka Ino," kata Hinata.

"Bisakah kita berteman?" Sakura menyodorkan kelingkingnya.

"Kau bercanda? Pasti kita bisa berteman, Nona Cantik," kata Hinata sambil menyambut kelingking Sakura.

"Senang punya teman baru. Aku tak punya teman di sekolah ini," kata Sakura.

"Kau bercanda? Kau cantik, kenapa tak punya teman?" tanya Hinata heran.

"Teman SMP-ku tidak ada yang ada di sini. Dulu aku punya masalah sama senior. Mereka penindasku dan tidak ada yang membelaku," kata Sakura.

"Maka dari itu kau memperingatkanku," kata Hinata.

"Kata mereka, aku mengambil pacar mereka".

"Lain kali, kalau kau ditindas lagi, panggil aku. Aku akan melawannya," kata Hinata dengan semangat membara di matanya.

"Ahaha, kau lucu sekali. Yang ada aku yang nanti melindungimu. Aku kan seniormu," kata Sakura sambil menepuk pundak Hinata.

"Kalau mereka menindasku, akan kuhajar mereka," kata Hinata yang sekarang berdiri dengan bara api di matanya.

"Ahaha, kau bisa kendo?" tanya Sakura.

"Aku baru mau belajar. Aku interesting sama permainan pedang. Aku suda belajar karate selama 10 tahun. Kupikir saatnya belajar bela diri jarak jauh," jelas Hinata.

"Wah, keren. Kau dari luar manis tapi dari dalam kau tangguh! Keren," puji Sakura.

"Ah, kau berlebihan, Sakura-senpai," terlihat rona merah di pipi Hinata.

"Kyaaaa, kau tersipu ya? Ada rona merah di pipimu. Lucunya," kata Sakura sambil memegang pipinya.

"Ah, Sakura-senpai".

"Ahaha. Ngomong-ngomong, jangan panggil senpai, panggil aja Sakura," Sakura tersenyum.

"Oke, Sakura-nee".

xXx

"Ino, ini Sakura-nee. Sakura-nee, ini Ino," kata Hinata memperkenalkan temannya saat jam makan siang tiba.

"Ino desu," kata Ino sambil bembungkukkan badannya.

"Hai, Ino-chan," kata Sakura dan senyumnya.

"Kukira, Sakura-senpai itu jahat. Hehe, damai," kata Ino sambil berpose peace.

"Aku harus galak kepada semua cowok agar aku tidak ditindas lagi," kata Sakura.

"Hey, guys. Lebih baik kita makan dulu deh," kata Hinata yang sedang berkutat dengan makanannya.

"Ah, Hinata-chan itu manis tapi agak rakus," kata Sakura menyindir.

"Aku tadi pagi gak makan. Wajar kalau sekarang kelaparan," kata Hinata dengan kedutan di dahinya. "Dan jangan panggil aku dengan akhiran chan," sambungnya.

"Hihihi," Sakura hanya cekikikan.

"..."

Xxx Bersambung xxX

Ken : *guling-guling*

Kei : *menggelinjang*

Ken : *loncat-loncat kaya pocong*

Kei : *salto*

Ken : apa yang melakukan hari ini?

Kei : membuat fanfic.

Ken : apa yang melakukan hari ini?

Kei : membuat fanfic.

Ken : apa yang melakukan hari ini?

Kei : MEMBUAT FANFIC!

Ken : katakan peta katakan peta!

Kei : *sweatdropped*

Ken : cukup di-fav sama di-subcribe! /

Kei : =w=

Ken : kyaaaahahaaaa~

Kei : review please!

Ken : jangan ditawaaar~

Kei : thanks for reading!

REVIEW

V

V

V