Qora Farishta

Genre : Romance , Angst , Action

Pairing : Chanbaek , Baekyeol

Rating : T to M

Author Note : Holaaa, terima kasih sudah mau mampir dan membaca karya saya lagi hahaha. Sekarang aku mau menulis fanfiction chaptered pertamaku. Aku butuh banget nih review kalian apakah perlu dilanjutkan atau tidak. Kalau kurang berminat mungkin aku cocoknya bikin oneshoot doang deh :') . Tapi kalau menurut kalian bagus buat lanjut, bakal dengan semangat aku lanjutin! Chapter ini masih permulaan sih, aku masih belum mau nunjukin titik masalahnya, tapi keberlangsungan cerita ini ada di tangan kalian hehe. Aku mau berterima kasih juga ke semua yang udah baca ff aku yang lainnya. Happy reading!

.

.

.

Baekhyun mengusap pelan perutnya yang terasa sakit karena belum makan seharian. Ia bahkan tidak dapat mengingat sudah berapa kali perutnya berbunyi meminta makan.

"Hahhh.." Baekhyun mendesah entah yang keberapa kali. Jari cantiknya ia kepal, menahan sakit dan tindakan yang sejak tadi ia sedang pertimbangkan. Akhirnya dia mengambil dompetnya yang berada di saku belakang celananya , melihat satu persatu kantong di dompetnya, berharap dapat menemukan selembar uang yang dapat menenangkan perutnya yang meraung-raung. Namun, walaupun ini sudah keempat kalinya ia memeriksa dompetnya, yang tersisa hanyalah kartu tanda pengenal, foto masa kecil , dan beberapa kartu member toko favoritnya. Uang terakhirnya habis 2 hari yang lalu dan ia tidak tau bagaimana ia akan bertahan hidup.

Udara dingin musim gugur berhembus membuat Baekhyun sedikit menggigil. Kaos dan hoodie yang sedang ia pakai tidak dapat menangkal dinginnya angin tersebut, terlebih sekarang sudah hampir tengah malam.

'Apa aku tidur saja ya?' batin Baekhyun.

Baekhyun menatap minimarket 24 jam yang bersinar terang di hadapannya. Baekhyun sedang duduk di salah satu kursi di taman kota yang dikelilingi beberapa toko , namun sekarang yang buka hanyalah minimarket tersebut.

Tangan Baekhyun dengan bergetar mengarah ke saku celana jeans hitamnya. Mata Baekhyun diselimuti kegelapan dan otaknya mulai berfungsi di luar kendalinya.

Tes

Setetes air mata jatuh membahasi pipi Baekhyun yang mulai menirus ketika jarinya memegang gagang pistol kecil yang ia bawa di saku celananya. Perlahan – lahan ia berdiri dan melangkah ke arah minimarket itu.

Baekhyun menggigit pelan bibir bawahnya mencoba meyakinkan dirinya dimana keraguan mulai muncul di dalam dirinya.

Iblis menang malam ini.

.

.

.

.

.

Baekhyun telah melangkahkan kakinya ke dalam minimarket yang ia tuju , kakinya segera ia arahkan menuju lemari pendingin di ujung belakang minimarket tersebut. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat dan keringat dingin mulai mengalir membasahi dahinya. Baekhyun mencoba menenangkan dirinya dan mulai melaksanakan rencananya.

' Hanya ada lelaki kasir itu seorang diri, aku hanya perlu menodongkan pistolku ke arahnya dan meminta sejumlah uang, lalu berlari jauh dari tempat ini secepat mungkin. ' Baekhyun memantapkan hatinya.

Dengan langkah yang lebih yakin dari sebelumnya, Baekhyun berjalan ke arah kasir dimana seorang pria tinggi sedang duduk bosan memangku wajahnya dengan telapak tangannya sembari sibuk menonton tontonan yang terlihat sangat tidak menarik.

" Serahkan uang kepadaku sebelum aku menembakkan ini di kepalamu ! 100 ribu won saja cukup ! mungkin kurang dari itu juga tak apa! " Teriak Baekhyun dengan kedua tangan memegang pistol Ruger Super Redhawk yang diarahkan kepada jidat pria penjaga mesin kasir minimarket tersebut. Tapi kondisi mereka sangat berbanding terbalik, dimana penjaga kasir tersebut tidak bergerak bahkan seinci pun dan tidak terlihat ketakutan sedangkan tangan Baekhyun sudah bergetar hebat dan wajahnya mulai memucat karena ketakutan atas tindakannya.

Keheningan menyelimuti mereka dan jantung Baekhyun bisa copot karena dalam rencananya hal ini hanya berlangsung sekitar 2-5 menit , namun 1 menit telah berlalu dan tidak ada tanda-tanda pria dihadapannya mau menuruti kata-kata Baekhyun.

" A-aku serius, kau tahu?! "

Baekhyun terkaget dan mengarahkan pistolnya mengikuti dahi pria dihadapnnya yang akhirnya menunjukan reaksi. Mata pria tersebut menatap tepat di mata Baekhyun dengan tangan yang masih menopang wajahnya. Senyum kecil terukir di wajah pria tersebut yang justru membuat Baekhyun semakin tidak dapat berkutik.

" Sebaiknya kau segera menyembunyikan senjatamu karena temanku akan datang dalam 3 menit untuk menggantikan shiftku. Dan orang sepertimu tidak pantas memegang alat seperti itu. " Baekhyun terdiam. Dia tidak tau harus bagaimana, ini sangat diluar yang ia perkirakan, dan mengapa suara pria ini berat sekali?!

Grrrrrr

Wajah Baekhyun memerah setelah perutnya mengeluarkan bunyi lagi.

' Kenapa harus sekarang?!' rutuk Baekhyun dalam hatinya. Baekhyun menundukan wajahnya menahan malu dengan tangan yang masih kaku menodongkan senjatanya. Wajahnya semakin memerah setelah mendengar tawa dari pria di hadapannya.

" Cepat simpan senjatamu sebelum temanku menggila melihatmu. Tunggu aku sebentar untuk mengambil barangku dan aku akan memberimu makan, ok? Jangan kotori tanganmu. "

Baekhyun tidak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang pria tersebut katakana. Tepat ketika Baekhyun telah menyimpan senjatanya, seorang pria lain dengan garis wajah yang tegas masuk ke dalam minimarket.

" Yo! Selamat beristirahat, bro. Karena penyelamatmu sudah datang." Ucap pria tersebut sembari menepok pelan bahu pria bersuara berat.

" Hai, manis. Apa kau butuh sesuatu?" tanyanya kepada Baekhyun. Baekhyun menggelengkan kepalanya cepat dengan mata yang mengikuti pergerakan pria bersuara berat yang berdiri dan melangkahkan kakinya ke staff room.

' Jadi namanya Park Loey, ternyata. Sedikit aneh. '

.

.

.

.

.

" Mau berapa lama lagi kau menunggu, ayo ikut aku. Aku tinggal di dekat sini. " ujar Chanyeol atau Loey ketika ia berjalan melewati Baekhyun dan tersadar pria mungil itu tidak mengikutinya.

Chanyeol berhenti dan membalikan badannya melihat Baekhyun yang masih tidak bergerak dari bangunan di samping minimarket tempat ia menunggu tadi. Dengan ragu, Baekhyun mencoba menggerakkan kakinya dan memutuskan mengikuti pria yang baru ia temui itu.

Bruk

Setelah dua langkah, Baekhyun tidak kuat untuk tetap berdiri. Energinya terkuras habis, terlebih karena tindakan yang ia lakukan beberapa saat lalu yang ternyata menguras banyak tenaganya, dan perutnya terasa semakin sakit.

Sebelum lututnya menabrak tanah, sepasang tangan besar menahan bahunya untuk tidak terjatuh.

" M-maaf, tapi aku sepertinya tidak bisa berjalan, kau bisa tinggalkan aku disini dan pu—" ucapan Baekhyun terputus ketika sepasang tangan tersebut beralih ke punggung dan lipatan kakinya, menggendongnya dengan bridal style.

Baekhyun menatapnya kaget dan perasaan bersalah semakin menyelimuti dirinya. Baekhyun mencoba memakai sisa tenaganya untuk lepas dari gendongan Chanyeol merasa tidak ingin semakin merepotkan pria itu.

" Tenanglah dan pakai sisa tenagamu untuk mengunyah makanan nanti. " dan akhirnya Baekhyun menyerah. Entah apa yang terjadi dengan udara dingin musim gugur tadi, karena Baekhyun merasakan kehangatan yang menjalar keseluruh tubuhnya malam itu.

.

.

.

.

.

Baekhyun menghitung berapa lama perjalanan mereka hingga sampai di apartemen Chanyeol.

'10? Atau 15? Sepertinya 15 menit. Tapi kenapa dia tidak terlihat lelah? Aku yakin aku tidak seringan itu' Baekhyun merenung dalam gendongan Chanyeol yang membuatnya entah mengapa nyaman. Tanpa sadar ia menyenderkan kepalanya di dada Chanyeol selama ini, dan sekarang ia menatap pahanya dengan sedikit pout di bibirnya.

'Lihat paha itu. Mana mungkin kamu ringan, Byun Baekhyun. '

" Maaf mengganggu lamunanmu, tapi apakah kamu masih memiliki tenaga untuk mengambi kunci di saku celanaku?" Baekhyun tersadar dari pikirannya dan tanpa berbicara tangannya berusaha menggapai saku celana Chanyeol sembari menahan dirinya dengan mengalungkan tangannya yang lain di leher Chanyeol. Setelah mendapat kunci yang Chanyeol maksud, ia melihat Chanyeol memberikan isyarat untuk membuka pintu apartemennya.

.

.

.

.

.

Chanyeol menurunkan Baekhyun di kasurnya yang tidak besar namun tidak terlalu kecil juga. Baekhyun bersender di kepala kasur dengan kaki yang diluruskan di atas kasur.

" Tunggu sebentar, aku akan membawakanmu makanan. " lalu Chanyeol segera pergi meninggalkan Baekhyun seorang diri. Baekhyun melayangkan matanya ke seluruh penjuru kamar Chanyeol. Apartemennya tidak kecil dan cukup luas menurut Baekhyun untuk tempat tinggal seorang pria dewasa. Terdapat lemari dua pintu di pojok kamar , sebuah nakas disamping tempat tidur, dan pintu lain yang Baekhyun tebak merupakan pintu menuju kamar mandi.

Baekhyun merasa beruntung karena Tuhan mengizinkannya untuk tidak melakukan tindakan kejahatan. Baekhyun menutup matanya lelah namun hatinya bersyukur bertemu dengan seseorang yang mau menolongnya.

'Loey, terimakasih' tanpa sadar Baekhyun mengukir senyum kecil di wajahnya.

" Hey, jangan tertidur dulu dan isi perutmu." Baekhyun segera membuka matanya setelah mendengar suara berat itu. Chanyeol duduk di pinggir kasurnya dan menaruh makanan yang ia siapkan di nakas.

" Kau bisa makan sendiri? Apa perlu aku meny—"

" Tidak perlu! Aku bisa ko." Baekhyun mengambil mangkuk nasi dengan sumpit yang Chanyeol sediakan. Terlihat pirimg dengan sosis dengan potongan bawang dan paprika yang dibumbui dengan saus berwarna merah. Mengingatkan Baekhyun akan makanan favoritnya ketika kecil yang dimasak oleh ibunya. Hatinya tiba-tiba merasakan rindu kepada ibunya.

Chanyeol berjalan ke arah lemari dan membuka dengan santai pakaian kerjanya dan menggantinya dengan kaos polos berwarna abu. Baekhyun sedikit bersemu melihat pemandangan punggung Chanyeol yang terlihat terlatih itu dengan segera ia mengalihkan perhatiannya kepada makanan yang telah tersaji.

Suapan pertama masuk ke dalam mulut Baekhyun dan mengisi perutnya yang kosong. Baekhyun merasakan tenaganya mulai terisi kembali, dia menyadari betapa berharganya makanan itu. Entah karena lapar atau karena kenangan masa kecilnya yang seketika terlintas dipikirannya, Baekhyun menangis sembari memakan makanannya dengan lahap.

" Hiks" sebuah isakan tak dapat dihindari untuk keluar dari mulut Baekhyun yang tetap mengunyah makanannya.

" Heii, aku tau masakanku tidak enak, itu aku masak tadi sore, seharusnya belum basi. Kau tidak harus memakannya, aku dapat masak yang lain. " ujar Chanyeol panik sembari melangkahkan kakinya mendekati Baekhyun yang terus menangis dengan pipi yang penuh akan makanan. Baekhyun menggelengkan kepalanya cepat dengan air mata yang terus keluar tanpa henti.

" Jangan menangis." Bisik Chanyeol pelan dan memberanikan dirinya untuk merangkul Baekhyun dan mengusap pelan bahunya untuk menenangkannya.

.

.

.

.

.

" Aku tau mungkin akan sedikit kebesaran, namun sepertinya lebih baik kalau kamu mengganti pakaianmu. " Baekhyun menerima sebuah sweater dengan track pants, dan sebuah underwear?

Baekhyun sedikit melongo akan adanya underwear disana. " Kau tahu, kita harus menjaga kebersihan 'aset' kita . Tenang saja itu sudah lama tidak kupakai, dan mungkin besok kita bisa membelikanmu yang baru. " ujar Chanyeol dengan menyunggingkan senyum menyeringainya sembari membereskan peralatan makan Baekhyun. Baekhyun segera menghentikan tangan Chanyeol , ia ingin membereskannya sendiri. Dia tidak butuh bantuan lebih dari yang telah dia terima.

Chanyeol menatap Baekhyun bingung, " Kamu berganti baju saja, atau kalau kau kuat untuk mandi, kamu boleh mandi. Ada stock handuk di dalam kamar mandi. Tapi aku tidak tau apa yang akan terjadi kalau kau pingsan ketika mandi nanti, kau tau maksudku kan? " ucap Chanyeol dengan nada jahilnya.

" Berterimakasih lah nanti, sekarang aku ingin membantumu. " lalu Chanyeol melangkahkan kakinya menuju dapur.

.

.

.

.

.

Baekhyun memutuskan untuk mandi, dan dia merasa kondisinya 200 % lebih baik. Setelah menangis tadi, hatinya terasa lebih ringan. Dan mandi membuatnya lebih baik lagi, seperti segala kotoran di tubuhnya dan beban di hatinya larut bersama hangatnya air yang mengaliri tubuhnya.

Baekhyun memakai sweater Chanyeol dan mendapati tangannya lebih pendek dari lengan sweater tersebut dan ujung sweater tersebut jatuh di tengah pahanya. Track pants yang ia pakai memiliki tali yang dapat menyesuaikan dengan pinggang Baekhyun, tapi mungkin panjangnya melebihi yang seharusnya.

' Wanginya maskulin seperti pakaiannya tadi. ' Baekhyun menyimpan aroma baru yang ia sukai ini ke dalam memori penciumannya. Aromanya ringan, segar, namun tetap manis, dengan sedikit tambahan aroma seksual yang menyeruak. Memabukan namun tidak begitu powerful.

Ketika Baekhyun keluar dari kamar mandi, ia melihat Chanyeol sedang mengambil selimut dari lemari pakaiannya. " Kau bisa tidur di kasurku karna aku akan tidur di luar, dan oh—untung kamu tidak pingsan ketika mandi , hahaha. " Chanyeol menatap sekilas ke arah Baekhyun dan kembali berkutat untuk mengambil selimut tanpa merobohkan tumpukan kain diatasnya.

.

.

.

.

.

Chanyeol sudah siap dengan selimut dan bantalnya dan seharusnya sudah berjalan menuju sofa di luar kalau tidak ada tangan yang menahan lengannya dan sedikit menariknya untuk berhenti. Chanyeol menolehkan wajahnya untuk melihat pelaku yang menghentikannya, dan matanya disuguhkan pandangan wajah imut Baekhyun dengan drop eyes nya yang terlihat seperti puppy dan bibir mungilnya yang cemberut seperti mengatakan ' Jangan pergi ' .

Chanyeol meremas pelan selimut yang berada di pelukannya, bibir Baekhyun terlihat manis dan kenyal seperti permen jelly yang Chanyeol sukai, terlebih warnanya yang pink muda dan terlihat fresh. Sebuah tarikan menyadarkannya bahwa dia sedang ditarik menuju kasur miliknya. Badannya didorong memaksanya untuk duduk. Dan selimut dan bantal yang ia pegang telah beralih tangan.

" H-hey! Kau bisa jatuh sakit kalau tidur di luar." Chanyeol segera bangkit dan menahan bahu mungil Baekhyun, mencegahnya untuk pergi. Dan dia baru menyadari seberapa mungil pria di hadapannya.

" Pilihannya hanya kau tidur di kasurku dan aku tidur di luar, tidak ada pilihan lain. Dan kau tidak bisa membantah karena ini adalah rumahku. Sofaku masih bisa membuatku tidur dengan nyaman, ok? " Chanyeol merebut kembali selimut dan bantal dari tangan Baekhyun. Baekhyun tidak bisa menolak lagi, namun dia juga tidak bisa membiarkan Chanyeol tidur diluar karenanya.

" Sudah kukatakan bahwa pilihannya—" ucapan Chanyeol terputus karena Baekhyun menarik kembali tangannya ketika hendak pergi dan memaksanya duduk kembali namun tidak merebut selimut dan bantalnya. Chanyeol menatap Baekhyun penuh tanda tanya dan mendapati dirinya dipaksa tidur di kasurnya. Mata Chanyeol mengikuti pergerakan Baekhyun dengan penuh tanda tanya yang besar yang akhirnya ia mengerti yang Baekhyun maksud karena pria mungil itu membaringkan tubuhnya di samping Chanyeol dengan posisi memunggungi Chanyeol.

" Baiklah kalau itu maumu, tapi kau sudah lihat bukan kalau kasurku tidak begitu besar bagi dua pria dewasa. " Chanyeol menyerah dan mengikuti permintaan Baekhyun. Ia memasangkan selimut yang berada di kasurnya ke tubuh Baekhyun dan memakai selimut yang ia baru ambil tadi untuk dirinya.

" Mm, apa kau sudah tidur?" Chanyeol memecah keheningan yang berlangsung beberapa saat tadi, tapi hanya dibalas oleh keheningan lain dari Baekhyun.

" Maafkan kalau sweater tersebut terlalu besar bagimu. "

"…"

" Ah, kau pasti lelah ya."

"…"

" Apa kamu tahu kalau aku sudah mengenalmu sebelumnya?"

Srek

Click

.

.

.

.

.

.

[To Be Continued ]