Disclaimer : I do not own Bleach.

Warning : AU. OOC-ness. NOT INCEST


黒い 羽 天使 の 恋
Kuroi Hane Tenshi no Koi

(Love of Black Feathered Angel)

Ichiban Monogatari : Sono fushigi na shonen wa…dare?
(Kisah Pertama : Pria misterius itu…siapa?)


"Sebuah mitos bercerita, saat bulan purnama berpendar dengan terangnya di malam yang tak berbintang, seorang putri yang cantik jelita menemukan sayap-sayap putih tak bertuan yang terapung-apung diatas danau. Dihiasi dengan kilauan cahaya purnama, mata sang putri terbelalak melihat seorang pria yang terbaring lemah dengan wajah yang amat tampan dan rambut panjang yang hitam legam bagai malam. Sang putri akhirnya mendekati sosok pria itu dan membelai lembut wajah tampan itu. Tak ia elakkan kalau kulit wajah pria itu sangat lembut dan ia ingin sekali melihat seberapa indah iris mata pria itu. Diguncangkan pelan bahu tak berselimut itu dan putri itu terkejut saat melihat kelopak mata pria itu terangkat..."

"Hummph!"

Kedua telapak tangannya dengan spontan menutupi mulutnya yang hampir berteriak kaget. Kakinya melangkah sedikit menjauh dari tubuh yang berbaring tanpa pakaian itu. Ia menerka-nerka selagi otaknya kembali mengingat mitos yang pernah diceritakan oleh almarhum kakak tercinta, mitos yang bercerita tentang cinta terlarang malaikat dengan gadis manusia. Apa mungkin mitos itu nyata? Tidak, tidak mungkin, ia meyakinkan dirinya sendiri. Ia tidak melihat sayap-sayap putih yang bertebaran melainkan sayap-sayap hitam yang menghiasi tubuh pria misterius yang tidak berpakaian itu. Belum lagi, ia menemukan pria itu di malam yang tidak dihiasi bulan maupun bintang. Hhh,sebenarnya siapa dia?

Kelopak mata pria itu terbuka perlahan, menampakkan iris kelabunya. Sedikit ia melirik sosok yang berdiri di sampingnya dan bertemu dengan indahnya violet yang berbinar dalam kegelapan. Siapa dia? Siapa gadis itu? Apakah ia pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya? Pikirannya berlomba-lomba mencari memori tentang gadis yang dijumpainya ini dan dalam sekejap pria itu terkejut saat tangan mungil gadis itu menyentuh wajahnya.

"Apa kau terluka?"

Suara gadis itu terdengar sedikit bergetar dan tangan mungilnya menyentuh wajah pria itu dengan penuh ketakutan.

Pria itu malah menutup matanya kembali dan merasakan kehangatan dari jemari mungil yang menyusuri wajahnya.

"Ne, apa kau sakit?"

Gadis itu semakin merasa ketakutan. Pria tampan yang sempat membuka matanya malah kembali menutup mata keabuan yang sempat menghipnotisnya. Ah, apa yang harus dilakukannya? Haruskah ia memanggil orang lain untuk menolongnya? Tetapi bagaimana jika saat ia mencari bantuan, pria misterius itu malah menghilang dibawa binatang buas? Tidak, tidak, tidak, tidak mungkin ada binatang buas yang bisa membawa pria itu. Tidak ada binatang buas yang cukup besar untuk membawa pria itu di sekitar hutan ini. Namun apa yang harus ia lakukan?

"Ne, shonen, okite!"

Gadis itu mengguncang-guncang tubuh pria itu kembali dan yang membuat gadis itu bernapas lega, pria itu merespon dengan menggenggam telapak tangannya. Pria itu kemudian bangkit perlahan dan menunduk dengan napas yang tersengal-sengal seakan merasakan sakit yang luar biasa. Rambut hitam sebahu menutupi wajahnya yang tampak terluka saat dilihat oleh gadis itu sekilas saja.

Pria itu tiba-tiba melemparkan tubuhnya pada gadis itu dan membuat gadis itu terbaring di bawah tubuh tak berpakaian pria itu. Wajah gadis itu merona merah saat merasakan kulit mulus pria itu bersentuhan dengan kimononya dan napas hangat pria itu beradu dengan leher mulusnya.

"Uuuh…nani ka shiteiru, Shonen?"

"Aku…ingin merasakan dirimu…"

.

.

.

"Gyaaaaa! Lepaskan aku!"

Gadis itu berteriak nyaring dan membuat kuping pria misterius itu berdengung kencang. Ia kemudian bangkit sambil menutup kupingnya dan sebelah matanya untuk menetralisir dengungan yang tidak kunjung berhenti mengaungi lorong telinganya. Gadis itu malah menyilangkan kedua tangannya di atas dada dan bergerak menjauhi pria itu. Wajahnya semakin memerah saat iris violetnya menjelajahi setiap ukiran tubuh pria misterius yang tidak berbusana. Alhasil, teriakan yang lebih nyaring mengaung dari bibir gadis itu.

"KYAAAAAAA! HENTAAAIII!"

Ia kemudian membalikkan badanya sehingga punggungnya lah yang menatap tubuh tak berbusana itu. Sekarang kedua telapak tangannya menutupi bola matanya dan napasnya terengah-engah akan rasa kaget. Wajahnya kini sudah semerah kepiting rebus.

"Cepat kenakan pakaianmu, cepat!"

"Pakaian? Memangnya kenapa?"

Gadis itu sontak semakin shock mendengar suara yang berat itu sedikit bergumam dalam heningnya malam.

"Ka-kau p-punya pakaian kan? Ce-cepat kenakan!"

Namun, pria itu malah diam membisu. Hanya bunyi genangan air yang terdengar dalam kesunyian yang terjadi sesaat itu.

"He-Hei! Kau mendengarku tidak?"

Masih tidak ada jawaban yang didapat oleh gadis itu yang ia dapatkan malah kedua tangan yang panjang yang tiba-tiba melingkar di lehernya dari belakang. Wajahnya semakin memerah dan tubuhnya benar-benar gemetaran.

"Aku ingin merasakan dirimu…"

Lagi. Ucapan yang terlontar dari nada baritone pria itu lagi-lagi membuat gadis itu tidak bisa berpikir jernih. Apa yang ia maksud? Telanjang bulat tidak sadarkan diri di tengah hutan dan tiba-tiba memeluk gadis perawan dan meminta untuk merasakan tubuh gadis itu, makhluk bejat macam apa yang dapat melakukan hal itu?

Akhirnya gadis itu menyerah juga. Dilepasnya obi yang melingkari perutnya dan tak lupa juga kain kimono yang dikenakannya dan dengan sigap, didorongnya tubuh pria itu ke belakang bersamaan dengan kimono yang dilepasnya sehingga tubuh pria itu terlentang di tanah dan kain kimononya menutupi sebagian penting tubuh pria itu. Sang gadis yang masih mengenakan lapisan dalam kimono yang berbahan mori dan berwarna putih itu beranjak bangkit dan menatap pria itu dengan penuh kebanggaan. Hey, ini pertamakalinya ia berhasil mendorong pria yang lebih besar darinya hingga jatuh, kau tahu?

"Hen na shonen, cepat kenakan kimonoku. Aku akan menginterogasimu setelah ini."

Dan violet itu semakin membelalak tidak percaya melihat pria itu hanya memandang kimono yang terkapar di atas tubuhnya.

Jangan katakan kalau pria itu tidak mengerti cara mengenakan pakaian.

"Apa ini?"

Oh tidak, nada baritone itu membuat hal yang paling tidak diinginkan gadis itu menjadi kenyataan. Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa ia tidak mengerti hal yang sangat simpel seperti mengenakan pakaian? Yah, memang sih, pakaian yang diberikan gadis itu adalah pakaiannya sendiri namun tetap saja, pria itu sangat…aneh.

"Aaaahhh!" Gadis itu mengacak-acak rambut sebahunya karena frustasi dan langsung memosisikan dirinya di belakang pria yang kini sudah terduduk. "Biar aku yang membantumu. Buka kedua tanganmu!"

Pria itu dengan patuh membuka tangannya ke samping dan membiarkan tangan mungil gadis itu menarik kimono yang menutupi tubuhnya.

Wajah gadis itu kembali bersemu merah saat menarik kimono dari belakang. Dipalingkan wajahnya ke samping dikenakannya kimono itu agar menutupi tubuh pria itu. Dengan lihai, gadis itu melingkarkan tangannya di pinggang pria itu dan membalut obi yang tadi dilepasnya dan diikatkan dengan erat agar bagian depan kimononya tidak terbuka.

Memang, ukuran kimononya terlalu kecil untuk pria dengan ukuran badan yang cukup proporsional itu namun, kimono itu sudah amat cukup untuk menutupi bagian penting pria itu. Itu sudah sangat membuat gadis itu merasa lega.

Gadis itu kembali berpindah tempat untuk menghadap wajah pria itu. Sejenak dipandangnya, dan ia kembali terhipnotis dengan ketampanan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. O-oh, wajahnya kembali bersemu merah dan dengan cepat ia palingkan. Bagaimana ini untuk menormalkan atmosfir yang menjadi kembali hening? Ia berpikir dan menemukan jawabannya. Akankah lebih baik ia berkenalan dahulu dengan pria aneh itu?

Ia kemudian mengulurkan tangannya pada pria itu dengan wajah yang masih berpaling dan bersemu merah.

"A-Aku Kuchiki Rukia. Siapa namamu?"

Namun pria itu masih tetap diam dan memaksa iris violet itu untuk menatap ketampanannya sekali lagi. Oh, benar-benar godaan mata bagi violet itu.

"He-hei, kau punya nama tidak?" Kembali lagi ia sedikit membentak untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"…Nama? Siapa namaku?"

Gadis itu semakin terkejut mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pria itu. Rasanya ia tidak percaya pria setampan itu tidak mengerti apapun termasuk namanya sendiri dan saat itu juga, suara almarhum kakaknya yang bercerita kembali masuk dalam pikirannya.

"…dan malaikat yang tak tahu apapun itu sedikit demi sedikit mulai belajar tentang manusia. Semua itu demi bisa memandang gadis yang dicintainya dari dekat…"

Pria misterius yang tiba-tiba muncul di tengah hutan.

Pria yang mempunyai ketampanan luar biasa.

Pria yang tidak tahu apapun bahkan namanya.

Apakah pria itu…

"Tenshi-sama?"

Gadis itu tidak percaya dengan apa yang sudah meluncur dari bibirnya. Bagaimana mungkin ia bisa berpikir kalau pria itu adalah malaikat? Mungkin saja pria itu adalah salah satu bangsawan yang sedang berjalan-jalan di tengah hutan ini dan mengenakan baju yang mewah. Lalu para bandit yang berkeliaran merampok pria itu dan mengambil pakaian mewah dan seluruh harta bendanya. Pria itu berusaha membela diri dan terjatuh, kepalanya membentur tanah, dan hilang ingatan. Ya, itu bisa menjelaskan bagaimana pria setampan itu bisa terbaring tanpa mengenakan apapun di tengah hutan dan tidak mengenal apa-apa. Amnesia bisa menjelaskan kenapa pria itu tidak mengenal apapun bahkan dirinya sendiri.

"Mungkin kau amnesia, err, shonen?"

Pria itu malah menatapnya bingung.

"Humm…amnesia itu apa ya…begini! Kau tidak mengingat apapun kan bahkan namamu sendiri? Itu yang namanya amnesia!"

Pria itu mengangguk kecil.

"Kalau begitu, karena aku yang menemukanmu, berarti aku yang harus memberimu nama…siapa ya namamu? Kuro? Taro? Ah, tidak tidak tidak! Nama seperti itu terlalu jelek untuk pria setampan kamu. Bagaimana dengan…"

Gadis itu kembali menatap sekitar seakan mencari inspirasi untuk nama pria itu. Dipandangnya langit, pohon, dan benda-benda disekitar namun, tidak membuahkan hasil. Ia kemudian menatap pria itu lagi. Iris keabuan, kulit putih yang halus, wajah yang tampan bak malaikat, tubuh yang proporsional…Ah, bagaikan melihat cahaya putih dalam gelapnya malam. Tunggu! Cahaya putih dalam kegelapan….

"Byakuya…"

"Byakuya?"

"Ya, Byakuya! Nama yang cocok buatmu! Byaku yang diambil dari Shiro yang berarti putih dan Ya yang diambil dari Yoru yang berarti malam. Cocok sekali! Byaku-ya! Malam yang putih! Aaah~ ternyata aku punya bakat untuk membuat nama yang indah!"

Gadis itu terlihat begitu senang dan membuat pria itu tersenyum kecil. Pria itu kini mempunyai nama, ia merasa senang.

"Hei, Byakuya! Aku Kuchiki Rukia. Senang berkenalan denganmu!"

Gadis itu mengulurkan tangannya lagi sambil menatap pria itu dengan penuh rasa senang. Pria itu memandangnya agak lama dan akhirnya menerima uluran tangan gadis itu. Digenggamnya pelan tangan gadis itu dan ia merasakan kehangatan yang langsung menjalar dari ujung jemari panjangnya ke seluruh tubuh. Ia merasa sangat senang kali ini dan sangat menanti hal baru apa yang akan dijumpanya nanti.

Bersama Rukia…

"Ne, Byakuya. Mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku! Jangan tanya kenapa! Aku yang menemukanmu dan memberimu nama, sudah sepantasnya kan aku juga merawatmu? Mulai sekarang kau harus bisa berpura-pura sebagai Kuchiki Byakuya, kakak sepupuku, supaya orang-orang tidak curiga. Ah, tidak. Aku lupa! Bagaimana aku bisa pulang dengan pakaian seperti ini? Dan aku tidak mungkin membawamu dengan pakaian seperti itu! Yabe, apa yang harus kita lakukan, ne, Byakuya?"

Ia benar-benar menanti hal baru apa yang akan ia lalui bersama gadis itu.

::Tsuzuku::


Glossary:

Shonen : Cowok

Okite : Bangun

Nani ka shiteiru? : Apa terjadi sesuatu?

Hentai / Hen : Aneh

Tenshi : Malaikat


Chariot330 : Fic baru lagi! Sekarang saya ngambil tema yang berbau fantasy dan mengambil latar Jepang abad 16-an. Ini fic spesial dibuat untuk Voidy yang selalu mengajari saya bagaimana membuat cerita yang bagus dan benar serta membantu saya dalam banyak hal lain. Untuk kenapa Byakuya tiba-tiba merasakan sakit dan jadi rada mesum, akan saya bahas di beberapa chapter selanjutnya. Saya benar-benar mengharapkan apresiasi dari reader sekalian untuk memotivasi saya dalam membuat fanfiksi yang benar! Jadi saya benar-benar mengharapkan REVIEW dari reader sekalian.

MOHON REVIEWNYA!