~ Kejutan Malam ~
Sebuah drabbles dari Katekyou Hitman Reborn (c) Akira Amano
Pairing: D18
Rating: K+
-:-
Suara pintu kamar yang dibuka perlahan membuat Hibari Kyouya terjaga dari tidurnya. Sang penguasa Namimori itu mengatur tubuhnya agar tetap terlihat seperti sedang tertidur sementara tangannya perlahan bergerak ke bawah bantalnya. Jemarinya menyentuh besi dingin yang membuatnya semakin tenang. Selama tonfa kepercayaannya ada di tangan, Hibari akan dapat memberikan nasib yang sangat buruk kepada siapapun yang berani menyusup ke dalam kamarnya.
Hibari tak dapat mendengar suara langkah yang mendekat, namun ia jelas merasakan kehadiran seseorang yang semakin lama semakin dekat. Saat penyusup itu sudah cukup dekat hingga memasuki ruang lingkup jangkauannya, tangan Hibari menggenggam tonfanya dengan semakin erat, bersiap untuk melayangkan pukulan ke penyusup itu ...
... Hanya untuk melepaskan besi dingin itu lagi saat ia menyadari tak adanya aura membunuh dari siapapun yang telah masuk ke dalam kamarnya tanpa izin.
Hanya ada satu orang yang akan berani menyusup ke dalam kamar Hibari tanpa maksud untuk membunuhnya. Hibari menghela napas sebelum berbalik untuk memberikan suatu tatapan tajam ke penyusup yang kini terpaku di sisi ranjang—tak menyangka Hibari akan terbangun, tentunya.
Penyusup itu terdiam, sebelum bibirnya terangkat dan membentuk suatu sengiran samar—sengiran yang lebih terlihat seperti ringisan, sebetulnya. "Hai, Kyouya."
Hibari tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Cavallone Dino dengan lekat. Bola mata hitam Hibari memasukkan ke dalam ingatan detail-detail kecil seperti rambut pirang Dino yang terlihat berantakan dan basah, mata hazel yang menyiratkan kelelahan, lumpur yang menempel di kemeja putih Don Cavallone itu, hingga ke bau mesiu yang samar tercium dari tubuh Dino.
Kemudian, masih tanpa kata-kata, Hibari menggeser tubuhnya, menyediakan suatu tenpat kosong yang cukup luas untuk Dino, sebelum memiringkan tubuhnya sehingga ia memunggungi pria berambut pirang itu.
Sebuah undangan yang tersirat.
Dengan sebuah senyuman kecil, Dino merangkak naik ke atas kasur Hibari. Dengan segera tangannya bergerak untuk memeluk Hibari dan ia membenamkan wajahnya di rambut hitam Hibari. Dino menarik napas dalam, memenuhi paru-parunya dengan aroma Hibari—perpaduan antara besi dan samar darah yang, entah bagaimana, terasa menenangkan bagi Dino.
Mereka menghabiskan malam tanpa memecah kesunyian yang menyelimuti mereka. Suara detak jantung jam dinding di kamar Hibari menjadi lagu pengantar tidur bagi mereka dan, tanpa mereka sadari, kesadaran mereka pun menghilang. Kelelahan tergantikan dengan kegelapan yang nyaman saat akhirnya mereka terjatuh ke dalam pelukan Morpheus.
